Libya Curiga Isu Perbudakan Diembuskan Negara Barat
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Libya mencurigai laporan mengenai perbudakan yang terjadi di negaranya adalah kampanye hitam sejumlah negara barat. Laporan mengenai perbudakan di Libya dirilis oleh CNN Interasional.
"Pemerintah Rekonsiliasi Nasional Libya dikejutakan oleh kampanye media yang dilakukan oleh media internasional, dimana beberapa pejabat politik di negara-negara sahabat turut serta mendalanginya," ucap Duta Besar Libya untuk Indonesia, Sadegh M.O. Bensadegh, saat menggelar konferensi pers di kediamannya di bilangan Jakarta Selatan pada Kamis (30/11).
"Hal ini membuat kami merasa khawatir mengenai tujuan sebenarnya dari kampanye ini, dari negara-negara yang menolak untuk menerima para migran masuk ke wilayahnya, dan tidak membantu menanggung beban untuk menghentikan fenomena ini. Libya adalah negara yang paling terkena dampak dan merupakan ancaman bagi keamanan kami, serta struktur sosial, dan bahkan menambah beban pada ekonomi yang sudah menderita," sambungnya.
Dia kemudian meminta masyarakat internasional, khususnya negara-negara Eropa dan organisasi internasional untuk membantu Libya dalam menanggung biaya pengelolaan tempat penampungan migran, dan pemulangan para migran ke negara mereka masing-masing.
Bensadegh lalu mengatakan, terlepas dari kondisi Libya, negaranya tetap menanggunng bebas terbesar untuk menyelamatkan para migran di perairannya dan memberikan perawatan yang dibutuhkan. Dia juga menyebut, bantuan internasional untuk membantu Libya mengatasi masalah ini sangatlah minim.
"Libya kembali menyampaikann tuntutannya untuk mengakhiri eksploitasi penderitaan orang-orang Afrika yang bercita-cita untuk mendapat kehidupann yang lebih layak di Eropa, dari para penyelundup di negara asal, transit, dan juga tujuan, serta menyerukan sebuah kampanye internasional untuk mencegah feneomena ini melalui jalur keamanann secepatnya, dan melindungi kedaualatan seluruh wilayahnya," tukasnya.
"Pemerintah Rekonsiliasi Nasional Libya dikejutakan oleh kampanye media yang dilakukan oleh media internasional, dimana beberapa pejabat politik di negara-negara sahabat turut serta mendalanginya," ucap Duta Besar Libya untuk Indonesia, Sadegh M.O. Bensadegh, saat menggelar konferensi pers di kediamannya di bilangan Jakarta Selatan pada Kamis (30/11).
"Hal ini membuat kami merasa khawatir mengenai tujuan sebenarnya dari kampanye ini, dari negara-negara yang menolak untuk menerima para migran masuk ke wilayahnya, dan tidak membantu menanggung beban untuk menghentikan fenomena ini. Libya adalah negara yang paling terkena dampak dan merupakan ancaman bagi keamanan kami, serta struktur sosial, dan bahkan menambah beban pada ekonomi yang sudah menderita," sambungnya.
Dia kemudian meminta masyarakat internasional, khususnya negara-negara Eropa dan organisasi internasional untuk membantu Libya dalam menanggung biaya pengelolaan tempat penampungan migran, dan pemulangan para migran ke negara mereka masing-masing.
Bensadegh lalu mengatakan, terlepas dari kondisi Libya, negaranya tetap menanggunng bebas terbesar untuk menyelamatkan para migran di perairannya dan memberikan perawatan yang dibutuhkan. Dia juga menyebut, bantuan internasional untuk membantu Libya mengatasi masalah ini sangatlah minim.
"Libya kembali menyampaikann tuntutannya untuk mengakhiri eksploitasi penderitaan orang-orang Afrika yang bercita-cita untuk mendapat kehidupann yang lebih layak di Eropa, dari para penyelundup di negara asal, transit, dan juga tujuan, serta menyerukan sebuah kampanye internasional untuk mencegah feneomena ini melalui jalur keamanann secepatnya, dan melindungi kedaualatan seluruh wilayahnya," tukasnya.
(esn)