Cerita Pembelot Korut: Aborsi Paksa hingga Mayat Jadi Santapan Anjing
A
A
A
NEW YORK - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley mengadakan sebuah pertemuan mengenai situasi hak asasi manusia di Korea Utara (Korut). Dalam pertemuan itu, seorang pembelot Pyongyang bercerita bagaimana dia dipaksa melakukan aborsi setelah dipulangkan dari China.
Pembelot wanita itu bernama Ji Hyeon-A. Dia memohon agar dunia bertindak.
Acara di PBB yang disponsori AS, Prancis, Jepang, Korea Selatan, Kanada dan Inggris Raya ini diberi nama “The Terrifying experience of forcibly Repatriated North Korean women”.
Ji Hyeon-A dipulangkan tiga kali ke Korut setelah dia ditangkap di China. Dia akhirnya berhasil lolos ke Korea Selatan dan berbicara tentang pengalamannya yang mengerikan.
Dia menggambarkan bagaimana wanita Korea Utara yang hamil di China dipaksa melakukan aborsi.
”Wanita hamil dipaksa bekerja keras sepanjang hari,” katanya. ”Pada malam hari, kami mendengar ibu hamil menjerit dan bayinya meninggal tanpa pernah bisa melihat ibunya.”
Menurutnya, rezim Korea Utara tidak mengizinkan bayi campuran. Di satu pusat penahanan, dia menggambarkan bagaimana narapidana mati kelaparan. Mayat mereka, kata dia, diberikan kepada anjing penjaga sebagai santapan.
Untuk ketiga kalinya Ji Hyeon-A tertangkap dan dikirim kembali ke Korea Utara. Saat itu, dia hamil tiga bulan. Dia dengan penuh air mata menggambarkan bagaimana dia dipaksa melakukan aborsi tanpa pengobatan di kantor polisi setempat.
”Anak pertama saya meninggal dunia tanpa pernah melihat dunia,” katanya. ”Tanpa ada waktu untuk (saya) minta maaf.”
Dia akhirnya sampai di Korea Selatan pada tahun 2007 dan sejak itu dipertemukan kembali dengan ibu, saudara laki-laki dan adik perempuannya. Dia masih belum mendengar kabar tentang ayahnya.
Ji-Hyeon-A mengatakan bahwa tentara Korea Utara yang baru saja melarikan diri ke Korea Selatan mewakili sedikit keberanian yang merupakan impian 25 juta orang Korea Utara.
“Korea Utara adalah penjara yang mengerikan dan Kim (Jong-un—pemimpin Korut saat ini) melakukan pembantaian yang besar dan dibutuhkan keajaiban untuk bertahan di sana,” ujarnya, seperti dikutip Fox News, semalam (12/12/2017).
Dia mengkritik pemerintah China karena mengirim orang-orang Korea Utara kembali ke rezim Pyongyang. Dia mendesak pemerintah China untuk berhenti memulangkan orang-orang Korea Utara ke rezim Kim Jong-un karena dia tahu akan terjadi hal yang mengerikan saat orang-orang tersebut tiba di sana.
Ji-Hyeon-A mendesak para pemimpin PBB dan dunia untuk memperjuangkan para pembelot Korea Utara dan terutama mereka yang dipulangkan.
Dia membacakan sebuah puisi berjudul ”Apakah ada orang di sana?” dari kumpulan puisi yang dia tulis.
”Aku takut, apakah ada orang di sana? Aku di sini di neraka, apakah ada orang di sana? Aku berteriak dan berteriak tapi tidak ada yang membuka pintu. Apakah ada orang di sana? Tolong dengarkan erangan kami dan dengarkan rasa sakit kami. Apakah ada orang di sana? Orang-orang sekarat, temanku sekarat. Aku memanggil lagi dan lagi tapi kenapa tidak kamu jawab. Apakah ada orang di sana?”
Duta Besar Inggris untuk PBB Matthew Rycroft memuji Ji-Hyeon-A karena berani berbicara di acara tersebut. Dia mengatakan bahwa kejahatan rezim Korut telah dibahas, termasuk, aborsi paksa, eksekusi singkat, kerja paksa, dan pemerkosaan. ”Yang termasuk kondisi yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kemanusiaan,” katanya.
Sebelumnya, China telah berusaha untuk menghentikan sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi hak asasi manusia di Korea Utara. China hanya mendapat dukungan dari Rusia dan Bolivia dan gagal dalam usahanya.
Pembelot wanita itu bernama Ji Hyeon-A. Dia memohon agar dunia bertindak.
Acara di PBB yang disponsori AS, Prancis, Jepang, Korea Selatan, Kanada dan Inggris Raya ini diberi nama “The Terrifying experience of forcibly Repatriated North Korean women”.
Ji Hyeon-A dipulangkan tiga kali ke Korut setelah dia ditangkap di China. Dia akhirnya berhasil lolos ke Korea Selatan dan berbicara tentang pengalamannya yang mengerikan.
Dia menggambarkan bagaimana wanita Korea Utara yang hamil di China dipaksa melakukan aborsi.
”Wanita hamil dipaksa bekerja keras sepanjang hari,” katanya. ”Pada malam hari, kami mendengar ibu hamil menjerit dan bayinya meninggal tanpa pernah bisa melihat ibunya.”
Menurutnya, rezim Korea Utara tidak mengizinkan bayi campuran. Di satu pusat penahanan, dia menggambarkan bagaimana narapidana mati kelaparan. Mayat mereka, kata dia, diberikan kepada anjing penjaga sebagai santapan.
Untuk ketiga kalinya Ji Hyeon-A tertangkap dan dikirim kembali ke Korea Utara. Saat itu, dia hamil tiga bulan. Dia dengan penuh air mata menggambarkan bagaimana dia dipaksa melakukan aborsi tanpa pengobatan di kantor polisi setempat.
”Anak pertama saya meninggal dunia tanpa pernah melihat dunia,” katanya. ”Tanpa ada waktu untuk (saya) minta maaf.”
Dia akhirnya sampai di Korea Selatan pada tahun 2007 dan sejak itu dipertemukan kembali dengan ibu, saudara laki-laki dan adik perempuannya. Dia masih belum mendengar kabar tentang ayahnya.
Ji-Hyeon-A mengatakan bahwa tentara Korea Utara yang baru saja melarikan diri ke Korea Selatan mewakili sedikit keberanian yang merupakan impian 25 juta orang Korea Utara.
“Korea Utara adalah penjara yang mengerikan dan Kim (Jong-un—pemimpin Korut saat ini) melakukan pembantaian yang besar dan dibutuhkan keajaiban untuk bertahan di sana,” ujarnya, seperti dikutip Fox News, semalam (12/12/2017).
Dia mengkritik pemerintah China karena mengirim orang-orang Korea Utara kembali ke rezim Pyongyang. Dia mendesak pemerintah China untuk berhenti memulangkan orang-orang Korea Utara ke rezim Kim Jong-un karena dia tahu akan terjadi hal yang mengerikan saat orang-orang tersebut tiba di sana.
Ji-Hyeon-A mendesak para pemimpin PBB dan dunia untuk memperjuangkan para pembelot Korea Utara dan terutama mereka yang dipulangkan.
Dia membacakan sebuah puisi berjudul ”Apakah ada orang di sana?” dari kumpulan puisi yang dia tulis.
”Aku takut, apakah ada orang di sana? Aku di sini di neraka, apakah ada orang di sana? Aku berteriak dan berteriak tapi tidak ada yang membuka pintu. Apakah ada orang di sana? Tolong dengarkan erangan kami dan dengarkan rasa sakit kami. Apakah ada orang di sana? Orang-orang sekarat, temanku sekarat. Aku memanggil lagi dan lagi tapi kenapa tidak kamu jawab. Apakah ada orang di sana?”
Duta Besar Inggris untuk PBB Matthew Rycroft memuji Ji-Hyeon-A karena berani berbicara di acara tersebut. Dia mengatakan bahwa kejahatan rezim Korut telah dibahas, termasuk, aborsi paksa, eksekusi singkat, kerja paksa, dan pemerkosaan. ”Yang termasuk kondisi yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kemanusiaan,” katanya.
Sebelumnya, China telah berusaha untuk menghentikan sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi hak asasi manusia di Korea Utara. China hanya mendapat dukungan dari Rusia dan Bolivia dan gagal dalam usahanya.
(mas)