Cegah Penembakan di Sekolah, Guru di AS Akan Dipersenjatai

Jum'at, 23 Februari 2018 - 14:15 WIB
Cegah Penembakan di...
Cegah Penembakan di Sekolah, Guru di AS Akan Dipersenjatai
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan tentang mempersenjatai guru bisa mencegah penembakan di sekolah seperti yang terjadi di Florida pekan lalu dengan 17 orang tewas. Trump mengungkapkan, guru yang memiliki senjata bisa bertindak mengakhiri serangan bersenjata itu dengan cepat.

Usulan Trump itu disampaikan saat bertemu dengan korban selamat, guru, dan keluarga korban, serangan pembantaian massal pada 14 Februari lalu di Gedung Putih. Dia berjanji kalau insiden serupa seharusnya tidak terjadi kembali. Trump menyerukan agar semua guru dipersenjatai dengan senjata api. "Jika kamu memiliki guru yang memiliki senjata api, mereka akan mengakhiri serangan itu dengan sangat cepat," kata Trump dilansir Reuters.

Dia mengakui rencana itu memang kontroversial. "Ketika guru memiliki senjata secara tersembunyi, mereka harus mengikuti pelatihan khusus dan tidak akan ada lagi zona bebas senjata," kata Trump.

Dia menjelaskan, kalau zona bebas senjata, bagi para maniak yang mereka semua pengecut merupakan daerah di mana mereka akan mudah masuk dan menyerang. Kemudian Presiden dari Partai Republik itu juga mendukung seruan memperketat proses pengecekan latar belakang pembeli senjata.

"Kita akan melakukan upaya pengecekan latar belakang (pembeli senjata) dengan sangat ketat dan menekankan kesehatan mental seseorang," ungkap Trump di depan siswa Sekolah Menengah Marjory Stoneman yang disiarkan langsung di televisi pada Rabu (21/2/2018) waktu setempat. Presiden Trump juga memegang catatan pada sesi mendengarkan tersebut. "Saya tidak akan banyak bicara seperti yang dulu," paparnya.

Sebenarnya usul Trump agar guru bisa membawa senjata bukan hal baru. Sejumlah negara bagian AS sudah mengizinkan pistol dibawa tersembunyi ke tempat kuliah. Namun, negara bagian Florida tidak termasuk. Pada kampanye pemilihan presiden 2016, Trump menyangkal bahwa dia mendukung diizinkannya membawa senjata di ruang kelas.

Usulan Trump didukung beberapa orang yang hadir di Gedung Putih tersebut. Forum juga mendukung reformasi kepemilikan senjata yang disampaikan sekitar 40 siswa, guru, dan keluarga. Namun, Mark Barden yang anaknya Daniel terbunuh dalam penembakan di Sandy Hook Elementary School di Connecticut 2012 mengatakan, penggunaan senjata bukan jawaban.

"Guru sekolah sudah memikul begitu banyak tanggung jawab saat ini. Berat kalau harus pula mengemban tanggung jawab luar biasa untuk memegang senjata yang bisa mengakhiri hidup orang," katanya dilansir BBC.

Dia mengungkapkan tidak ada yang ingin menyaksikan terjadinya tembak-menembak di sekolah. Isu mempersenjatai guru di setiap kelas merupakan topik yang sudah lama dibicarakan. Pada jajak pendapat Asosiasi Pendidikan Nasional (NEA) melaporkan 22% guru setuju dengan ide mempersenjatai tersebut, tapi 68% guru menolak ide tersebut. Kemudian 72% guru mengungkapkan mereka tetap tidak akan membawa senjata jika diizinkan.

Di Colorado, pelatihan menembak bagi guru disediakan gratis. Pemerintah lokal juga siap mendukung guru untuk dipersenjatai. Kemudian siswa yang hendak masuk ke sekolah juga harus diperiksa dengan pendeteksi logam untuk mencegah insiden penembakan di sekolah.

Demonstrasi Meluas

Ratusan remaja dari pinggiran Washington DC menggelar demonstrasi di luar Gedung Putih pada Rabu (21/2/2018) waktu setempat. Pada saat bersamaan, korban selamat penembakan di Florida juga menggelar aksi agar anggota parlemen memperketat penjualan senjata api. "Kita ingin reformasi senjata. Kita ingin menggunakan akal sehat dalam undang-undang senjata," ujar Delaney Tarr di Tallahassee.

Ini merupakan pertama kalinya aksi gerakan antisenjata yang dipimpin anak muda digelar di berbagai penjuru AS. Banyak siswa sekolah menengah di Chicago, Illinois, Pittsburgh, Pennsylvania, dan Phoenix, Arizona, juga ikut menggelar aksi demonstrasi sebagai bentuk solidaritas. Di Tallahassee, siswa berdemonstrasi agar anggota parlemen negara bagian membatasi penjualan senjata.

"Nikolas Cruz (tersangka penembakan di Florida) boleh membeli senjata sebelum dia diperbolehkan membeli bir," ujar siswa Sekolah Menengah Stoneman Douglas Laurenzo Prado. Dia mengkritik undang-undang Florida yang memperbolehkan orang membeli senjata pada usia 18 tahun. "Undang-undang di negara bagian ini telah gagal," paparnya.

Anggota parlemen di Tallahassee mempertimbangkan akan meningkatkan batasan usia pembelian senjata. Namun, konstitusi AS melindungi hak rakyat AS untuk membeli senjata. Partai Republik merupakan pendukung utama pemberlakuan hak itu. "Saya tidak memahami kenapa saya masih bisa pergi ke toko dan membeli senjata perang," ujar Sam Zeif,18. "Ayolah, jangan biarkan ini terjadi lagi. Tolong," katanya.

Sementara itu, survei pada 2017 lalu, 40% warga AS memiliki senjata di rumah mereka. Kepemilikan senjata dianggap berbanding lurus dengan tingginya angka pembunuhan dengan senjata di AS. Pada 2016 lalu, 11.000 orang meninggal akibat dibunuh dengan senjata api. Pew Center melaksanakan kajian kalau empat dari 10 orang AS memiliki senjata di rumah mereka. Sebanyak 48% warga AS juga mengungkapkan mereka tumbuh di keluarga yang memiliki senjata.

Aturan kepemilikan senjata menjadi akar permasalahan di AS. Di Florida, pemerintahan federal tidak memiliki aturan yang mengizinkan polisi dan anggota keluarga untuk melarang orang yang dicurigai untuk memiliki senjata.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1208 seconds (0.1#10.140)