Sadiq Khan: Sang Pencetak Sejarah

Senin, 20 November 2017 - 13:05 WIB
Sadiq Khan: Sang Pencetak Sejarah
Sadiq Khan: Sang Pencetak Sejarah
A A A
LONDON - Nama Sadiq Khan menjadi sorotan dunia sejak terpilih sebagai Wali Kota London pada Mei 2016. Namun, namanya sebenarnya sudah lama wira-wiri di dunia politik di London.

Lelaki kelahiran London, 8 Oktober 1970, ini sebelumnya adalah anggota parlemen (MP) untuk Tooting, sebuah distrik di London Selatan yang juga tempat kelahirannya sejak 2005- 2016. Dia juga tercatat sebagai anggota Partai Buruh, lalu menjadi anggota dewan untuk London Borough of Wandsworth sejak 1994-2006 sebelum terpilih sebagai anggota parlemen untuk Tooting pada pemilihan umum tahun 2005.

Di bawah pemerintahan Partai Buruh, Perdana Menteri Gordon Brown menunjuk Sadiq sebagai Menteri Negara untuk Masyarakat pada 2008, kemudian menjadi Menteri Negara untuk Transportasi.

Seusai dilantik menjadi wali kota, pria keturunan Pakistan ini memperkenalkan reformasi untuk membatasi biaya transportasi umum London, mendukung perluasan Bandara London Gatwick, dan fokus menyatukan beragam komunitas.

Keberagaman memang menjadi “barang dagangannya” selama masa kampanye pemilihan wali kota London kala itu. Sadiq pun menunjukkan konsistensinya dengan terus mengusung isu keberagaman tersebut hingga saat ini. Tidak mengherankan, hampir semua kalangan merasa bangga dan terus mendukung usahanya.

Inggris, Eropa, keturunan Pakistan, muslim, semua bersatu menyambut kemenangan dan mewujudkan sistem keberagaman di London yang lebih mumpuni. Keberagaman yang didorong Sadiq hampir berada di setiap aspek, mulai politik, pendidikan, pekerjaan, sosial, transportasi, hingga lainnya.

“Salah satu kegembiraan di London adalah tentang keberagamannya. Semua latar belakang ada. Saya menyukai fakta bahwa London adalah rumah bagi 140 miliarder dan 400.000 jutawan. Tetapi, ada juga orang yang menjalani dua atau tiga pekerjaan demi hidup, tidak mampu membayar uang sewa, apalagi membeli barang mewah,” ucapnya dikutip Evening Standard .

Menurut dia, ada begitu banyak yang dapat dilakukan para pemimpin kota untuk memastikan orang-orang dari berbagai etnis, agama, budaya, kelompok usia, dan pendapatan. Tidak hanya saling menoleransi, tapi juga menjalani kehidupan yang saling berinteraksi satu sama lain sebagai tetangga, warga negara, dan teman.

Selain isu keberagaman, Sadiq juga membawa isu integrasi sosial yang ingin diwujudkannya. Dilansir Chicago Tribune , dia mengatakan, semua kota di Barat menghadapi tantangan signifikan dalam integrasi sosial.

Di seluruh Eropa, imigrasi berada pada tingkat tertinggi yang pernah ada dan warga baru-baru ini semakin terkonsentrasi, tetapi kadang-kadang dipisahkan. Perubahan yang cepat ini dinilai benar-benar meresahkan beberapa orang.

Karena itu, dia mendorong agar London tidak malu dan tertutup dengan masalah imigrasi, tetapi melakukan upaya terbaik agar semua orang bisa hidup berdampingan, damai, dan sejahtera di London.

Sadiq mengatakan, integrasi sosial adalah area baru kebijakan publik, tantangan abad ke-21 yang disebabkan globalisasi dan perubahan budaya.

Hidup Sulit Saat Kecil
Lahir di Tooting, London Selatan, dari keluarga Pakistan kelas pekerja, Sadiq mendapatkan gelar sarjana hukum dari University of North London.

Dia kemudian bekerja sebagai pengacara yang mengkhususkan diri pada hak asasi manusia. Ayahnya, Amanullah Khan, dan ibunya, Sehrun, diketahui tiba di London pada paruh kedua tahun 1960-an. Sang ayah bekerja sebagai supir bus selama 25 tahun, sedangkan sang ibu sebagai penjahit.

Dia adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Dikutip BBC , Sadiq tinggal bersama orang tua dan saudara kandungnya di sebuah rumah dengan tiga kamar tidur yang sempit di Henry Prince Estate di Earlsfield, London Barat Daya.

Dia berbagi tempat tidur dengan salah satu saudara laki-lakinya sampai dia meninggalkan rumah pada umur 20-an. Karena dia dan keluarganya kerap mengalami masalah rasisme, kala itu Sadiq dan saudara laki-lakinya pun mengambil latihan tinju di Earlsfield Amateur Boxing Club. Mereka juga menjadi penggemar beberapa olahraga, seperti sepak bola, kriket, dan tinju tentunya. (Susi Susanti)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3464 seconds (0.1#10.140)