Soros: Gara-gara Korut, Trump Dapat Hancurkan Peradaban Dunia
A
A
A
DAVOS - Miliarder George Soros dalam sebuah pidato di World Economic Forum di Davos, Swiss, menyalahkan Presiden Donald Trump dan kepemimpinannya. Ia mengatakan pemerintahan Trump adalah bahaya bagi dunia.
Pemimpin Soros Fund Management and Open Society Foundation itu menyebutkan saat ini drama tengah berlangsung antara Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS). Soros mengatakan bahwa penanganan Trump terhadap situasi di Semenanjung Korea membawa AS menuju perang nuklir, karena ia tidak mau menerima Korut sebagai negara nuklir baru.
Menurut Soros tindakan AS terhadap negara kecil di Timur Jauh itu menciptakan insentif yang kuat bagi Korut untuk mengembangkan kapasitas nuklirnya dengan segala kemungkinan kecepatannya. Perkembangan pesat semacam itu dapat mendorong AS untuk menggunakan keunggulan nuklirnya secara preemptif, yang berlaku untuk memulai perang nuklir menjadi mencegah perang nuklir.
Soros menyebut langkah oleh AS ini adalah sebuah "strategi kontradiksi diri". Namun, Soros tidak hanya berhenti sampai pada bahaya yang ditimbulkan kepresidenan Trump.
"Bukan hanya kelangsungan hidup masyarakat terbuka namun kelangsungan hidup seluruh peradaban kita dipertaruhkan," katanya.
"Munculnya kepemimpinan seperti Kim Jong-un di Korea Utara dan Donald Trump di Amerika Serikat sangat berkaitan dengan ini," imbuhnya seperti dikutip Russia Today dari CNBC, Jumat (26/1/2018).
Soros bahkan memberikan nasehatnya tentang bagaimana menggagalkan perang nuklir dengan menyarankan pendekatan “carrot and stick”, di mana Korut mendapat ganjaran dari AS karena terus mengembangkan senjata nuklirnya lebih jauh dari yang dimilikinya.
Soros juga memperkirakan bahwa tugas Trump di Gedung Putih mungkin tidak berlangsung lama. "Jelas saya menganggap pemerintahan Trump berbahaya bagi dunia," kata Soros.
"Tapi saya menganggapnya sebagai fenomena sementara yang akan hilang pada 2020 atau bahkan lebih cepat lagi," cetusnya.
Lebih jauh, miliarder tersebut mengatakan bahwa ia mengharapkan kemenangan "tanah longsor" Demokrat pada pemilihan paruh waktu 2018.
Pemimpin Soros Fund Management and Open Society Foundation itu menyebutkan saat ini drama tengah berlangsung antara Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS). Soros mengatakan bahwa penanganan Trump terhadap situasi di Semenanjung Korea membawa AS menuju perang nuklir, karena ia tidak mau menerima Korut sebagai negara nuklir baru.
Menurut Soros tindakan AS terhadap negara kecil di Timur Jauh itu menciptakan insentif yang kuat bagi Korut untuk mengembangkan kapasitas nuklirnya dengan segala kemungkinan kecepatannya. Perkembangan pesat semacam itu dapat mendorong AS untuk menggunakan keunggulan nuklirnya secara preemptif, yang berlaku untuk memulai perang nuklir menjadi mencegah perang nuklir.
Soros menyebut langkah oleh AS ini adalah sebuah "strategi kontradiksi diri". Namun, Soros tidak hanya berhenti sampai pada bahaya yang ditimbulkan kepresidenan Trump.
"Bukan hanya kelangsungan hidup masyarakat terbuka namun kelangsungan hidup seluruh peradaban kita dipertaruhkan," katanya.
"Munculnya kepemimpinan seperti Kim Jong-un di Korea Utara dan Donald Trump di Amerika Serikat sangat berkaitan dengan ini," imbuhnya seperti dikutip Russia Today dari CNBC, Jumat (26/1/2018).
Soros bahkan memberikan nasehatnya tentang bagaimana menggagalkan perang nuklir dengan menyarankan pendekatan “carrot and stick”, di mana Korut mendapat ganjaran dari AS karena terus mengembangkan senjata nuklirnya lebih jauh dari yang dimilikinya.
Soros juga memperkirakan bahwa tugas Trump di Gedung Putih mungkin tidak berlangsung lama. "Jelas saya menganggap pemerintahan Trump berbahaya bagi dunia," kata Soros.
"Tapi saya menganggapnya sebagai fenomena sementara yang akan hilang pada 2020 atau bahkan lebih cepat lagi," cetusnya.
Lebih jauh, miliarder tersebut mengatakan bahwa ia mengharapkan kemenangan "tanah longsor" Demokrat pada pemilihan paruh waktu 2018.
(ian)