Saudi: Sulit Gantikan Posisi AS sebagai Mediator Israel-Palestina
A
A
A
JAKARTA - Arab Saudi menyatakan sulit untuk menggantikan posisi Amerika Serikat (AS) sebagai mediator konflik Israel dan Palestina. Sejumlah pihak, termasuk Israel meminta Saudi untuk maju sebagai mediator perdamaian Timur Tengah menggantikan AS.
Washington dinilai banyak pihak sudah tidak lagi netral karena mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Sementara itu, Israel menyebut AS sampai saat ini tidak memiliki kerangka jelas mengenai proses perdamaian itu sendiri dan menyerukan Saudi yang dianggap sebagai pemimpin negara Arab untuk mengambil inisiatif dan menggeser posisi AS.
Menurut Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Abdullah al Shuabi, suatu kehormatan bagi pihaknya untuk bisa menggantikan posisi AS. Namun, ia menyebut hal itu cukup sulit dilakukan karena Saudi juga bukanlah negara yang netral dalam isu ini.
"Tentu akan sangat menyenangkan jika Arab Saudi mengambil posisi dan peran tersebut. Akan tetapi sangat tidak mungkin, semua orang tahu Arab Saudi selalu ada di pihak Palestina," ujar Osama.
"Selain itu, Saudi tidak punya hubungan dengan Israel dalam bentuk diplomatik atau politik. Tidak mungkin kami jadi penengah," sambungnya, saat melakukan pertemuan dengan awak media di kediamanya di bilangan Menteng, Jakarta, pada Rabu (20/12/2017).
Dikesempatan yang sama Osama juga angkat suara mengenai kabar Saudi menawarkan Kota Abu Dis sebagai Ibu Kota Palestina pengganti Yerusalem Timur. Tawaran itu disebut-sebut disampaikan Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz al Saud, saat bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Riyadh beberapa waktu lalu.
Osama menyatakan kabar tersebut tidaklah benar. "Mengenai rumor itu semuanya memiliki sikap yang sama. Yerusalem adalah Ibu Kota Palestina," tegas Osama.
Washington dinilai banyak pihak sudah tidak lagi netral karena mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Sementara itu, Israel menyebut AS sampai saat ini tidak memiliki kerangka jelas mengenai proses perdamaian itu sendiri dan menyerukan Saudi yang dianggap sebagai pemimpin negara Arab untuk mengambil inisiatif dan menggeser posisi AS.
Menurut Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Abdullah al Shuabi, suatu kehormatan bagi pihaknya untuk bisa menggantikan posisi AS. Namun, ia menyebut hal itu cukup sulit dilakukan karena Saudi juga bukanlah negara yang netral dalam isu ini.
"Tentu akan sangat menyenangkan jika Arab Saudi mengambil posisi dan peran tersebut. Akan tetapi sangat tidak mungkin, semua orang tahu Arab Saudi selalu ada di pihak Palestina," ujar Osama.
"Selain itu, Saudi tidak punya hubungan dengan Israel dalam bentuk diplomatik atau politik. Tidak mungkin kami jadi penengah," sambungnya, saat melakukan pertemuan dengan awak media di kediamanya di bilangan Menteng, Jakarta, pada Rabu (20/12/2017).
Dikesempatan yang sama Osama juga angkat suara mengenai kabar Saudi menawarkan Kota Abu Dis sebagai Ibu Kota Palestina pengganti Yerusalem Timur. Tawaran itu disebut-sebut disampaikan Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz al Saud, saat bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Riyadh beberapa waktu lalu.
Osama menyatakan kabar tersebut tidaklah benar. "Mengenai rumor itu semuanya memiliki sikap yang sama. Yerusalem adalah Ibu Kota Palestina," tegas Osama.
(ian)