Suriah Siap Bertempur Melawan Turki
A
A
A
DAMASKUS - Pasukan Turki dan gerilyawan Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) akan bertempur melawan tentara Suriah di Afrin.
Hal itu terjadi setelah Pemerintah Suriah mencapai kesepakatan dengan Milisi Kurdi tentang kerja sama mengusir tentara Turki yang menginvasi wilayah Afrin.
Menanggapi kesepakatan itu, Pemerintah Turki menegaskan militer siap berperang melawan tentara Suriah jika mereka memasuki Afrin.
Para gerilyawan Unit Perlindungan Rakyat (YPG) mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan mengizinkan tentara pemerintahan Suriah masuk ke Afrin di dekat perbatasan dengan Turki. Itu disebabkan setelah kekalahan YPG menghadapi invasi besar-besar Turki yang dibantu FSA, kelompok gerilyawan pro-Ankara.
“Kita menyambut pasukan pemerintahan Suriah untuk mempertahanan Suriah yang bersatu,” ungkap juru bicara YPG Nuri Mahmoud kepada Al Jazeera. Dengan begitu, tentara Turki bisa berhadapan langsung dengan militer Suriah di kawasan tersebut.
Turki dan FSA bulan lalu meluncurkan invasi udara dan operasi darat ke Afrin untuk memukul mundur gerilyawan Kurdi. Ankara ingin menciptakan zona penyangga di perbatasan selatan. Ankara menganggap YPG yang menguasai Afrin sebagai organisasi teroris.
“Pasukan Suriah memang belum tiba. Kita menyerukan militer Suriah untuk melindungi Afrin karena kita suka dengan Suriah bersatu,” kata Mahmoud.
“Kita mengatakan hal ini karena komunitas internasional menganggap kepemimpinan Suriah sebagai pemerintahan daulat dan kita menyerukan tentara Suriah untuk melindungi wilayahnya,” ujarnya.
Mahmoud memperkirakan tentara Suriah diperkirakan akan tiba pada Rabu (21/2) mendatang. Namun, media milik Pemerintah Suriah melaporkan milisi yang berafiliasi dengan Pemerintah Suriah akan masuk ke Afrin dalam hitungan jam dan diperkirakan pada Selasa (hari ini).
Sementara itu, pejabat senior pemerintahan Kurdi di Suriah utara, Badran Jia Kurd, mengungkapkan pasukan militer Suriah akan ditempatkan di beberapa posisi perbatasan. “Kita akan bekerja sama dengan tentara Suriah untuk membantu mengatasi kejahatan barbar dan aksi diam komunitas internasional (atas serangan Turki ke Suriah utara),” ujar Jia Kurd.
Menurut Jia Kurd, kesepakatan dengan Damaskus tentang Afrin murni kerja sama militer. Mereka tidak tidak memasukkan klausul politik yang lebih luas. “Kalau mengenai permasalahan pemerintahan dan politik di Afrin, itu tergantu dengan kesepakatan dengan Damaskus pada tahapan selanjutnya melalui negosiasi langsung dan diskusi,” ujarnya.
Jia Kurd memaparkan kalau memang ada perlawanan terhadap kesepakatan kerja sama militer dengan Suriah. Tapi, Kurdi, kata dia, belum mengetahui apakah kerja sama tersebut akan berlangsung ke depannya atau tidak.
Sebenarnya, tentara Turki telah mulai intervensi langsung di Suriah utara pada Agustus 2016 silam. Mereka membantu gerilyawan Suriah untuk menekan ISIS dari perbatasan Turki. Mereka juga menghentikan keterkaitan YPG dengan Afrin agar tidak bergerak lebih jauh ke wilayah Timur.
Bersatunya Suriah dan Kurdi memang jarang terjadi. Kedua entitas dalam konflik di Suriah itu memang kerap menghindari konflik satu sama lain selama perang. Tapi, mereka pernah memiliki satu musuh yang sama yakni ISIS.
Meskipun jarang berkonflik langsung, Kurdi dan Suriah memiliki perbedaan visi mengenai masa depan Suriah. Apalagi Presiden Assad berulang mengatakan akan mengambil alih seluruh wilayah Suriah.
“Pasukan populer akan tiba di Afrin dalam beberapa jam mendatang untuk mendukung rakyatnya. Mereka akan berkonfrontasi dengan pasukan rezim Turki yang telah menginvasi wilayah itu,” demikian laporan kantor berita SANA.
Selama ini, Turki menganganggap Partai Serikat Demokratik Kurdi (PYD) yang aktif di Suriah memiliki sayap militer PYD memiliki keterkaitan dengan Partai Pekerja Kurdi (PKK) di Ankara.
Baik PYD dan YPG menguasai wilayah Suriah utara, termasuk Afrin. Mereka juga mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat (AS) dalam payung Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang berperang melawan gerilyawan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Dukungan AS bagi Turki menciptakan krisis diplomasi dengan dua sekutu NATO tersebut.
Konflik Memburuk
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu memperingatkan militer Turki akan berkonfrontasi dengan pasukan Pemerintah Suriah yang memasuki Provinsi Afrin. Jika memang terjadi pertempuran langsung, bisa jadi konflik di Suriah akan semakin meluas.
“Jika rezim (tentara Suriah) memasuki wilayah tersebut untuk melakukan pembersihan PKK dan PYD, maka tidak ada masalah,” ujar Cavusoglun mengacu pada militer yang loyal terhadap Presiden Bashar al-Assad.
“Namun, jika tentara Suriah itu bertujuan membela YPG, maka tidak ada seorang pun bisa menghentikan kita atau tentara turki,” katanya dalam konferensi pers di Amman, Yordania, dilansir Reuters.
Sebelumnya, Cavusoglu juga menegaskan Turki tidak pernah menggunakan senjata kimia dalam operasi tempur di Suriah. Dia menegaskan Ankara selalu melindungi warga sipil. Bantahan itu setelah pasukan Kurdi di Suriah dan kelompok monitor perang menuding Turki melancarkan serangan gas kimia di Afrin.
“Itu hanya cerita palsu. Turki tidak pernah menggunakan senjata kimia,” kata Cavusoglu.
Dia mengabaikan laporan yang merupakan propaganda PKK yang ingin memojokkan Turki. Dia menegaskan serangan Turki selalu melindungi warga sipil. “Tapi, YPG selalu menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup di wilayah yang dikuasainya,” katanya. (Andika Hendra)
Hal itu terjadi setelah Pemerintah Suriah mencapai kesepakatan dengan Milisi Kurdi tentang kerja sama mengusir tentara Turki yang menginvasi wilayah Afrin.
Menanggapi kesepakatan itu, Pemerintah Turki menegaskan militer siap berperang melawan tentara Suriah jika mereka memasuki Afrin.
Para gerilyawan Unit Perlindungan Rakyat (YPG) mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan mengizinkan tentara pemerintahan Suriah masuk ke Afrin di dekat perbatasan dengan Turki. Itu disebabkan setelah kekalahan YPG menghadapi invasi besar-besar Turki yang dibantu FSA, kelompok gerilyawan pro-Ankara.
“Kita menyambut pasukan pemerintahan Suriah untuk mempertahanan Suriah yang bersatu,” ungkap juru bicara YPG Nuri Mahmoud kepada Al Jazeera. Dengan begitu, tentara Turki bisa berhadapan langsung dengan militer Suriah di kawasan tersebut.
Turki dan FSA bulan lalu meluncurkan invasi udara dan operasi darat ke Afrin untuk memukul mundur gerilyawan Kurdi. Ankara ingin menciptakan zona penyangga di perbatasan selatan. Ankara menganggap YPG yang menguasai Afrin sebagai organisasi teroris.
“Pasukan Suriah memang belum tiba. Kita menyerukan militer Suriah untuk melindungi Afrin karena kita suka dengan Suriah bersatu,” kata Mahmoud.
“Kita mengatakan hal ini karena komunitas internasional menganggap kepemimpinan Suriah sebagai pemerintahan daulat dan kita menyerukan tentara Suriah untuk melindungi wilayahnya,” ujarnya.
Mahmoud memperkirakan tentara Suriah diperkirakan akan tiba pada Rabu (21/2) mendatang. Namun, media milik Pemerintah Suriah melaporkan milisi yang berafiliasi dengan Pemerintah Suriah akan masuk ke Afrin dalam hitungan jam dan diperkirakan pada Selasa (hari ini).
Sementara itu, pejabat senior pemerintahan Kurdi di Suriah utara, Badran Jia Kurd, mengungkapkan pasukan militer Suriah akan ditempatkan di beberapa posisi perbatasan. “Kita akan bekerja sama dengan tentara Suriah untuk membantu mengatasi kejahatan barbar dan aksi diam komunitas internasional (atas serangan Turki ke Suriah utara),” ujar Jia Kurd.
Menurut Jia Kurd, kesepakatan dengan Damaskus tentang Afrin murni kerja sama militer. Mereka tidak tidak memasukkan klausul politik yang lebih luas. “Kalau mengenai permasalahan pemerintahan dan politik di Afrin, itu tergantu dengan kesepakatan dengan Damaskus pada tahapan selanjutnya melalui negosiasi langsung dan diskusi,” ujarnya.
Jia Kurd memaparkan kalau memang ada perlawanan terhadap kesepakatan kerja sama militer dengan Suriah. Tapi, Kurdi, kata dia, belum mengetahui apakah kerja sama tersebut akan berlangsung ke depannya atau tidak.
Sebenarnya, tentara Turki telah mulai intervensi langsung di Suriah utara pada Agustus 2016 silam. Mereka membantu gerilyawan Suriah untuk menekan ISIS dari perbatasan Turki. Mereka juga menghentikan keterkaitan YPG dengan Afrin agar tidak bergerak lebih jauh ke wilayah Timur.
Bersatunya Suriah dan Kurdi memang jarang terjadi. Kedua entitas dalam konflik di Suriah itu memang kerap menghindari konflik satu sama lain selama perang. Tapi, mereka pernah memiliki satu musuh yang sama yakni ISIS.
Meskipun jarang berkonflik langsung, Kurdi dan Suriah memiliki perbedaan visi mengenai masa depan Suriah. Apalagi Presiden Assad berulang mengatakan akan mengambil alih seluruh wilayah Suriah.
“Pasukan populer akan tiba di Afrin dalam beberapa jam mendatang untuk mendukung rakyatnya. Mereka akan berkonfrontasi dengan pasukan rezim Turki yang telah menginvasi wilayah itu,” demikian laporan kantor berita SANA.
Selama ini, Turki menganganggap Partai Serikat Demokratik Kurdi (PYD) yang aktif di Suriah memiliki sayap militer PYD memiliki keterkaitan dengan Partai Pekerja Kurdi (PKK) di Ankara.
Baik PYD dan YPG menguasai wilayah Suriah utara, termasuk Afrin. Mereka juga mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat (AS) dalam payung Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang berperang melawan gerilyawan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Dukungan AS bagi Turki menciptakan krisis diplomasi dengan dua sekutu NATO tersebut.
Konflik Memburuk
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu memperingatkan militer Turki akan berkonfrontasi dengan pasukan Pemerintah Suriah yang memasuki Provinsi Afrin. Jika memang terjadi pertempuran langsung, bisa jadi konflik di Suriah akan semakin meluas.
“Jika rezim (tentara Suriah) memasuki wilayah tersebut untuk melakukan pembersihan PKK dan PYD, maka tidak ada masalah,” ujar Cavusoglun mengacu pada militer yang loyal terhadap Presiden Bashar al-Assad.
“Namun, jika tentara Suriah itu bertujuan membela YPG, maka tidak ada seorang pun bisa menghentikan kita atau tentara turki,” katanya dalam konferensi pers di Amman, Yordania, dilansir Reuters.
Sebelumnya, Cavusoglu juga menegaskan Turki tidak pernah menggunakan senjata kimia dalam operasi tempur di Suriah. Dia menegaskan Ankara selalu melindungi warga sipil. Bantahan itu setelah pasukan Kurdi di Suriah dan kelompok monitor perang menuding Turki melancarkan serangan gas kimia di Afrin.
“Itu hanya cerita palsu. Turki tidak pernah menggunakan senjata kimia,” kata Cavusoglu.
Dia mengabaikan laporan yang merupakan propaganda PKK yang ingin memojokkan Turki. Dia menegaskan serangan Turki selalu melindungi warga sipil. “Tapi, YPG selalu menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup di wilayah yang dikuasainya,” katanya. (Andika Hendra)
(nfl)