Trump Ingin Guru Sekolah Dipersenjatai
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, ingin guru sekolah dipersenjatai agar insiden penembakan massal seperti di Florida tidak kembali terjadi. Hal itu diungkapkannya saat bertemu dengan para siswa yang selamat dan orang tua korban pembantaian di SMA Florida di Gedung Putih.
Ia lantas mengungkapkan alasan keinginannya itu. Menurutnya jika para guru dan penjaga keamanan dipersenjatai dapat menakut-nakuti pelaku dan mencegah siswa menjadi korban penembakan.
"Jika Anda memiliki seorang guru yang mahir menggunakan senjata api, ini bisa mengakhiri serangan dengan sangat cepat," kata Trump seperti dikutip dari Reuters, Kamis (22/2/2018).
Sedikitnya 17 siwa dan guru tewas dalam serangan di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, pada pada 14 Februari lalu. Serangan itu dilakukan oleh seorang pria bersenjata senapan serbu semi-otomatis AR-15.
Aksi penembakan massal paling mematikan kedua di sebuah sekolah umum AS itu telah menghidupkan kembali perdebatan yang berlangsung lama mengenai undang-undang senjata.
Konstitusi AS melindungi hak warganya untuk membawa senjata, sebuah hak yang benar-benar dipertahankan oleh orang-orang Republik. Tapi Trump berada di bawah tekanan untuk bertindak.
Beberapa peserta pada pertemuan tersebut mengindikasikan dukungan terhadap gagasan Trump untuk mempersenjatai para guru. Yang lainnya menentang.
Mark Barden, yang anaknya terbunuh dalam penembakan di Sandy Hook Elementary School 2012 lalu di Connecticut, mengatakan bahwa istrinya, Jackie, seorang guru.
"Guru sekolah memiliki lebih dari cukup tanggung jawab sekarang daripada harus memiliki tanggung jawab yang mengagumkan ketimbang kekuatan untuk mengambil nyawa. Tidak ada yang ingin melihat baku tembak di sekolah," tegasnya.
Setelah penembakan Sandy Hook, sebuah gugus tugas yang didukung oleh NRA merekomendasikan lebih banyak penjaga bersenjata dan guru di sekolah-sekolah.
Trump mendengarkan dengan saksama gagasan dari sekitar 40 orang, termasuk enam pelajar yang selamat dari penembakan di Florida.
"Saya tidak mengerti mengapa saya masih bisa pergi ke toko dan membeli senjata perang, AR," kata Sam Zeif(18), terisak-isak setelah ia menjelaskan mengirim SMS ke anggota keluarganya selama serangan tersebut.
"Jangan pernah membiarkan ini terjadi lagi, tolong," kata Zeif.
Andrew Pollack, yang putrinya Meadow Pollack (18), tewas, berteriak: "Seharusnya hanya ada sekali saja aksi penembakan di sekolah dan kita harus memperbaikinya. Dan aku kesal - karena putriku - aku tidak akan melihat lagi."
Trump duduk di tengah setengah lingkaran di ruang makan Gedung Putih. Fotografer sempat mengambil gambar kartu catatan tulisan tangannya dengan pertanyaan seperti "Apa yang paling ingin saya ketahui tentang pengalaman Anda?" dan "Saya mendengarmu."
Selama kampanye pemilu presiden, Trump telah memperjuangkan hak senjata dan mendapat dukungan dari NRA atau asosiasi pengguna senjata AS selama kampanye 2016.
Trump mengatakan bahwa dia akan bergerak cepat untuk memperketat pemeriksaan latar belakang pembeli senjata dan akan mempertimbangkan untuk menaikkan batas usia untuk membeli beberapa jenis senjata.
Ia lantas mengungkapkan alasan keinginannya itu. Menurutnya jika para guru dan penjaga keamanan dipersenjatai dapat menakut-nakuti pelaku dan mencegah siswa menjadi korban penembakan.
"Jika Anda memiliki seorang guru yang mahir menggunakan senjata api, ini bisa mengakhiri serangan dengan sangat cepat," kata Trump seperti dikutip dari Reuters, Kamis (22/2/2018).
Sedikitnya 17 siwa dan guru tewas dalam serangan di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, pada pada 14 Februari lalu. Serangan itu dilakukan oleh seorang pria bersenjata senapan serbu semi-otomatis AR-15.
Aksi penembakan massal paling mematikan kedua di sebuah sekolah umum AS itu telah menghidupkan kembali perdebatan yang berlangsung lama mengenai undang-undang senjata.
Konstitusi AS melindungi hak warganya untuk membawa senjata, sebuah hak yang benar-benar dipertahankan oleh orang-orang Republik. Tapi Trump berada di bawah tekanan untuk bertindak.
Beberapa peserta pada pertemuan tersebut mengindikasikan dukungan terhadap gagasan Trump untuk mempersenjatai para guru. Yang lainnya menentang.
Mark Barden, yang anaknya terbunuh dalam penembakan di Sandy Hook Elementary School 2012 lalu di Connecticut, mengatakan bahwa istrinya, Jackie, seorang guru.
"Guru sekolah memiliki lebih dari cukup tanggung jawab sekarang daripada harus memiliki tanggung jawab yang mengagumkan ketimbang kekuatan untuk mengambil nyawa. Tidak ada yang ingin melihat baku tembak di sekolah," tegasnya.
Setelah penembakan Sandy Hook, sebuah gugus tugas yang didukung oleh NRA merekomendasikan lebih banyak penjaga bersenjata dan guru di sekolah-sekolah.
Trump mendengarkan dengan saksama gagasan dari sekitar 40 orang, termasuk enam pelajar yang selamat dari penembakan di Florida.
"Saya tidak mengerti mengapa saya masih bisa pergi ke toko dan membeli senjata perang, AR," kata Sam Zeif(18), terisak-isak setelah ia menjelaskan mengirim SMS ke anggota keluarganya selama serangan tersebut.
"Jangan pernah membiarkan ini terjadi lagi, tolong," kata Zeif.
Andrew Pollack, yang putrinya Meadow Pollack (18), tewas, berteriak: "Seharusnya hanya ada sekali saja aksi penembakan di sekolah dan kita harus memperbaikinya. Dan aku kesal - karena putriku - aku tidak akan melihat lagi."
Trump duduk di tengah setengah lingkaran di ruang makan Gedung Putih. Fotografer sempat mengambil gambar kartu catatan tulisan tangannya dengan pertanyaan seperti "Apa yang paling ingin saya ketahui tentang pengalaman Anda?" dan "Saya mendengarmu."
Selama kampanye pemilu presiden, Trump telah memperjuangkan hak senjata dan mendapat dukungan dari NRA atau asosiasi pengguna senjata AS selama kampanye 2016.
Trump mengatakan bahwa dia akan bergerak cepat untuk memperketat pemeriksaan latar belakang pembeli senjata dan akan mempertimbangkan untuk menaikkan batas usia untuk membeli beberapa jenis senjata.
(ian)