Gara-gara Telepon Usil, Polisi Tembak Mati Pria Tidak Berdosa
A
A
A
WASHINGTON - Seorang perwiran polisi di Kansas menembak dan membunuh seorang pria tidak berdosa dan tidak bersenjata. Insiden itu terjadi setelah seseorang melakukan aksi usil dengan menelpon nomor gawat darurat, mengaku telah membunuh ayahnya dan menahan sandera di rumah korban.
"Pria berusia 28 tahun itu tewas dalam sebuah baku tembak dengan polisi, beberapa menit setelah mereka menerima panggilan pada Kamis malam," kata Kepala Polisi Wichita Capital, Troy Livingston, dalam sebuah konferensi pers seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (30/12/2017).
Pihak berwenang kemudian mengetahui bahwa telepon tersebut adalah tipuan, yang dikenal dengan swatting, di mana orang secara salah melaporkan keadaan darurat kepada pihak berwenang yang memerlukan tanggapan polisi, biasanya oleh tim Senjata Khusus dan Taktik, atau SWAT.
Dalam beberapa insiden swatting di seluruh negeri, gamer online telah dituduh oleh pihak berwenang sebagai pelaku yang kerap melakukan panggilan tersebut.
Insiden itu bermula ketika pukul 6 sore pada hari Kamis, kiriman kilat di Wichita menerima telepon dari seorang pria yang mengatakan bahwa dia baru saja menembaki ayahnya dan dia menahan ibu dan adiknya untuk disandera.
"Saya sudah menuangkan bensin ke seluruh rumah, saya mungkin akan menyalakannya," katanya kepada petugas operator, menurut rekaman panggilan yang dipublikasikan.
Livingston mengatakan petugas polisi Wichita menanggapi panggilan tersebut, mengelilingi sebuah rumah di sisi barat kota.
"Ketika insiden tersebut terjadi, seorang pria berusia 28 tahun membuka pintu depan dan berdiri di ambang pintu atau tepat di luar pintu itu," ujarnya.
"Petugas memberinya beberapa perintah lisan untuk mengangkat tangannya dan berjalan ke arah mereka," sambungnya.
Seorang petugas polisi melepaskan tembakan, menembak sekali, setelah pria itu mengangkat tangannya dan menunjukkan sebuah senjata ke petugas. Polisi kemudian memasuki rumah tersebut dan tidak menemukan seorang pun meninggal, terluka dan tidak ada sandera di dalamnya.
"Penembakan adalah tindakan tragis dan tidak masuk akal. Tindakan yang tidak bertanggung jawab dari seorang yang suka usil membuat orang hidup dalam bahaya. Insiden ini adalah mimpi buruk bagi semua orang yang terlibat," kata Livingston.
Anggota keluarga mengatakan kepada surat kabar Wichita Eagle bahwa Andrew Finch, ayah dari dua orang anak, adalah orang yang terbunuh.
"Orang yang membuat panggilan telepon membawa keponakan saya ... ayah dari dua anak-anak," kata bibi Finch, Lorrie Hernandez-Caballero, mengatakan kepada surat kabar tersebut.
"Bagaimana rasanya menjadi pembunuh? Saya tidak percaya orang melakukan ini dengan sengaja," ucapnya lirih.
Livingston mengatakan otoritas lokal dan pihak federal sedang mencari penelepon yang bertanggung jawab atas aksi mematikan tersebut.
"Pria berusia 28 tahun itu tewas dalam sebuah baku tembak dengan polisi, beberapa menit setelah mereka menerima panggilan pada Kamis malam," kata Kepala Polisi Wichita Capital, Troy Livingston, dalam sebuah konferensi pers seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (30/12/2017).
Pihak berwenang kemudian mengetahui bahwa telepon tersebut adalah tipuan, yang dikenal dengan swatting, di mana orang secara salah melaporkan keadaan darurat kepada pihak berwenang yang memerlukan tanggapan polisi, biasanya oleh tim Senjata Khusus dan Taktik, atau SWAT.
Dalam beberapa insiden swatting di seluruh negeri, gamer online telah dituduh oleh pihak berwenang sebagai pelaku yang kerap melakukan panggilan tersebut.
Insiden itu bermula ketika pukul 6 sore pada hari Kamis, kiriman kilat di Wichita menerima telepon dari seorang pria yang mengatakan bahwa dia baru saja menembaki ayahnya dan dia menahan ibu dan adiknya untuk disandera.
"Saya sudah menuangkan bensin ke seluruh rumah, saya mungkin akan menyalakannya," katanya kepada petugas operator, menurut rekaman panggilan yang dipublikasikan.
Livingston mengatakan petugas polisi Wichita menanggapi panggilan tersebut, mengelilingi sebuah rumah di sisi barat kota.
"Ketika insiden tersebut terjadi, seorang pria berusia 28 tahun membuka pintu depan dan berdiri di ambang pintu atau tepat di luar pintu itu," ujarnya.
"Petugas memberinya beberapa perintah lisan untuk mengangkat tangannya dan berjalan ke arah mereka," sambungnya.
Seorang petugas polisi melepaskan tembakan, menembak sekali, setelah pria itu mengangkat tangannya dan menunjukkan sebuah senjata ke petugas. Polisi kemudian memasuki rumah tersebut dan tidak menemukan seorang pun meninggal, terluka dan tidak ada sandera di dalamnya.
"Penembakan adalah tindakan tragis dan tidak masuk akal. Tindakan yang tidak bertanggung jawab dari seorang yang suka usil membuat orang hidup dalam bahaya. Insiden ini adalah mimpi buruk bagi semua orang yang terlibat," kata Livingston.
Anggota keluarga mengatakan kepada surat kabar Wichita Eagle bahwa Andrew Finch, ayah dari dua orang anak, adalah orang yang terbunuh.
"Orang yang membuat panggilan telepon membawa keponakan saya ... ayah dari dua anak-anak," kata bibi Finch, Lorrie Hernandez-Caballero, mengatakan kepada surat kabar tersebut.
"Bagaimana rasanya menjadi pembunuh? Saya tidak percaya orang melakukan ini dengan sengaja," ucapnya lirih.
Livingston mengatakan otoritas lokal dan pihak federal sedang mencari penelepon yang bertanggung jawab atas aksi mematikan tersebut.
(ian)