Dianggap Setan, Wanita Filipina Dibunuh dan Dimutilasi Suami
A
A
A
QUEZON CITY - Seorang pria Filipina ditangkap polisi setelah membunuh dan memutilasi tubuh istrinya yang berusia 46 tahun. Pelaku mengklaim, istrinya adalah setan yang bisa membahayakan banyak orang.
“Saya membunuhnya untuk menyelamatkan kita semua karena dia adalah setan,” pria bernama Orlando Estrera, 43.
Korban diketahui bernama Hiede. Tubuh korban tak hanya dipotong-potong, tapi juga dikuliti oleh pelaku.
Para tetangga Estrera di Barangay Holy Spirit, Quezon City, menghubungi polisi pada hari Minggu (11/3/2018) setelah mereka melihat pria itu membuang bagian tubuh korban yang hancur.
Saat diwawancarai pada hari Senin, Estrera mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak menyesal telah membunuh istrinya. Alasannya, korban adalah setan dan bisa saja rahimnya terkandung bibit iblis.
”Dia akan menjalani pemeriksaan psikologis dan kejiwaan oleh dokter yang kompeten agar mengetahui kondisi mentalnya,” kata Kepala Kepolisian Distrik Quezon City (QCPD), Inspektur Guillermo Eleazar.
Menurut Eleazar, pelaku menghadapi tuduhan pembunuhan. Eleazar mengatakan kepada wartawan bahwa ketika dia menginterogasi tersangka sebelumnya, Estrera tidak menyebutkan tentang setan yang dituduhkan pada korban.
Pelaku mengatakan kepada polisi bahwa dia membunuh istrinya karena kebencian yang telah terpendam selama pernikahan mereka, yakni selama 16 tahun.
”Dia tidak menunjukkan penyesalan,” kata Eleazar. ”Dia berbahaya bagi masyarakat dan tidak boleh muncul di depan umum,” ujarnya, seperti dikutip Inquirer, Selasa (13/3/2018).
Dari tes awal yang dilakukan oleh Unit Deteksi Investigasi Kriminal QCPD menunjukkan bahwa Estrera negatif terhadap penggunaan narkoba, meski dia mengaku mengonsumsi sabu-sabu pada tahun 2002.
Pasangan itu bekerja untuk sebuah sekolah Katolik swasta di Quezon City, dimana Hiede adalah kepala perawatan. Mereka pindah ke Manila dua tahun lalu dari Davao Oriental.
Menurut laporan Rossel Cejas, komandan polisi wilayah Batasan—tempat pelaku melakukan pembunuhan—para petugas polisi pergi ke rumah Estrera sekitar pukul 17.00 sore pada hari Minggu.
Para petugas polisi tiba setelah tetangga melapor telah melihat tersangka basah kuyup dan membuang pakaian dan tubuh istrinya yang dimutilasi, termasuk tangan yang terputus, di luar rumah mereka.
Dari lokasi kejadian, polisi menemukan pisau dapur berukuran 13 inci yang penuh darah pada pegangannya dan palu yang berlumuran darah di bawah tubuh korban.
“Saya membunuhnya untuk menyelamatkan kita semua karena dia adalah setan,” pria bernama Orlando Estrera, 43.
Korban diketahui bernama Hiede. Tubuh korban tak hanya dipotong-potong, tapi juga dikuliti oleh pelaku.
Para tetangga Estrera di Barangay Holy Spirit, Quezon City, menghubungi polisi pada hari Minggu (11/3/2018) setelah mereka melihat pria itu membuang bagian tubuh korban yang hancur.
Saat diwawancarai pada hari Senin, Estrera mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak menyesal telah membunuh istrinya. Alasannya, korban adalah setan dan bisa saja rahimnya terkandung bibit iblis.
”Dia akan menjalani pemeriksaan psikologis dan kejiwaan oleh dokter yang kompeten agar mengetahui kondisi mentalnya,” kata Kepala Kepolisian Distrik Quezon City (QCPD), Inspektur Guillermo Eleazar.
Menurut Eleazar, pelaku menghadapi tuduhan pembunuhan. Eleazar mengatakan kepada wartawan bahwa ketika dia menginterogasi tersangka sebelumnya, Estrera tidak menyebutkan tentang setan yang dituduhkan pada korban.
Pelaku mengatakan kepada polisi bahwa dia membunuh istrinya karena kebencian yang telah terpendam selama pernikahan mereka, yakni selama 16 tahun.
”Dia tidak menunjukkan penyesalan,” kata Eleazar. ”Dia berbahaya bagi masyarakat dan tidak boleh muncul di depan umum,” ujarnya, seperti dikutip Inquirer, Selasa (13/3/2018).
Dari tes awal yang dilakukan oleh Unit Deteksi Investigasi Kriminal QCPD menunjukkan bahwa Estrera negatif terhadap penggunaan narkoba, meski dia mengaku mengonsumsi sabu-sabu pada tahun 2002.
Pasangan itu bekerja untuk sebuah sekolah Katolik swasta di Quezon City, dimana Hiede adalah kepala perawatan. Mereka pindah ke Manila dua tahun lalu dari Davao Oriental.
Menurut laporan Rossel Cejas, komandan polisi wilayah Batasan—tempat pelaku melakukan pembunuhan—para petugas polisi pergi ke rumah Estrera sekitar pukul 17.00 sore pada hari Minggu.
Para petugas polisi tiba setelah tetangga melapor telah melihat tersangka basah kuyup dan membuang pakaian dan tubuh istrinya yang dimutilasi, termasuk tangan yang terputus, di luar rumah mereka.
Dari lokasi kejadian, polisi menemukan pisau dapur berukuran 13 inci yang penuh darah pada pegangannya dan palu yang berlumuran darah di bawah tubuh korban.
(mas)