Pemberkatan Nikah, Para Jemaat Gereja AS Tenteng Senapan AR-15
A
A
A
PENNSYLVANIA - Para jemaat gereja di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) menentang senapan AR-15 saat mengikuti pemberkatan sebuah penikahan. Pemandangan mengejutkan pada hari Rabu waktu setempat ini membuat sekolah di dekatnya membatalkan kegiatan belajar mengajar.
Para polisi negara bagian setempat dan pemrotes berdiri di luar gereja. Sedangkan pasangan pengantin membawa lusinan senapan AR-15 ke gereja yang dikenal dengan nama World Peace and Unification Sanctuary tersebut.
Aksi membawa senapan mematikan itu sebagai bentuk dukungan Amandemen Kedua tentang hak sipil memiliki senjata api.
Gereja, yang memiliki pengikut di seluruh dunia, percaya bahwa AR-15 melambangkan ”batang besi” dalam kitab suci. Pemandangan yang membuat waswas ini terjadi setelah penembakan massal di sebuah SMA di Florida pada 14 Februari lalu.
Pendeta Sean Moon, yang memimpin gereja, membela aksi para jemaat menentang senjata berbahaya itu. “Berdoa untuk sebuah kerajaan damai di mana warga negara melalui hak yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan yang Maha Kuasa untuk menjaga perdamaian dan membawa senjata, akan dapat melindungi satu sama lain,” katanya.
Moon adalah putra mendiang Pendeta Sun Myung Moon, seorang pendiri Unification Church (Gereja Unifikasi) yang mengklaim sebagai mesias. Oleh para kritikusnya, Moon dianggap sebagai pemimpin sekte.
Tak semua jemaat gereja setuju dengan aksi menenteng senjata. Para jemaat yang lebih muda memilih menjauhkan diri dari peristiwa tersebut.
Beberapa jemaat juga mengenakan mahkota yang terbuat dari peluru. ”Ini menakut-nakuti orang di lingkungan masyarakat,” kata seorang pemrotes kepada seorang anggota jemaat gereja. ”Anda tahu itu?,” teriak dia.
Upacara pernikahan tersebut memicu Wallenpaupack Area School District memindahkan siswa sekolah dasar ke kampus lain.
Lisa Desiena, asal Scranton, yang ikut protes di luar gereja menyebut kelompok jemaat tersebut sebagai ”pemuja agama bersenjata”.
Dia mengaku hanya memiliki pistol.”Tapi Saya tidak butuh senjata penyerang untuk membela diri. Hanya (senjata) yang bagus untuk membunuh. Itu semua senjata bagus, pembunuhan massal. Dan Anda ingin memberkatinya? Tidak tahu malu,” kecam Desiena.
Jemaat bernama Sreymom Ouk, 41, dan suaminya Sort Ouk, yang menenteng senapan AR-15, mengatakan senjata tersebut berguna untuk membela keluarganya.”Untuk melawan orang sakit dan psikopat jahat,” katanya.
”Orang memiliki hak untuk memiliki senjata, dan di Kerajaan Tuhan, Anda harus melindungi itu," katanya, seperti dikutip USA Today, Kamis (1/3/2018). “Anda harus melindungi diri dari kejahatan.”
Para polisi negara bagian setempat dan pemrotes berdiri di luar gereja. Sedangkan pasangan pengantin membawa lusinan senapan AR-15 ke gereja yang dikenal dengan nama World Peace and Unification Sanctuary tersebut.
Aksi membawa senapan mematikan itu sebagai bentuk dukungan Amandemen Kedua tentang hak sipil memiliki senjata api.
Gereja, yang memiliki pengikut di seluruh dunia, percaya bahwa AR-15 melambangkan ”batang besi” dalam kitab suci. Pemandangan yang membuat waswas ini terjadi setelah penembakan massal di sebuah SMA di Florida pada 14 Februari lalu.
Pendeta Sean Moon, yang memimpin gereja, membela aksi para jemaat menentang senjata berbahaya itu. “Berdoa untuk sebuah kerajaan damai di mana warga negara melalui hak yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan yang Maha Kuasa untuk menjaga perdamaian dan membawa senjata, akan dapat melindungi satu sama lain,” katanya.
Moon adalah putra mendiang Pendeta Sun Myung Moon, seorang pendiri Unification Church (Gereja Unifikasi) yang mengklaim sebagai mesias. Oleh para kritikusnya, Moon dianggap sebagai pemimpin sekte.
Tak semua jemaat gereja setuju dengan aksi menenteng senjata. Para jemaat yang lebih muda memilih menjauhkan diri dari peristiwa tersebut.
Beberapa jemaat juga mengenakan mahkota yang terbuat dari peluru. ”Ini menakut-nakuti orang di lingkungan masyarakat,” kata seorang pemrotes kepada seorang anggota jemaat gereja. ”Anda tahu itu?,” teriak dia.
Upacara pernikahan tersebut memicu Wallenpaupack Area School District memindahkan siswa sekolah dasar ke kampus lain.
Lisa Desiena, asal Scranton, yang ikut protes di luar gereja menyebut kelompok jemaat tersebut sebagai ”pemuja agama bersenjata”.
Dia mengaku hanya memiliki pistol.”Tapi Saya tidak butuh senjata penyerang untuk membela diri. Hanya (senjata) yang bagus untuk membunuh. Itu semua senjata bagus, pembunuhan massal. Dan Anda ingin memberkatinya? Tidak tahu malu,” kecam Desiena.
Jemaat bernama Sreymom Ouk, 41, dan suaminya Sort Ouk, yang menenteng senapan AR-15, mengatakan senjata tersebut berguna untuk membela keluarganya.”Untuk melawan orang sakit dan psikopat jahat,” katanya.
”Orang memiliki hak untuk memiliki senjata, dan di Kerajaan Tuhan, Anda harus melindungi itu," katanya, seperti dikutip USA Today, Kamis (1/3/2018). “Anda harus melindungi diri dari kejahatan.”
(mas)