AS Tetapkan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh sebagai Teroris
A
A
A
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa pihaknya telah menjadikan Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok Islam Palestina Hamas, sebagai seorang teroris.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Haniyeh, bersama dua kelompok Islam yang aktif di Mesir dan satu di wilayah Palestina, terdaftar sebagai teroris global yang ditunjuk secara khusus.
"Penetapan ini peruntukannya menargetkan kelompok dan pemimpin kunci teroris - termasuk dua yang disponsori dan disutradarai oleh Iran - yang mengancam stabilitas Timur Tengah, merongrong proses perdamaian, dan menyerang sekutu kita Mesir dan Israel," bunyi pernyataan itu mengutip Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson seperti dilansir dari Reuters, Kamis (1/2/2018).
Tiga kelompok yang ditetapkan sebagai teroris dalam keputusan tersebut adalah Harakat al-Sabireen, yang menurut pernyataan tersebut didukung oleh Iran, beroperasi di Gaza dan Tepi Barat, serta menembakkan roket ke Israel.
Selain itu adalah kelompok Liwa al-Thawra. Kelompok ini telah mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan seorang jenderal militer Mesir di Kairo pada tahun 2016 dan sebuah pemboman pada tahun 2017.
AS juga menetapkan kelompok Harakat Sawa'd Misr (HASM), yang bertanggung jawab atas pembunuhan seorang perwira keamanan Mesir dan serangan lainnya.
Dengan adanya keputusan ini, Haniyeh dan tiga kelompok tersebut tidak dapat mengakses sistem keuangan AS.
Sementara itu di Gaza, pejabat Hamas Sami Abu Zuhri, menolak keputusan dan mengutuk keputusan tersebut.
"Kami menolak dan mengutuk keputusan tersebut dan kami melihatnya sebagai cerminan dominasi sekelompok Zionis atas keputusan Amerika," ujarnya.
"Keputusan tersebut tidak berharga," tambahnya.
Hamas, yang mendominasi Jalur Gaza, menyerukan penghancuran Israel dan ditunjuk sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya.
Pada bulan Desember, setelah Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Haniyeh mengatakan pada sebuah demonstrasi di Gaza yang menandai ulang tahun ke-30 pendirian Hamas: "Kami akan merobohkan keputusan Trump. Tidak ada adikuasa yang mampu menawarkan Yerusalem kepada Israel, tidak ada Israel yang memiliki ibu kota bernama Yerusalem."
Baca Juga: Hamas Bersumpah Runtuhkan Pengakuan AS Terhadap Yerusalem
Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Haniyeh, bersama dua kelompok Islam yang aktif di Mesir dan satu di wilayah Palestina, terdaftar sebagai teroris global yang ditunjuk secara khusus.
"Penetapan ini peruntukannya menargetkan kelompok dan pemimpin kunci teroris - termasuk dua yang disponsori dan disutradarai oleh Iran - yang mengancam stabilitas Timur Tengah, merongrong proses perdamaian, dan menyerang sekutu kita Mesir dan Israel," bunyi pernyataan itu mengutip Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson seperti dilansir dari Reuters, Kamis (1/2/2018).
Tiga kelompok yang ditetapkan sebagai teroris dalam keputusan tersebut adalah Harakat al-Sabireen, yang menurut pernyataan tersebut didukung oleh Iran, beroperasi di Gaza dan Tepi Barat, serta menembakkan roket ke Israel.
Selain itu adalah kelompok Liwa al-Thawra. Kelompok ini telah mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan seorang jenderal militer Mesir di Kairo pada tahun 2016 dan sebuah pemboman pada tahun 2017.
AS juga menetapkan kelompok Harakat Sawa'd Misr (HASM), yang bertanggung jawab atas pembunuhan seorang perwira keamanan Mesir dan serangan lainnya.
Dengan adanya keputusan ini, Haniyeh dan tiga kelompok tersebut tidak dapat mengakses sistem keuangan AS.
Sementara itu di Gaza, pejabat Hamas Sami Abu Zuhri, menolak keputusan dan mengutuk keputusan tersebut.
"Kami menolak dan mengutuk keputusan tersebut dan kami melihatnya sebagai cerminan dominasi sekelompok Zionis atas keputusan Amerika," ujarnya.
"Keputusan tersebut tidak berharga," tambahnya.
Hamas, yang mendominasi Jalur Gaza, menyerukan penghancuran Israel dan ditunjuk sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya.
Pada bulan Desember, setelah Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Haniyeh mengatakan pada sebuah demonstrasi di Gaza yang menandai ulang tahun ke-30 pendirian Hamas: "Kami akan merobohkan keputusan Trump. Tidak ada adikuasa yang mampu menawarkan Yerusalem kepada Israel, tidak ada Israel yang memiliki ibu kota bernama Yerusalem."
Baca Juga: Hamas Bersumpah Runtuhkan Pengakuan AS Terhadap Yerusalem
(ian)