Cincin Api Pasifik Aktif

Jum'at, 26 Januari 2018 - 11:20 WIB
Cincin Api Pasifik Aktif
Cincin Api Pasifik Aktif
A A A
NEW YORK - Puluhan ribu orang terganggu kehidupannya dalam beberapa pekan terakhir akibat aktivitas kegempaan dan erupsi gunung api sepanjang Cincin Api Pasifik.

Gempa mengguncang Alaska pada Selasa (23/1), ditambah dengan gempa yang mengguncang Banten dan Jakarta, bahkan longsoran salju serta erupsi gunung api di Jepang. Ditambah dengan Gunung Mayon di Filipina yang mengeluarkan lava terjadi dalam waktu yang saling berdekatan.

Di Indonesia, Gunung Sinabung di Sumatera Utara dan Gunung Agung kembali aktif dan bererupsi sejak akhir tahun lalu. Fenomena alam itu menimbulkan kekhawatiran banyak pihak tentang Cincin Api yang kembali aktif.

“Erupsi vulkanik dan gempa bumi di Asia dan Alaska dalam dua hari terakhir menunjukkan Cincin Api Pasifik kembali aktif,” demikian Kantor Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) urusan Pengurangan Risiko Bencana, dilansir Channel News Asia.

Badan Survei Geologis AS (USGS) menyatakan sistem seismik berkontribusi terhadap aktivitas gunung api. “Zona Cincin Api yang menjadi lokasi separuh gunung api api di dunia dalam posisi aktif,” demikian keterangan USGS. Gempa bumi cenderung terjadi ketika lempengan itu saling berbenturan satu sama lain.

Teritorial Cincin Api merupakan tempat pertemuan piringan tektonik sehingga mengakibatkan aktivitas gempa dan vulkanik kerap terjadi.

Seruan PBB itu memicu perhatian banyak pihak tentang bencana yang mungkin akan sering terjadi dalam waktu dekat di wilayah Cincin Api. Apa yang perlu dikhawatirkan? Cincin Api merupakan rangkaian gunung berapi, lokasi gempa bumi, dan lempengan tektonik di sekitar Pasifik. Itu membentang 40.000 km dari Amerika Selatan hingga Selandia Baru. Sekitar 90% gempa terjadi di kawasan Cincin Api. 75% gunung berapi aktif di bumi juga terletak di sana.

Dengan demikian, 452 gunung api aktif berada di Cincin Api. Pekan ini saja, gempa berkekuatan 7,9 magnitudo mengguncang perairan Alaska di AS. Gempa singkat itu memicu peringatan tsunami di perairan Alaska dan British Columbia di Kanada.

Pada hari yang sama, seorang tentara tewas dan 11 orang terluka akibat longsoran salju yang dipicu erupsi gunung api. Tragedi itu dipicu erupsi Gunung Moto-Shirane yang menjadi bagian Gunung Kusastsu-Shirane mengakibatkan longsoran batu sejauh satu kilometer di dekat wilayah Kusatsu, Jepang tengah.

Awal tahun lalu, erupsi Gunung Agung di Bali memaksa penutupan bandara dan memaksa 100.000 warga dievakuasi. Gunung Sinabung di Sumatra, Indonesia, yang tidak aktif selama 400 tahun kembali aktif pada 2010.

Pada 2016, sedikitnya tujuh orang meninggal dunia akibat letusan debu panas. Kemudian, Sinabung kembali meletus pada 2017 dan masih terus berlanjut. Bahkan Gunung Kadovar, gunung berapi di Papua Nugini, juga menyebarkan debu selama beberapa pekan. Itu menyebabkan ribuan warga dievakuasi.

Namun demikian, menurut Profesor Chris Elders, pakar geologi dari Universitas Curtin di Australia, aktivitas Cincin Api seluruhnya normal saja. “Tidak ada hal yang tidak biasa tentang apa yang kita lihat saat ini,” ujarnya kepada BBC.

Elders mengungkapkan apa yang terjadi juga bersamaan dengan apa yang terjadi di bagian wilayah lain di dunia. Hal itu menunjukkan tidak adanya keterkaitan di antara bencana-bencana tersebut. Aktivitas vulkanik dan tektonik yang terjadi di kawasan telah terjadi selama ratusan dan ribuan tahun yang lalu.

“Jadi, jika kamu melihat ada ledakan kecil dalam periode panjang, itu merupakan suatu yang khusus. Jika kamu melihat ke belakang dan melihatnya dalam skala yang banyak, kamu akan melihat letusan itu sebagai aktivitas yang terus berlanjut,” ucap Elders.

Berdasarkan informasi divisi vulkanologi Jepang, Gunung Moto-Shirane tidak aktif selama 3.000 tahun, tetapi tibatiba meletus. Apakah itu disebut dengan kebangkitan kembali? “Tidak juga,” jawab Elders.

Menurut Elders, 3.000 tahun merupakan periode yang panjang untuk gunung yang tidak aktif. Tapi jika melihat sejarah, gunung berapi memiliki usia hingga puluhan ribu tahun. “Kamu akan melihat tidak aktif merupakan hal yang reguler,” ujarnya.

Dia mengungkapkan wilayah Cincin Api akan terus diguncang gempa bumi dan aktivitas erupsi gunung api. Selanjutnya, Janine Krippner, pakar gunung api asal Selandia Baru dan tinggal di AS, mengungkapkan aktivitas kegempaan dan erupsi menunjukkan zona Cincin Api tetap aktif. “Cincin Api selalu bergerak secara konstan. Itu juga sangat aktif. Namun, aktivitas tersebut normal,” paparnya.

Krippner menjelaskan kekhawatiran gunung api menjadi lebih seringaktifmemangterjadi. Tapi, kata dia, tingkat erupsinya tidak menunjukkan peningkatan drastis. “Kini kita memiliki satelit untuk mengetahui lebih banyak erupsi dan internet lebih banyak berbicara mengenai erupsi,” katanya.

Ribuan Pengungsi Merana
Di Kota Legazpi, Filipina, ribuan pengungsi merana karena erupsi Gunung Mayon dalam 12 hari terakhir. Debu letusan gunung api terbang hingga 2.500 meter di atas Gunung Mayon di Provinsi Albay. Lava berwarna oranye juga telah meleleh dan menjadi pemandangan menarik yang memikat wisatawan berdatangan ke sana.

Wisatawan juga berusaha merekam berbagai episode aktivitas yang meningkat dalam beberapa hari terakhir. Wisatawan, penduduk, dan jurnalis berkumpul untuk mendokumentasikan aktivitas gunung api yang aktif. Gunung Mayon pernah meletus pada 2014 silam.

Kegaduhan Gunung Agung mengakibatkan 75.500 orang mengungsi. Mayoritas pengungsi bertahan di pusat penampungan di mana anak-anak dan orang tua harus mengantre untuk mendapatkan makanan.

“Kita sangat khawatir. Kita terbiasa dengan gunung api, tapi kita masih khawatir,” kata salah satu pengungsi, Irene Agao, dilansir Reuters. “Jika kita diperbolehkan, kita ingin pulang sekarang. Tapi, lokasi desa kita jauh dari pusat penampungan, tapi kita memilih untuk bertahan,” imbuhnya. (Andika Hendra)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3675 seconds (0.1#10.140)