Bocah 'Berambut Es' China Dikeluarkan dari Sekolah yang Baru
A
A
A
BEIJING - Wang Fuman, 8, bocah di China yang kisahnya viral di internet karena rambutnya berlapis es usai jalan kaki jauh ke sekolah saat cuaca dingin mengalami nasib tak mengenakkan. Dia dikeluarkan dari sekolahnya yang baru hanya karena pihak sekolah tak tahan dengan tekanan otoritas dan media terkait keberadaan bocah tersebut.
Fuman yang dijuluki “Ice Boy” China itu sedih karena baru seminggu menikmati Susana sekolah swasta yang baru. Dia sudah nyaman karena sekolah dengan asrama itu tidak membuatnya berjalan jauh lagi.
Kepala Sekolah Xinhua di Zhaotong, Provinsi Yunan menyatakan pihak sekolah tidak tahan dengan pemeriksaan ekstra dari pihak berwenang dan tekanan media terkait keberadaan Fuman.
Bocah cilik yang dianggap menginsipirasi anak-anak untuk sekolah ini bisa masuk ke Sekolah Xinhua melalui publisitas dari foto Fuman di media. Fotonya dengan rambut berlapis es saat menempuh perjalanan jauh ke sekolah pada Januari lalu telah menyentuh hati publik di negara itu.
Nasib tak mengenakkan diterima Fuman Selasa siang lalu. Saat sibuk belajar di sekolah, ayahnya; Wang Gangkui, diminta menjemputnya dan membawanya kembali ke sekolah negeri—sekolahnya yang lama.
”Saya buta huruf dan saya tidak mengerti mengapa sekolah ini telah mendepak kami keluar,” keluh Wang kepada South China Morning Post.
Fuman juga bingung dengan keputusan pihak sekolah, karena dia merasa tidak membuat kesalahan. Bocah ini mengaku sudah menyukai sekolahnya yang baru.
”Para guru mengajar lebih baik daripada di Sekolah Dasar Zhuanshanbao. Murid tidak berbicara di kelas dan semua orang fokus untuk belajar,” katanya, yang dikutip Jumat (9/3/2018).
”Saya tinggal di sana dan tidak perlu berjalan jauh untuk sampai ke sekolah,” ujarnya.
”Saya juga makan lebih baik. Tidak seperti di rumah, saat nenek saya sibuk, adik perempuan saya dan saya perlu mencari makanan untuk diri kami sendiri. Karena kami tidak tahu cara memasak, kami hanya merebus kentang, tapi di Sekolah Xinhua saya makan banyak hal yang berbeda,” kata Fuman.
Kepala Sekolah Xinhua, yang meminta hanya diidentifikasi oleh nama marga Yang mengatakan kepada South China Morning Post bahwa dia menawarkan diri untuk menggratiskan Fuman itu karena dia ingin berbuat baik.
Namun, perhatian media dan sorotan pihak berwenang yang menyertai pendaftaran Fuman membuat sekolah tersebut mendapat tekanan besar.”Mengakibatkan begitu banyak perhatian dan ketidaknyamanan yang tidak diinginkan sehingga kami tidak dapat lagi menangani hal itu,” ujarnya.
”Awalnya, saya tidak tahu, tapi kemudian, saya menemukan bahwa Fuman telah diidentifikasi oleh Kementerian Pendidikan sebagai tokoh kunci untuk dibantu dalam upaya pengentasan kemiskinan pemerintah. Ada sedikit sekali murid semacam itu di seluruh provinsi Yunnan,” kata Yang.
”Akibatnya, pada hari-hari ini setelah dia di sekolah saya, kami menerima banyak permintaan dari berbagai tingkat departemen pemerintah untuk memeriksa kami. Banyak media juga berkeras mewawancarai kami. Tidak mungkin saya menolak banyak permintaan ini,” imbuh Yang.
Menurut Yang, sekolah tidak dapat mengatasi tuntutan ekstra yang ditimbulkan oleh kehadiran Fuman. ”Bukan itu yang saya inginkan, jadi saya harus memberitahu ayah Fuman untuk membawa anak itu kembali ke sekolah asalnya.”
Fuman yang dijuluki “Ice Boy” China itu sedih karena baru seminggu menikmati Susana sekolah swasta yang baru. Dia sudah nyaman karena sekolah dengan asrama itu tidak membuatnya berjalan jauh lagi.
Kepala Sekolah Xinhua di Zhaotong, Provinsi Yunan menyatakan pihak sekolah tidak tahan dengan pemeriksaan ekstra dari pihak berwenang dan tekanan media terkait keberadaan Fuman.
Bocah cilik yang dianggap menginsipirasi anak-anak untuk sekolah ini bisa masuk ke Sekolah Xinhua melalui publisitas dari foto Fuman di media. Fotonya dengan rambut berlapis es saat menempuh perjalanan jauh ke sekolah pada Januari lalu telah menyentuh hati publik di negara itu.
Nasib tak mengenakkan diterima Fuman Selasa siang lalu. Saat sibuk belajar di sekolah, ayahnya; Wang Gangkui, diminta menjemputnya dan membawanya kembali ke sekolah negeri—sekolahnya yang lama.
”Saya buta huruf dan saya tidak mengerti mengapa sekolah ini telah mendepak kami keluar,” keluh Wang kepada South China Morning Post.
Fuman juga bingung dengan keputusan pihak sekolah, karena dia merasa tidak membuat kesalahan. Bocah ini mengaku sudah menyukai sekolahnya yang baru.
”Para guru mengajar lebih baik daripada di Sekolah Dasar Zhuanshanbao. Murid tidak berbicara di kelas dan semua orang fokus untuk belajar,” katanya, yang dikutip Jumat (9/3/2018).
”Saya tinggal di sana dan tidak perlu berjalan jauh untuk sampai ke sekolah,” ujarnya.
”Saya juga makan lebih baik. Tidak seperti di rumah, saat nenek saya sibuk, adik perempuan saya dan saya perlu mencari makanan untuk diri kami sendiri. Karena kami tidak tahu cara memasak, kami hanya merebus kentang, tapi di Sekolah Xinhua saya makan banyak hal yang berbeda,” kata Fuman.
Kepala Sekolah Xinhua, yang meminta hanya diidentifikasi oleh nama marga Yang mengatakan kepada South China Morning Post bahwa dia menawarkan diri untuk menggratiskan Fuman itu karena dia ingin berbuat baik.
Namun, perhatian media dan sorotan pihak berwenang yang menyertai pendaftaran Fuman membuat sekolah tersebut mendapat tekanan besar.”Mengakibatkan begitu banyak perhatian dan ketidaknyamanan yang tidak diinginkan sehingga kami tidak dapat lagi menangani hal itu,” ujarnya.
”Awalnya, saya tidak tahu, tapi kemudian, saya menemukan bahwa Fuman telah diidentifikasi oleh Kementerian Pendidikan sebagai tokoh kunci untuk dibantu dalam upaya pengentasan kemiskinan pemerintah. Ada sedikit sekali murid semacam itu di seluruh provinsi Yunnan,” kata Yang.
”Akibatnya, pada hari-hari ini setelah dia di sekolah saya, kami menerima banyak permintaan dari berbagai tingkat departemen pemerintah untuk memeriksa kami. Banyak media juga berkeras mewawancarai kami. Tidak mungkin saya menolak banyak permintaan ini,” imbuh Yang.
Menurut Yang, sekolah tidak dapat mengatasi tuntutan ekstra yang ditimbulkan oleh kehadiran Fuman. ”Bukan itu yang saya inginkan, jadi saya harus memberitahu ayah Fuman untuk membawa anak itu kembali ke sekolah asalnya.”
(mas)