Pertempuran di Ghouta Semakin Sengit

Senin, 12 Maret 2018 - 14:01 WIB
Pertempuran di Ghouta...
Pertempuran di Ghouta Semakin Sengit
A A A
BEIRUT - Militer Suriah dan kelompok pemberontak terlibat dalam pertempuran sengit kemarin di Ghouta Timur saat pemerintah memecah wilayah pemberontak menjadi tiga. Lebih dari 1.100 warga sipil tewas dalam perang di Ghouta sejak tiga pekan lalu.

Pertempuran kian intensif dengan tembakan artileri, serangan udara, dan gempuran melalui helikopter pasukan rezim. Televisi menayangkan kondisi dari Kota Mesraba kemarin setelah militer Suriah menguasainya. Dengan dikuasai Mesraba oleh militer, jalur ke Kota Douma dan Harasta terputus. Pemberontak menyatakan Kota Douma dan Harasta tidak sepenuhnya terputus aksesnya atau dari wilayah pemberontak lain yang lebih besar di bagian selatan.

Meski demikian, Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyatakan militer menembaki jalanan yang menghubungkan tiga kota tersebut sehingga kini Ghouta telah terpecah. Dua kelompok pemberontak terbesar di Ghouta Timur, Failaq al-Rahman dan Jaish al-Islam, bertekad melarang serangan militer Suriah. Kendati demikian, mereka telah kehilangan lebih dari setengah wilayahnya dalam dua pekan pertempuran darat.

Presiden Suriah Bashar al-Assad dan aliansinya Rusia menganggap para pemberontak itu sebagai kelompok teroris. Mereka menyatakan serangan itu diperlukan untuk mengakhiri pemberontakan di Ghouta Timur. Negara-negara Barat mengecam serangan militer di Ghouta. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga berulangkali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan benar-benar diterapkan di wilayah konflik tersebut.

Pemerintah Suriah dan Rusia telah membentuk rute aman di kawasan yang dikuasai rezim, tapi tidak ada warga sipil yang telah melintasinya. Damaskus dan Moskow menuduh pemberontak menembaki siapa saja yang berupaya mengungsi. Tuduhan ini disangkal pemberontak. Pemberontak dan beberapa warga Ghouta Timur yang dihubungi Reuters menyatakan, warga tidak ingin berada dalam pemerintahan Assad karena khawatir akan disiksa.

Pemerintah Suriah menyatakan kekhawatiran warga itu tidak berdasar. Kekalahan di Ghouta akan menjadi pukulan terbesar bagi pemberontak sejak Desember 2016 saat pemerintah berhasil menguasai Aleppo. Setelah didukung pesawat tempur Rusia dan bantuan militer lain sejak 2015, Assad meraih banyak momentum di sejumlah pertempuran melawan pemberontak. Pasukan rezim berhasil menguasai banyak wilayah pemberontak dan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7641 seconds (0.1#10.140)