Arab Saudi Gelar Pertemuan Puncak Koalisi Islam Kontra Teroris
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi mengumpulkan pejabat dari 40 negara Muslim pada hari Minggu dalam pertemuan pertama aliansi anti-terorisme Islam. Ini adalah sebuah langkah yang dilakukan Putra Mahkota Muhammad bin Salman untuk menyatakan "sinyal yang jelas" terhadap ekstremisme.
"Di tahun-tahun sebelumnya, terorisme telah berfungsi di semua negara kita tanpa koordinasi di antara mereka. Ini akan berakhir hari ini, dengan aliansi ini," katanya dalam keynote speech-nya seperti dilansir dari NDTV, Senin (27/11/2017).
Pangeran Muhammad mengatakan 40 negara mengirimkan sinyal yang jelas bahwa mereka akan bekerja sama untuk mendukung usaha militer, keuangan, intelijen dan politik dari setiap negara anggota.
KTT tersebut merupakan pertemuan pertama menteri pertahanan dan pejabat senior lainnya dari Koalisi Anti Terorisme Militer Islam, yang secara resmi berjumlah 41 anggota.
Baca Juga: Dipimpin Saudi, 34 Negara Bentuk Koalisi Islam Melawan Teroris
Aliansi tersebut diumumkan pada tahun 2015 di bawah naungan Pangeran Muhammad, yang karirnya melesat cepat sejak pengangkatannya sebagai pewaris takhta pada bulan Juni dan telah mengguncang dunia politik di seluruh wilayah.
Aliansi ini mengecualikan saingan utama Arab Saudi, Iran, serta Suriah dan Irak, yang pemimpinnya memiliki hubungan dekat dengan Teheran.
Pertemuan hari Minggu bertepatan dengan eskalasi ketegangan antara Riyadh dan Teheran, terutama mengenai perang di Suriah dan Yaman serta struktur politik Lebanon yang multi konfectional.
Arab Saudi menuduh Iran mendukung kelompok bersenjata di Timur Tengah, termasuk Hizbullah di Libanon dan pemberontak Houthi di Yaman.
Pertemuan aliansi di Riyadh mempertemukan negara-negara berpenduduk Muslim atau Muslim termasuk Afghanistan, Uganda, Somalia, Mauritania, Lebanon, Libya, Yaman dan Turki.
Pensiunan Jenderal Pakistan Raheel Sharif telah ditunjuk menjadi panglima tertinggi koalisi tersebut.
Sementara aliansi tersebut secara resmi mencakup Qatar, yang menjadi target boikot selama enam bulan yang dipimpin oleh Arab Saudi, namun panitia di Riyadh mengatakan tidak ada pejabat Qatar hadir dalam pertemuan tersebut. Bendera Qatar juga absen.
Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain - semua anggota aliansi melawan terorisme - secara tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pada bulan Juni. Mereka menuduh Qatar terlalu dekat dengan Iran dan mendukung ekstremisme Islam. Namun Qatar membantah tuduhan tersebut.
"Di tahun-tahun sebelumnya, terorisme telah berfungsi di semua negara kita tanpa koordinasi di antara mereka. Ini akan berakhir hari ini, dengan aliansi ini," katanya dalam keynote speech-nya seperti dilansir dari NDTV, Senin (27/11/2017).
Pangeran Muhammad mengatakan 40 negara mengirimkan sinyal yang jelas bahwa mereka akan bekerja sama untuk mendukung usaha militer, keuangan, intelijen dan politik dari setiap negara anggota.
KTT tersebut merupakan pertemuan pertama menteri pertahanan dan pejabat senior lainnya dari Koalisi Anti Terorisme Militer Islam, yang secara resmi berjumlah 41 anggota.
Baca Juga: Dipimpin Saudi, 34 Negara Bentuk Koalisi Islam Melawan Teroris
Aliansi tersebut diumumkan pada tahun 2015 di bawah naungan Pangeran Muhammad, yang karirnya melesat cepat sejak pengangkatannya sebagai pewaris takhta pada bulan Juni dan telah mengguncang dunia politik di seluruh wilayah.
Aliansi ini mengecualikan saingan utama Arab Saudi, Iran, serta Suriah dan Irak, yang pemimpinnya memiliki hubungan dekat dengan Teheran.
Pertemuan hari Minggu bertepatan dengan eskalasi ketegangan antara Riyadh dan Teheran, terutama mengenai perang di Suriah dan Yaman serta struktur politik Lebanon yang multi konfectional.
Arab Saudi menuduh Iran mendukung kelompok bersenjata di Timur Tengah, termasuk Hizbullah di Libanon dan pemberontak Houthi di Yaman.
Pertemuan aliansi di Riyadh mempertemukan negara-negara berpenduduk Muslim atau Muslim termasuk Afghanistan, Uganda, Somalia, Mauritania, Lebanon, Libya, Yaman dan Turki.
Pensiunan Jenderal Pakistan Raheel Sharif telah ditunjuk menjadi panglima tertinggi koalisi tersebut.
Sementara aliansi tersebut secara resmi mencakup Qatar, yang menjadi target boikot selama enam bulan yang dipimpin oleh Arab Saudi, namun panitia di Riyadh mengatakan tidak ada pejabat Qatar hadir dalam pertemuan tersebut. Bendera Qatar juga absen.
Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain - semua anggota aliansi melawan terorisme - secara tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pada bulan Juni. Mereka menuduh Qatar terlalu dekat dengan Iran dan mendukung ekstremisme Islam. Namun Qatar membantah tuduhan tersebut.
(ian)