Putin: Tuduhan Rusia Racuni Skripal dengan Novichok Omong Kosong

Senin, 19 Maret 2018 - 10:15 WIB
Putin: Tuduhan Rusia Racuni Skripal dengan Novichok Omong Kosong
Putin: Tuduhan Rusia Racuni Skripal dengan Novichok Omong Kosong
A A A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin menolak tuduhan bahwa Rusia berada di balik serangan racun Novichok terhadap mantan agen ganda Sergei Skripal dan putrinya di Salisbury, Inggris. Menurutnya, jika benar terkena racun seperti itu korbannya pasti tewas di tempat.

"Adalah omong kosong dan tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa Rusia akan melakukan hal seperti itu sebelum pemilu dan Piala Dunia," kata Putin saat ditanya wartawan di markas kamapanyenya ketika pemilu presiden digelar hari Minggu.

Putin menang telak dengan meraih lebih dari 75 persen suara. Dengan demikian, dia akan menjadi presiden kembali hingga enam tahun ke depan atau 2024.

"Mengenai tragedi yang telah Anda sebutkan ini, saya mempelajarinya dari media," ujar Putin kepada wartawan yang bertanya soal tuduhan Moskow dalang serangan racun tehadap Skripal.

Dia menolak teori yang menyatakan bahwa racun saraf militer yang dikenal dengan nama Novichok digunakan oleh Rusia. "Karena jika memang demikian halnya, tentu saja, orang pasti akan tewas di tempat," ujarnya.

"Ini adalah fakta yang jelas, Anda seharusnya cukup mengerti itu," katanya lagi, seperti dikutip Russia Today, Senin (19/3/2018).

Sergai Skripal, 66, dan putrinya Yulia Skripal, ditemukan tak sadarkan diri di bangku taman di Salisbury, Inggris selatan pada 4 Maret 2018. Mereka dilaporkan terpapar racun ganas dan saat ini kondisinya kritis di rumah sakit.

Moskow sudah secara terbuka menawarkan kerja sama dengan London untuk menyelidiki dugaan serangan racun tersebut. Moskow justru merasa aneh, karena London tidak bersedia dan tidak pula memberikan bukti atas tuduhannya terhadap Rusia.

"Kami belum melihat ini sejauh ini, tapi kami menyimpannya dalam agenda saat merencanakan kerja sama bilateral kami," kata Putin soal kemungkinan Rusia dan Inggris kerja sama mengatasi masalah tersebut."Rusia siap untuk mendiskusikan masalah dan mengatasi kesulitan dengan London."

Lebih lanjut, Putin menegaskan bahwa negaranya tidak memiliki stok senjata kimia.

"Rusia tidak memiliki sarana seperti itu, dan kami telah menghancurkan semua senjata kimia kami di bawah pengawasan pengamat internasional," katanya.

"sementara negara-negara lain telah berjanji (untuk melakukan hal yang sama), tapi belum memenuhi komitmen mereka, sayangnya," ujar pemimpin Kremlin ini.

Skripal dulunya adalah agen intelijen Rusia. Namun, dia tangkap dan dihukum karena menjadi agen ganda untuk Rusia dan Inggris. Dia dibebaskan atau diampuni tahun 2010 oleh Kremlin melalui kesepakatan tukar tahanan mata-mata antara Rusia dan Barat.

Sejak dibebaskan, Skripal dan keluarganya pindah ke Inggris dan dilindungi London. Bagi Moskow, tidak ada untungnya meracuni Skripal yang telah dianggap sebagai pengkhianat.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa tidak ada kesimpulan bahwa Rusia sebagai penanggung jawab atas tuduhan serangan racun terhadap Skripal."Toksin itu bisa berasal dari Inggris sendiri, Slowakia, Republik Cheko atau Swedia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.

"Proyek (racun) tersebut bukanlah ciptaan Rusia atau Uni Soviet," ujarnya sembari menunjukkan fakta bahwa banyak mantan ilmuwan Soviet melarikan diri ke Barat sejak negara besar itu runtuh tahun 1990-an.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5321 seconds (0.1#10.140)