Turki: Hubungan dengan AS Berada di Persimpangan
A
A
A
ANKARA - Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu menyatakan, saat ini hubungan antara Turki dan Amerika Serikat (AS) tengah berada di persimpangan jalan, apakah itu akan membaik atau justru akan memburuk.
Cavusoglu mengatakan, Turki telah kehilangan kepercayaan terhadap AS karena dukungan Washington terhadap kelompok milisi Kurdi di Suriah, yakni YPG dan PYD. Ankara menilai, milisi Kurdi Suriah memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang masuk dalam daftar hitam teroris di Turki.
"Hubungan kami dengan AS, telah melewati masa kritis. Entah kita akan menormalisasi hubungan, menempatkan hubungan kembali ke jalur semula, atau mereka akan menjadi lebih buruk lagi," kata Cavusoglu, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (19/2).
Cavusoglu kemudian mengatakan, selama kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson ke Ankara pekan lalu, kedua belah pihak sepakat untuk membentuk dua mekanisme, dengan tujuan untuk menangani masalah perselisihan antara kedua sekutu NATO.
"Salah satunya adalah pada isu bilateral," katanya, menjelaskan bahwa mekanisme ini terutama akan berfokus pada harapan Ankara terhadap Washington mengenai Organisasi Teroris Fetullah (FETO) dan pemimpinnya yang berbasis di AS. Ankara telah mengupayakan ekstradisi Fetullah Gulen dari AS sejak upaya kudeta pada Juli 2016.
"Yang kedua adalah situasi di Suriah, dan bagaimana mereka akan memenuhi keprihatinan kami, bagaimana YPG akan meninggalkan Manbij, dan bagaimana kita koordinasikan ini bersama-sama, dan bagaimana kota-kota di Suriah dan kota-kota akan diperintah, oleh siapa, dan siapa yang akan menjamin keamanan kota-kota dan kota-kota ini," tukasnya.
Cavusoglu mengatakan, Turki telah kehilangan kepercayaan terhadap AS karena dukungan Washington terhadap kelompok milisi Kurdi di Suriah, yakni YPG dan PYD. Ankara menilai, milisi Kurdi Suriah memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang masuk dalam daftar hitam teroris di Turki.
"Hubungan kami dengan AS, telah melewati masa kritis. Entah kita akan menormalisasi hubungan, menempatkan hubungan kembali ke jalur semula, atau mereka akan menjadi lebih buruk lagi," kata Cavusoglu, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (19/2).
Cavusoglu kemudian mengatakan, selama kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson ke Ankara pekan lalu, kedua belah pihak sepakat untuk membentuk dua mekanisme, dengan tujuan untuk menangani masalah perselisihan antara kedua sekutu NATO.
"Salah satunya adalah pada isu bilateral," katanya, menjelaskan bahwa mekanisme ini terutama akan berfokus pada harapan Ankara terhadap Washington mengenai Organisasi Teroris Fetullah (FETO) dan pemimpinnya yang berbasis di AS. Ankara telah mengupayakan ekstradisi Fetullah Gulen dari AS sejak upaya kudeta pada Juli 2016.
"Yang kedua adalah situasi di Suriah, dan bagaimana mereka akan memenuhi keprihatinan kami, bagaimana YPG akan meninggalkan Manbij, dan bagaimana kita koordinasikan ini bersama-sama, dan bagaimana kota-kota di Suriah dan kota-kota akan diperintah, oleh siapa, dan siapa yang akan menjamin keamanan kota-kota dan kota-kota ini," tukasnya.
(esn)