Waswas Perang Pecah Tiap Saat, Tentara Korut Tidur Tanpa Lepas Sepatu
A
A
A
WASHINGTON - Para tentara Korea Utara (Korut) dilaporkan tidur tanpa melepas sepatu karena mereka waswas perang dengan Amerika Serikat (AS) bisa pecah setiap saat. Laporan itu diungkap pakar Rusia yang belum lama ini mengunjungi Pyongyang.
Alexander Vorontsov, kepala Institute of Oriental Studies of the Russia Academy of Sciences, mengunjungi Pyongyang pada November 2017. Dia telah berbicara dengan tokoh senior Korut tentang keseluruhan suasana hati di rezim Kim Jong-un.
Menurutnya, para tentara Korut tidak ragu bahwa konflik dengan AS akan pecah. Satu-satunya pertanyaan yang tersisa dalam benak para tentara dan diplomat rezim Kim Jong-un itu adalah kapan perang itu benar-benar terjadi.
Vorontsov menulis apa yang dia lihat dan dengar itu di situs 38North yang berbasis di AS. Menurut Vorontsov, diplomat Kementerian Luar Negeri Korut yakin bahwa Washington bertekad untuk berperang melawan Pyongyang, meski Korea Selatan optimistis konflik tak akan terjadi.
”Pejabat ini benar-benar bingung karena mayoritas penduduk Korsel tampaknya tidak memahami kenyataan bahwa pemerintahan Trump, terlepas dari risikonya, telah mendekati serangan preventif terhadap Korut,” tulis analis Rusia itu yang dikutip Jumat (12/1/2018).
Sejak Presiden Donald Trump memimpin Gedung Putih, perang kata-kata dengan Korea Utara telah meningkat. Trump dan Kim Jong-un kerap mengumbar hinaan dan retorika nuklir satu sama lain.
”Hanya satu pertanyaan yang tersisa: kapan akan terjadi perang?,” kata Vorontsov menirukan komentar diplomat Kementerian Luar Negeri Korut yang dia temui.
Pada awal 2018, Kim Jong-un mengumbar retorika nuklir dengan mengklaim memiliki tombol nuklir merah selalu tersedia di mejanya dan seluruh wilayah AS berada dalam jangkauan. Komentar Kim itu dibalas Trump dengan mengatakan bahwa tombol nuklir Washington lebih besar dan kuat.
Namun, faktanya metafora tombol nuklir AS seperti itu sejatinya tidak ada. Kode perintah serangan nuklir oleh presiden AS berada dalam tas kerja yang dibawa perwira militer yang selalu berada di dekatnya.
Alexander Vorontsov, kepala Institute of Oriental Studies of the Russia Academy of Sciences, mengunjungi Pyongyang pada November 2017. Dia telah berbicara dengan tokoh senior Korut tentang keseluruhan suasana hati di rezim Kim Jong-un.
Menurutnya, para tentara Korut tidak ragu bahwa konflik dengan AS akan pecah. Satu-satunya pertanyaan yang tersisa dalam benak para tentara dan diplomat rezim Kim Jong-un itu adalah kapan perang itu benar-benar terjadi.
Vorontsov menulis apa yang dia lihat dan dengar itu di situs 38North yang berbasis di AS. Menurut Vorontsov, diplomat Kementerian Luar Negeri Korut yakin bahwa Washington bertekad untuk berperang melawan Pyongyang, meski Korea Selatan optimistis konflik tak akan terjadi.
”Pejabat ini benar-benar bingung karena mayoritas penduduk Korsel tampaknya tidak memahami kenyataan bahwa pemerintahan Trump, terlepas dari risikonya, telah mendekati serangan preventif terhadap Korut,” tulis analis Rusia itu yang dikutip Jumat (12/1/2018).
Sejak Presiden Donald Trump memimpin Gedung Putih, perang kata-kata dengan Korea Utara telah meningkat. Trump dan Kim Jong-un kerap mengumbar hinaan dan retorika nuklir satu sama lain.
”Hanya satu pertanyaan yang tersisa: kapan akan terjadi perang?,” kata Vorontsov menirukan komentar diplomat Kementerian Luar Negeri Korut yang dia temui.
Pada awal 2018, Kim Jong-un mengumbar retorika nuklir dengan mengklaim memiliki tombol nuklir merah selalu tersedia di mejanya dan seluruh wilayah AS berada dalam jangkauan. Komentar Kim itu dibalas Trump dengan mengatakan bahwa tombol nuklir Washington lebih besar dan kuat.
Namun, faktanya metafora tombol nuklir AS seperti itu sejatinya tidak ada. Kode perintah serangan nuklir oleh presiden AS berada dalam tas kerja yang dibawa perwira militer yang selalu berada di dekatnya.
(mas)