Ilmuwan: Pantai Timur AS dalam Jangkauan Rudal Korut
A
A
A
WASHINGTON - Seorang pejabat di Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) mengatakan bahwa mereka menduga rudal yang ditembakkan oleh Korea Utara (Korut) adalah rudal Hwasong-14. Hwasong -14 adalah rudal balistik antar benua (ICBM) dua tahap yang diuji oleh Korut dua kali pada bulan Juli lalu.
Sementara pejabat Jepang mengatakan rudal tersebut terbang selama 53 menit dan kehilangan tenaga sebelum mendarat di Zona Ekonomi Eksklusif Jepang. Menteri Pertahanan Itsunori Onodera mengatakan bahwa mereka menilai rudal tersebut sebagai kelas ICBM karena lintasan terbangnya.
"Jika angka-angka ini benar, maka jika terbang di atas lintasan standar dan bukan lintasan melengkung, rudal ini akan memiliki jangkauan lebih dari 13.000 km. Rudal semacam itu akan memiliki jarak yang lebih dari cukup untuk mencapai Washington dan bahkan bagian dari daratan Amerika Serikat," kata Union of Concerned Scientists yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
"Namun, tidak jelas seberapa berat muatan yang dibawa rudal tersebut, dan tidak pasti apakah bisa membawa hulu ledak nuklir besar sejauh ini," kelompok advokasi ilmu pengetahuan nirlaba ini menambahkan seperti dilansir dari Reuters, Rabu (29/11/2017).
Bagaimanapun, para ahli percaya Korut akan segera memiliki kemampuan untuk mengancam wilayah AS.
"Kita tidak harus menyukainya, tapi kita harus belajar untuk hidup dengan kemampuan Korea Utara untuk menargetkan Amerika Serikat dengan senjata nuklir," kata kepala Program Nonproliferasi Asia Timur di Middlebury Institute Studi Strategis, Jeffrey Lewis.
Setelah menembakkan rudal sekitar dua atau tiga bulan sejak April, Korut menghentikan peluncuran misilnya pada bulan September, menyusul sebuah rudal yang ditembakkannya melewati pulau Hokkaido utara Jepang pada 15 September dan jatuh ke Samudra Pasifik.
Korut mengatakan bahwa program persenjataannya adalah pertahanan yang diperlukan guna melawan rencana AS untuk menyerang. AS, yang memiliki 28.500 tentara di Korsel sebagai warisan perang Korea 1950-53, membantah niat tersebut.
Pekan lalu, Korut mencela keputusan Trump yang memasukkannya sebagai sponsor terorisme. Pyongyang menyebutnya sebagai provokasi serius dan pelanggaran kekerasan.
Baca juga:
Korea Utara Tuduh Trump Lakukan Provokasi Serius
https://international.sindonews.com/read/1259793/40/korea-utara-tuduh-trump-lakukan-provokasi-serius-1511388673
Sumber pemerintah AS yang akrab dengan laporan dan analisis resmi mengatakan bahwa penilaian AS terhadap peluncuran terbaru adalah serangkaian tes yang dilakukan dengan perhitungan yang baik dan dilakuan dengan serius. Uji coba ini dilakukan untuk mengembangkan dan menyempurnakan sistem rudal Korut daripada sebagai tanggapan atas keputusan Trump.
Trump telah terlibat perang kata-kata dan ancaman dengan pemimpin Korut, Kim Jong-un. Pada bulan September, Trump telah memperingatkan Korut bahwa AS tidak mempunyai pilihan kecuali menghancurkan Korut jika dipaksa untuk mempertahankan diri atau sekutu-sekutunya.
Sementara pejabat Jepang mengatakan rudal tersebut terbang selama 53 menit dan kehilangan tenaga sebelum mendarat di Zona Ekonomi Eksklusif Jepang. Menteri Pertahanan Itsunori Onodera mengatakan bahwa mereka menilai rudal tersebut sebagai kelas ICBM karena lintasan terbangnya.
"Jika angka-angka ini benar, maka jika terbang di atas lintasan standar dan bukan lintasan melengkung, rudal ini akan memiliki jangkauan lebih dari 13.000 km. Rudal semacam itu akan memiliki jarak yang lebih dari cukup untuk mencapai Washington dan bahkan bagian dari daratan Amerika Serikat," kata Union of Concerned Scientists yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
"Namun, tidak jelas seberapa berat muatan yang dibawa rudal tersebut, dan tidak pasti apakah bisa membawa hulu ledak nuklir besar sejauh ini," kelompok advokasi ilmu pengetahuan nirlaba ini menambahkan seperti dilansir dari Reuters, Rabu (29/11/2017).
Bagaimanapun, para ahli percaya Korut akan segera memiliki kemampuan untuk mengancam wilayah AS.
"Kita tidak harus menyukainya, tapi kita harus belajar untuk hidup dengan kemampuan Korea Utara untuk menargetkan Amerika Serikat dengan senjata nuklir," kata kepala Program Nonproliferasi Asia Timur di Middlebury Institute Studi Strategis, Jeffrey Lewis.
Setelah menembakkan rudal sekitar dua atau tiga bulan sejak April, Korut menghentikan peluncuran misilnya pada bulan September, menyusul sebuah rudal yang ditembakkannya melewati pulau Hokkaido utara Jepang pada 15 September dan jatuh ke Samudra Pasifik.
Korut mengatakan bahwa program persenjataannya adalah pertahanan yang diperlukan guna melawan rencana AS untuk menyerang. AS, yang memiliki 28.500 tentara di Korsel sebagai warisan perang Korea 1950-53, membantah niat tersebut.
Pekan lalu, Korut mencela keputusan Trump yang memasukkannya sebagai sponsor terorisme. Pyongyang menyebutnya sebagai provokasi serius dan pelanggaran kekerasan.
Baca juga:
Korea Utara Tuduh Trump Lakukan Provokasi Serius
https://international.sindonews.com/read/1259793/40/korea-utara-tuduh-trump-lakukan-provokasi-serius-1511388673
Sumber pemerintah AS yang akrab dengan laporan dan analisis resmi mengatakan bahwa penilaian AS terhadap peluncuran terbaru adalah serangkaian tes yang dilakukan dengan perhitungan yang baik dan dilakuan dengan serius. Uji coba ini dilakukan untuk mengembangkan dan menyempurnakan sistem rudal Korut daripada sebagai tanggapan atas keputusan Trump.
Trump telah terlibat perang kata-kata dan ancaman dengan pemimpin Korut, Kim Jong-un. Pada bulan September, Trump telah memperingatkan Korut bahwa AS tidak mempunyai pilihan kecuali menghancurkan Korut jika dipaksa untuk mempertahankan diri atau sekutu-sekutunya.
(ian)