'Bocah Beku' di China Dapat Sumbangan Rp4,5 Miliar
A
A
A
CHINA - Semangat Wang Fuman untuk menuntut ilmu memang luar biasa. Bocah berusia 8 tahun tersebut nekat berjalan kaki sejauh 4,5 km dalam suhu -9 derajat Celsius ke sekolahnya. Wang Fuman pun menjadi terkenal setelah fotonya dengan rambut dan alis penuh es menjadi viral pada Selasa (9/1).
Kegigihan Wang Fuman itulah yang menggugah warga China mengumpulkan dana untuk membantunya. Total donasi untuk Wang Fuman dan sekolahnya telah terkumpul sebanyak 2,2 juta yuan (Rp4,5 miliar). Dana itu juga digunakan untuk membantu anak-anak lain dengan nasib seperti Fuman.
Kisah heroik Wang Fuman ini memang benar-benar menginspirasi masyarakat dunia. Wang Fuman saat ini belajar di kelas 3 Sekolah Dasar Zhuan shanbao, Kota Xinjie, Ludian, Shaotong, Provinsi Yunnan.
Semuanya bermula ketika Wang Fuman pergi ke sekolah untuk ikut ujian pada Selasa (9/1) lalu. De ngan mengenakan jaket tipis, Wang Fuman berjalan sendirian sekitar dua jam dalam suhu beku. Dia pun harus berjuang melewati area pegunungan dan sungai untuk sampai ke sekolahnya. Tiba di kelas, dia kemudian duduk untuk mengerjakan ujian di ruang kelas yang tak memiliki pemanas ruangan. Rambut dan alis mata Fuman terlihat membeku karena dingin seperti manusia salju. Kulit pipinya juga pecah dan terlihat memerah karena kedinginan.
Dalam foto yang beredar, teman-teman sekelasnya tertawa geli melihat rambut Fuman yang dipenuhi salju. Sejak saat itu dia dipanggil dengan se butan Bocah Beku. Dalam kondisi rambut dan alis beku itulah Fuman dipotret oleh gurunya. Foto Fuman menjadi viral dijagat media sosial dan menghiasi berbagai media online dunia setelah diunggah oleh gurunya di WeChat, aplikasi pesan yang popular di China.
Tak lama kemudian, bocah es tersebut menjadi terkenal dan menyulut pro-kontra para komentator sebagai simbol nasib anak di perdesaan terpencil China yang jumlahnya sekitar 43%. Berbagai media pemerintah menjuluki Fuman sebagai anak es atau anak beku. Salah seorang pengguna Weibo, situs mi croblogging, mengaku tersentuh. ”Tolong jangan lupakan impianmu,” tulisnya. Yang lain menyebut Fuman sebagai pahlawan. Karena dalam foto yang sederhana itu muncul jati diri yang sebenarnya, yakni jujur, gigih, dan bekerja keras.
Fuman berasal dari keluarga miskin. Ayahnya bekerja sebagai migran di kota lain dan ibunya telah meninggalkan keluarga itu. Tak hanya rambut dan alis beku yang membuat warga China iba akan nasib Fuman. Gambar yang viral itu juga menunjukkan tangan bocah itu kapalan dan sedang berada di atas kertas ujian. Saat ini Fuman tinggal bersama satu dari perempuan dan nenek nya di rumah yang terbuat dari lumpur. Tangan bocah itu pun tampak mengalami radang dingin karena harus membantu neneknya bekerja di ladang saat cuaca dingin.
Yang menakjubkan adalah meski serba-kekurangan, Fuman ternyata anak yang cerdas. Dalam ujian itu, nilai Fuman 99% benar dalam soal matematika. Gambar Fuman itu pun menyentuh hati publik di China serta membuat banyak orang mempertanyakan kesenjangan so sial di negara tersebut.
Yayasan Pembangunan Pemuda Yunnan menyatakan pihaknya telah menerima sumbangan untuk diberikan kepada Fuman atau sekolahnya. Yayasan akan mengelola dana bantuan itu untuk Fuman dan sekolahnya, bekerjasama dengan Yayasan Pembangunan Pemuda Zhaotong.
Dalam pernyataannya, yayasan itu telah mengonfirmasi donasi sebesar 2,2 juta yuan (Rp4,5 mi liar) sejak mereka meminta publik membantu Fuman dan teman sekelasnya. Sekolah dasar itu memiliki total 81 murid dan masing-masing menerima bantuan 500 yuan. Selain itu ada 144 pasang pakaian hangat dan peralatan penghangat ruangan yang disumbangkan oleh satu perusahaan engineering. Perusahaan itu juga memberikan pekerjaan kepada ayah Wang Fuman sehingga dia tidak harus pergi ke luar kota untuk bekerja meninggalkan keluarganya.
Kondisi yang dialami Fuman banyak dialami kebanyakan anak yang tinggal di daerah terpencil China. Seperti Fuman, mereka biasanya juga tinggal bersama kakek dan neneknya. Mereka menghadapi berbagai kendala, termasuk kekurangan gizi, rumah rusak, dan akses transportasi yang buruk. Beberapa sekolah perdesaan telah ditutup dalam beberapa tahun terakhir, memaksa banyak anak melakukan perjalanan jauh untuk bisa tetap bersekolah.
Berbagai hambatan tersebut membuat angka putus sekolah tinggi di kalangan anak-anak perdesaan. Hal ini dinilai sebagai sebuah ironi di tengah kemampuan China dalam melatih angkatan kerja yang sangat teram pil. ”Ada begitu banyak insiden serupa yang dialami anak-anak tertinggal di China setiap hari,” kata Kam Wing Chan, seorang profesor di University of Washington yang mempelajari kesenjangan perdesaan-perkotaan di China seperti dikutip The New York Times.
Kini Bahagia
Setelah gambarnya menjadi viral, ayah Fuman ditawari pekerjaan di dekat tempat tinggalnya sehingga tidak harus pergi ke luar kota untuk bekerja. Ayahnya pun kini dapat tinggal dan bekerja bersama keluarganya. Bocah itu merasa sangat bahagia dengan berbagai bantuan yang diterima dirinya dan keluarganya.
”Saya sangat gembira karena banyak orang membantu saya dan telah memberi saya banyak hadiah,” tutur Fuman. Sang ayah segera pulang dari pekerjaan di luar kota setelah foto anaknya menjadi viral. Dia pun memberi Fuman uang saku sebesar 5 yuan.
Bocah itu pun mengatakan, ”Saya ingin menyim pan uang ini untuk perawat an jika orang tua saya sakit.” Saat ini China memiliki 61 juta anak yang ditinggal orangtuanya bekerja ke kota lain. Jum lah sebanyak itu hampir sama dengan total populasi di Inggris. (Syarifudin)
Kegigihan Wang Fuman itulah yang menggugah warga China mengumpulkan dana untuk membantunya. Total donasi untuk Wang Fuman dan sekolahnya telah terkumpul sebanyak 2,2 juta yuan (Rp4,5 miliar). Dana itu juga digunakan untuk membantu anak-anak lain dengan nasib seperti Fuman.
Kisah heroik Wang Fuman ini memang benar-benar menginspirasi masyarakat dunia. Wang Fuman saat ini belajar di kelas 3 Sekolah Dasar Zhuan shanbao, Kota Xinjie, Ludian, Shaotong, Provinsi Yunnan.
Semuanya bermula ketika Wang Fuman pergi ke sekolah untuk ikut ujian pada Selasa (9/1) lalu. De ngan mengenakan jaket tipis, Wang Fuman berjalan sendirian sekitar dua jam dalam suhu beku. Dia pun harus berjuang melewati area pegunungan dan sungai untuk sampai ke sekolahnya. Tiba di kelas, dia kemudian duduk untuk mengerjakan ujian di ruang kelas yang tak memiliki pemanas ruangan. Rambut dan alis mata Fuman terlihat membeku karena dingin seperti manusia salju. Kulit pipinya juga pecah dan terlihat memerah karena kedinginan.
Dalam foto yang beredar, teman-teman sekelasnya tertawa geli melihat rambut Fuman yang dipenuhi salju. Sejak saat itu dia dipanggil dengan se butan Bocah Beku. Dalam kondisi rambut dan alis beku itulah Fuman dipotret oleh gurunya. Foto Fuman menjadi viral dijagat media sosial dan menghiasi berbagai media online dunia setelah diunggah oleh gurunya di WeChat, aplikasi pesan yang popular di China.
Tak lama kemudian, bocah es tersebut menjadi terkenal dan menyulut pro-kontra para komentator sebagai simbol nasib anak di perdesaan terpencil China yang jumlahnya sekitar 43%. Berbagai media pemerintah menjuluki Fuman sebagai anak es atau anak beku. Salah seorang pengguna Weibo, situs mi croblogging, mengaku tersentuh. ”Tolong jangan lupakan impianmu,” tulisnya. Yang lain menyebut Fuman sebagai pahlawan. Karena dalam foto yang sederhana itu muncul jati diri yang sebenarnya, yakni jujur, gigih, dan bekerja keras.
Fuman berasal dari keluarga miskin. Ayahnya bekerja sebagai migran di kota lain dan ibunya telah meninggalkan keluarga itu. Tak hanya rambut dan alis beku yang membuat warga China iba akan nasib Fuman. Gambar yang viral itu juga menunjukkan tangan bocah itu kapalan dan sedang berada di atas kertas ujian. Saat ini Fuman tinggal bersama satu dari perempuan dan nenek nya di rumah yang terbuat dari lumpur. Tangan bocah itu pun tampak mengalami radang dingin karena harus membantu neneknya bekerja di ladang saat cuaca dingin.
Yang menakjubkan adalah meski serba-kekurangan, Fuman ternyata anak yang cerdas. Dalam ujian itu, nilai Fuman 99% benar dalam soal matematika. Gambar Fuman itu pun menyentuh hati publik di China serta membuat banyak orang mempertanyakan kesenjangan so sial di negara tersebut.
Yayasan Pembangunan Pemuda Yunnan menyatakan pihaknya telah menerima sumbangan untuk diberikan kepada Fuman atau sekolahnya. Yayasan akan mengelola dana bantuan itu untuk Fuman dan sekolahnya, bekerjasama dengan Yayasan Pembangunan Pemuda Zhaotong.
Dalam pernyataannya, yayasan itu telah mengonfirmasi donasi sebesar 2,2 juta yuan (Rp4,5 mi liar) sejak mereka meminta publik membantu Fuman dan teman sekelasnya. Sekolah dasar itu memiliki total 81 murid dan masing-masing menerima bantuan 500 yuan. Selain itu ada 144 pasang pakaian hangat dan peralatan penghangat ruangan yang disumbangkan oleh satu perusahaan engineering. Perusahaan itu juga memberikan pekerjaan kepada ayah Wang Fuman sehingga dia tidak harus pergi ke luar kota untuk bekerja meninggalkan keluarganya.
Kondisi yang dialami Fuman banyak dialami kebanyakan anak yang tinggal di daerah terpencil China. Seperti Fuman, mereka biasanya juga tinggal bersama kakek dan neneknya. Mereka menghadapi berbagai kendala, termasuk kekurangan gizi, rumah rusak, dan akses transportasi yang buruk. Beberapa sekolah perdesaan telah ditutup dalam beberapa tahun terakhir, memaksa banyak anak melakukan perjalanan jauh untuk bisa tetap bersekolah.
Berbagai hambatan tersebut membuat angka putus sekolah tinggi di kalangan anak-anak perdesaan. Hal ini dinilai sebagai sebuah ironi di tengah kemampuan China dalam melatih angkatan kerja yang sangat teram pil. ”Ada begitu banyak insiden serupa yang dialami anak-anak tertinggal di China setiap hari,” kata Kam Wing Chan, seorang profesor di University of Washington yang mempelajari kesenjangan perdesaan-perkotaan di China seperti dikutip The New York Times.
Kini Bahagia
Setelah gambarnya menjadi viral, ayah Fuman ditawari pekerjaan di dekat tempat tinggalnya sehingga tidak harus pergi ke luar kota untuk bekerja. Ayahnya pun kini dapat tinggal dan bekerja bersama keluarganya. Bocah itu merasa sangat bahagia dengan berbagai bantuan yang diterima dirinya dan keluarganya.
”Saya sangat gembira karena banyak orang membantu saya dan telah memberi saya banyak hadiah,” tutur Fuman. Sang ayah segera pulang dari pekerjaan di luar kota setelah foto anaknya menjadi viral. Dia pun memberi Fuman uang saku sebesar 5 yuan.
Bocah itu pun mengatakan, ”Saya ingin menyim pan uang ini untuk perawat an jika orang tua saya sakit.” Saat ini China memiliki 61 juta anak yang ditinggal orangtuanya bekerja ke kota lain. Jum lah sebanyak itu hampir sama dengan total populasi di Inggris. (Syarifudin)
(nfl)