Thailand Hentikan Bisnis dengan Korut
A
A
A
BANGKOK - Tidak ada perdagangan yang terjadi antara Thailand dan Korea Utara (Korut). Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan-ocha menegaskan, kebijakan itu kemarin menjelang kunjungan utusan Amerika Serikat (AS) yang membawa misi meningkatkan tekanan terhadap Pyongyang.
AS mendesak negara-negara Asia Tenggara mengambil langkah lebih banyak untuk memutus aliran dana ke Korut seiring meningkatnya ketegangan terkait program senjata Pyongyang.
“Thailand menjamin bahwa kami mematuhi resolusi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB),” ungkap PM Prayuth Chan-ocha dikutip kantor berita Reuters, kemarin.
Dia menambahkan, “Ada sejumlah laporan tentang perahu-perahu Korut di perairan kami. Saya melarang mereka sejak lama. Tidak ada perdagangan di sana.” Utusan khusus AS untuk kebijakan Korut Joseph Yun akan berada di Bangkok pekan ini membahas langkah meningkatkan tekanan pada Korut.
Saat berada di Bangkok, Agustus lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson menekan Thailand yang merupakan aliansi lama AS di Asia agar bertindak lebih keras terhadap Pyongyang.
Saat ini AS yakin perusahaan-perusahaan Korut aktif di Thailand. AS mendesak Thailand untuk menutup perusahaan-perusahaan itu. Setelah kunjungan Tillerson, Kementerian Perdagangan Thailand menyatakan perdagangan dengan Korut telah turun hingga 94% sejak tahun sebelumnya.
Tidak ada rincian data perdagangan tersebut. Korut telah menguji rudal balistik antarbenua bulan lalu. Pyongyang mengklaim rudal tersebut bisa mencapai seluruh wilayah AS dan dapat dipasangi hulu ledak nuklir.
Dewan Keamanan PBB akan menggelar pertemuan untuk membahas program rudal dan nuklir Korut pada Jumat (15/12/2017).
Sementara sejumlah jet tempur F-15 milik Jepang menggelar latihan dengan pesawat B1-B bomber, F-35, dan F-18 milik AS di atas Laut China Timur dan selatan Semenanjung Korea. Latihan itu merupakan terbesar dalam serangkaian latihan yang bertujuan menekan Korut.
“Latihan ini berarti memperkuat operasi gabungan dan meningkatkan keahlian tempur,” kata pernyataan Pasukan Pertahanan Bela Diri Udara Jepang (ASDF). (Syarifudin)
AS mendesak negara-negara Asia Tenggara mengambil langkah lebih banyak untuk memutus aliran dana ke Korut seiring meningkatnya ketegangan terkait program senjata Pyongyang.
“Thailand menjamin bahwa kami mematuhi resolusi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB),” ungkap PM Prayuth Chan-ocha dikutip kantor berita Reuters, kemarin.
Dia menambahkan, “Ada sejumlah laporan tentang perahu-perahu Korut di perairan kami. Saya melarang mereka sejak lama. Tidak ada perdagangan di sana.” Utusan khusus AS untuk kebijakan Korut Joseph Yun akan berada di Bangkok pekan ini membahas langkah meningkatkan tekanan pada Korut.
Saat berada di Bangkok, Agustus lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson menekan Thailand yang merupakan aliansi lama AS di Asia agar bertindak lebih keras terhadap Pyongyang.
Saat ini AS yakin perusahaan-perusahaan Korut aktif di Thailand. AS mendesak Thailand untuk menutup perusahaan-perusahaan itu. Setelah kunjungan Tillerson, Kementerian Perdagangan Thailand menyatakan perdagangan dengan Korut telah turun hingga 94% sejak tahun sebelumnya.
Tidak ada rincian data perdagangan tersebut. Korut telah menguji rudal balistik antarbenua bulan lalu. Pyongyang mengklaim rudal tersebut bisa mencapai seluruh wilayah AS dan dapat dipasangi hulu ledak nuklir.
Dewan Keamanan PBB akan menggelar pertemuan untuk membahas program rudal dan nuklir Korut pada Jumat (15/12/2017).
Sementara sejumlah jet tempur F-15 milik Jepang menggelar latihan dengan pesawat B1-B bomber, F-35, dan F-18 milik AS di atas Laut China Timur dan selatan Semenanjung Korea. Latihan itu merupakan terbesar dalam serangkaian latihan yang bertujuan menekan Korut.
“Latihan ini berarti memperkuat operasi gabungan dan meningkatkan keahlian tempur,” kata pernyataan Pasukan Pertahanan Bela Diri Udara Jepang (ASDF). (Syarifudin)
(nfl)