Curi Artefak Kuno, Spesialis Perampok Makam Dihukum Mati
A
A
A
BEIJING - Sebuah pengadilan di China utara telah menjatuhkan hukuman mati kepada perampok makam karena mencuri ribuan artefak bersejarah. Hukuman mati itu sendiri sempat ditangguhkan selama dua tahun.
Yao Yuzhong memimpin kelompok perampok makam yang anggotanya mencapai 225 orang. Ia ditangkap pada 2015 lalu. Selama 30 tahun, ia mendapatkan reputasi sebagai ahli perampokan makam, yang diwarisi dari ayahnya.
Geng Yao berada di belakang pencurian lebih dari 2.000 artefak kuno yang diambil dari situs bersejarah di provinsi Liaoning, timur laut. Para arkeolog sebelumnya telah menemukan peninggalan ribuan tahun yang lalu.
"Pengadilan Tinggi Rakyat Provinsi Liaoning menjatuhkan perampok berat itu sebuah hukuman mati karena menggali situs budaya kuno dan kuburan kuno serta menjual kembali peninggalan budaya," kata pengacara Yao, Bi Baosheng, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (1/12/2017).
Tapi hukuman itu ditangguhkan selama dua tahun, memberi Yao waktu untuk mengajukan banding atau menguranginya melalui perilaku baik.
Meskipun praktik perampokan makam Cina telah berlangsung ribuan tahun, namun telah terjadi peningkatan besar dalam kejahatan tersebut selama beberapa dekade terakhir.
Sejak zaman kuno, makam telah dianggap sebagai jembatan menuju akhirat, dan orang-orang kaya akan dikubur dalam kriptografi yang sangat rumit, bersama dengan banyak emas, perak dan permata mereka, serta replika benda-benda rumah tangga.
Perampok makam bisa membuat keuntungan menjual artefak berharga itu di pasar gelap atau terkadang di rumah lelang terkenal.
Perampokan makam adalah usaha yang lebih sulit daripada sekadar melanggar hukum, karena para pencuri harus memiliki pengetahuan sejarah yang baik dan di mana panglima perang dan bangsawan lokal dikuburkan. Ini juga profesi yang berbahaya, mulai dari sesak napas, terkubur hidup-hidup di bawah makam yang runtuh, hingga ancaman di luar makam.
Menurut mitologi China, orang mati bisa terjebak di dunia ini jika mereka terganggu dan mungkin berusaha menghantui mereka yang masih hidup untuk membalas dendam.
Seiring berjalannya waktu, pencurian menjadi semakin rumit: di satu lokasi bawah air di dekat Guangzhou, pihak berwenang terus-menerus harus menggagalkan tim penyelam yang mencoba menyelinap di tengah malam. Sejak tahun 1990an, penegakan hukum China telah bekerja sama dengan rekan-rekannya dari Eropa dan Amerika menghentikan penyelundupan artefak kuno, yang sering dibawa ke luar negeri dengan dalih replika.
Beberapa arkeolog memperkirakan bahwa selama sejarah China, sembilan dari setiap 10 makam telah dirampok.
Yao Yuzhong memimpin kelompok perampok makam yang anggotanya mencapai 225 orang. Ia ditangkap pada 2015 lalu. Selama 30 tahun, ia mendapatkan reputasi sebagai ahli perampokan makam, yang diwarisi dari ayahnya.
Geng Yao berada di belakang pencurian lebih dari 2.000 artefak kuno yang diambil dari situs bersejarah di provinsi Liaoning, timur laut. Para arkeolog sebelumnya telah menemukan peninggalan ribuan tahun yang lalu.
"Pengadilan Tinggi Rakyat Provinsi Liaoning menjatuhkan perampok berat itu sebuah hukuman mati karena menggali situs budaya kuno dan kuburan kuno serta menjual kembali peninggalan budaya," kata pengacara Yao, Bi Baosheng, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (1/12/2017).
Tapi hukuman itu ditangguhkan selama dua tahun, memberi Yao waktu untuk mengajukan banding atau menguranginya melalui perilaku baik.
Meskipun praktik perampokan makam Cina telah berlangsung ribuan tahun, namun telah terjadi peningkatan besar dalam kejahatan tersebut selama beberapa dekade terakhir.
Sejak zaman kuno, makam telah dianggap sebagai jembatan menuju akhirat, dan orang-orang kaya akan dikubur dalam kriptografi yang sangat rumit, bersama dengan banyak emas, perak dan permata mereka, serta replika benda-benda rumah tangga.
Perampok makam bisa membuat keuntungan menjual artefak berharga itu di pasar gelap atau terkadang di rumah lelang terkenal.
Perampokan makam adalah usaha yang lebih sulit daripada sekadar melanggar hukum, karena para pencuri harus memiliki pengetahuan sejarah yang baik dan di mana panglima perang dan bangsawan lokal dikuburkan. Ini juga profesi yang berbahaya, mulai dari sesak napas, terkubur hidup-hidup di bawah makam yang runtuh, hingga ancaman di luar makam.
Menurut mitologi China, orang mati bisa terjebak di dunia ini jika mereka terganggu dan mungkin berusaha menghantui mereka yang masih hidup untuk membalas dendam.
Seiring berjalannya waktu, pencurian menjadi semakin rumit: di satu lokasi bawah air di dekat Guangzhou, pihak berwenang terus-menerus harus menggagalkan tim penyelam yang mencoba menyelinap di tengah malam. Sejak tahun 1990an, penegakan hukum China telah bekerja sama dengan rekan-rekannya dari Eropa dan Amerika menghentikan penyelundupan artefak kuno, yang sering dibawa ke luar negeri dengan dalih replika.
Beberapa arkeolog memperkirakan bahwa selama sejarah China, sembilan dari setiap 10 makam telah dirampok.
(ian)