Partai Komunis China Ingin Presiden Xi Berkuasa Seumur Hidup
A
A
A
BEIJING - Partai Komunis China akan mengubah konstitusi agar Presiden Xi Jinping tetap bertugas tanpa batas waktu atau seumur hidup. Partai yang berkuasa di China itu sudah membuat usulan untuk menghapus klausul konstitusi yang membatasi masa jabatan kepresidenan hanya dua periode.
Sejak menjabat lebih dari lima tahun yang lalu, Xi telah mengawasi sebuah guncangan radikal dari Partai Komunis China, termasuk menjatuhkan pemimpin puncak yang pernah dianggap tidak tersentuh sebagai bagian dari perang melawan korupsi. Perang melawan korupsi telah membuat Xi populer.
Pengumuman soal rencana partai itu dilaporkan kantor berita Xinhua, kemarin. Usulan atau proposal tersebut telah dibuat oleh Komite Sentral Partai Komunis China, sebuah badan elite yang paling berkuasa di partai tersebut. Usulan tersebut juga mencakup posisi wakil presiden.
Sesuai konstitusi China yang berlaku saat ini, Xi, 64, semestinya pensiun sebagai presiden setelah menjabat presiden selama dua periode. Menjelang akhir masa jabatan periode pertamanya, dia akan secara resmi dipilih untuk yang kedua dalam pertemuan tahunan pembukaan parlemen China pada 5 Maret 2018.
Zhang Lifan, seorang sejarawan dan komentator politik, mengatakan bahwa berita tersebut tidak disangka-sangka, dan sulit untuk memperkirakan berapa lama Xi bisa bertahan.
”Secara teori dia bisa melayani lebih lama dari Mugabe, namun kenyataannya tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi,” kata Zhang, merujuk pada mantan presiden Zimbabwe yang empat dasawarsa berkuasa dan dipaksa lengser bulan November tahun lalu.
Meskipun media-media pemerintah seperti People’s Daily menyambut positif usulan Partai Komunis China di halaman depan, namun publik China merespons sebaliknya di media sosial Weibo.
”Jika dua periode tidak cukup, maka mereka bisa menulis dalam periode ketiga, tapi perlu ada batasan. Singkirkan, itu tidak baik!,” tulis salah satu pengguna Weibo.
Reformasi konstitusional yang diusulkan Partai Komunis China itu perlu persetujuan parlemen. Namun, itu tidak ada artinya, karena para anggota parlemen juga terkenal loyalis partai tersebut.
Xi saat ini adalah Sekretaris Jenderal Partai Komunis China, tapi bukan ketua.
”Apakah Xi akhirnya menjadi Chairman Partai atau hanya tetap Sekretaris Partai tidak terlalu penting. Yang penting adalah apakah dia memegang kekuasaan,” kata Zhang Ming, seorang profesor ilmu politik di Universitas Renmin China di Beijing.
”Judul tidak terlalu penting di China seperti di Barat. Yang penting adalah apakah Anda adalah kaisar,” imbuh dia, seperti dikutip Reuters, Senin (26/2/2018). ”Di China, orang biasa sudah menganggap Xi Jinping sebagai kaisar.”
Sejak menjabat lebih dari lima tahun yang lalu, Xi telah mengawasi sebuah guncangan radikal dari Partai Komunis China, termasuk menjatuhkan pemimpin puncak yang pernah dianggap tidak tersentuh sebagai bagian dari perang melawan korupsi. Perang melawan korupsi telah membuat Xi populer.
Pengumuman soal rencana partai itu dilaporkan kantor berita Xinhua, kemarin. Usulan atau proposal tersebut telah dibuat oleh Komite Sentral Partai Komunis China, sebuah badan elite yang paling berkuasa di partai tersebut. Usulan tersebut juga mencakup posisi wakil presiden.
Sesuai konstitusi China yang berlaku saat ini, Xi, 64, semestinya pensiun sebagai presiden setelah menjabat presiden selama dua periode. Menjelang akhir masa jabatan periode pertamanya, dia akan secara resmi dipilih untuk yang kedua dalam pertemuan tahunan pembukaan parlemen China pada 5 Maret 2018.
Zhang Lifan, seorang sejarawan dan komentator politik, mengatakan bahwa berita tersebut tidak disangka-sangka, dan sulit untuk memperkirakan berapa lama Xi bisa bertahan.
”Secara teori dia bisa melayani lebih lama dari Mugabe, namun kenyataannya tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi,” kata Zhang, merujuk pada mantan presiden Zimbabwe yang empat dasawarsa berkuasa dan dipaksa lengser bulan November tahun lalu.
Meskipun media-media pemerintah seperti People’s Daily menyambut positif usulan Partai Komunis China di halaman depan, namun publik China merespons sebaliknya di media sosial Weibo.
”Jika dua periode tidak cukup, maka mereka bisa menulis dalam periode ketiga, tapi perlu ada batasan. Singkirkan, itu tidak baik!,” tulis salah satu pengguna Weibo.
Reformasi konstitusional yang diusulkan Partai Komunis China itu perlu persetujuan parlemen. Namun, itu tidak ada artinya, karena para anggota parlemen juga terkenal loyalis partai tersebut.
Xi saat ini adalah Sekretaris Jenderal Partai Komunis China, tapi bukan ketua.
”Apakah Xi akhirnya menjadi Chairman Partai atau hanya tetap Sekretaris Partai tidak terlalu penting. Yang penting adalah apakah dia memegang kekuasaan,” kata Zhang Ming, seorang profesor ilmu politik di Universitas Renmin China di Beijing.
”Judul tidak terlalu penting di China seperti di Barat. Yang penting adalah apakah Anda adalah kaisar,” imbuh dia, seperti dikutip Reuters, Senin (26/2/2018). ”Di China, orang biasa sudah menganggap Xi Jinping sebagai kaisar.”
(mas)