AS Jual Sistem Rudal ke Polandia Rp142 Triliun untuk Lawan Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengotorisasi penjualan paket sistem pertahanan rudal udara Patriot ke Polandia senilai sekitar USD10,5 miliar atau sekitar Rp142 triliun. Menteri Pertahanan Polandia Antoni Macierewicz mengatakan, negaranya kini memperkuat aset militernya untuk melawan Rusia dalam upaya mempertahankan diri.
Polandia membeli empat sistem pertahanan rudal Patriot dari AS. Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan—lengan Pentagon yang menerapkan penjualan senjata asing—mengumumkan bahwa Departemen Luar Negeri telah menyetujui kesepakatan jual beli senjata canggih antara AS dan Polandia.
Jika proses penjualan itu rampung, Polandia akan bergabung dengan lima anggota NATO lainnya yang mengoperasikan sistem rudal Patriot, termasuk AS, Belanda, Jerman, Spanyol dan Yunani.
Raytheon, kontraktor utama dalam kesepakatan tersebut, mengatakan bahwa sistem rudal Patriot yang mereka bangun untuk 13 negara dapat dioperasikan bersamaan dalam pertempuran.
Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan (DSCA) mengatakan bahwa penjualan tersebut akan menyediakan sekutu NATO sebuah sistem pertahanan modern yang akan meningkatkan interoperabilitas dan meningkatkan keamanan.
”Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan membantu memperbaiki keamanan sekutu NATO yang telah dan terus menjadi kekuatan penting bagi stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di Eropa,” kata DSCA dalam pengumumannya.
Rusia telah berulang kali mengkritik penumpukan militer NATO di sepanjang perbatasannya sebagai ancaman terhadap keamanan nasionalnya. Moskow juga telah mengecam sistem pertahanan rudal berbasis darat AS yang baru ditempatkan di Eropa Timur dan pengerahan kapal NATO di Laut Hitam.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Kolonel Aleksandr Emelyanov mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal buatan AS untuk seluruh dunia telah memprovokasi perlombaan senjata baru, yang merupakan ancaman bagi kemanusiaan.
Emelyanov mengklaim bahwa sistem pertahanan rudal tersebut bagian dari rencana “prompt global strike” Washington untuk meluncurkan serangan yang melelahkan terhadap pasukan strategis Rusia atau pun China. ”Washington-lah yang akan memutuskan, sistem siapa yang akan melindungi,” kata Emelyanov.
Namun, Menteri Pertahanan Polandia Antoni Macierewicz mengatakan bahwa Rusia siap berperang dan NATO harus siap juga.
”Sekarang Polandia akan memiliki militer yang benar-benar dapat membela negara kita dari serangan apapun,” kata Macierewicz dalam sebuah wawancara dengan New York Observer, yang dilansir Russia Today, Minggu (19/11/2017).
“Kami berkomitmen untuk menghabiskan 2,5 persen dari PDB kami dan melipatgandakan ukuran militer kami hingga 200.000 tentara. Baru setelah itu kita akan bisa membela diri dan membantu sekutu kita secara efektif,” ujarnya.
Polandia membeli empat sistem pertahanan rudal Patriot dari AS. Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan—lengan Pentagon yang menerapkan penjualan senjata asing—mengumumkan bahwa Departemen Luar Negeri telah menyetujui kesepakatan jual beli senjata canggih antara AS dan Polandia.
Jika proses penjualan itu rampung, Polandia akan bergabung dengan lima anggota NATO lainnya yang mengoperasikan sistem rudal Patriot, termasuk AS, Belanda, Jerman, Spanyol dan Yunani.
Raytheon, kontraktor utama dalam kesepakatan tersebut, mengatakan bahwa sistem rudal Patriot yang mereka bangun untuk 13 negara dapat dioperasikan bersamaan dalam pertempuran.
Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan (DSCA) mengatakan bahwa penjualan tersebut akan menyediakan sekutu NATO sebuah sistem pertahanan modern yang akan meningkatkan interoperabilitas dan meningkatkan keamanan.
”Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan membantu memperbaiki keamanan sekutu NATO yang telah dan terus menjadi kekuatan penting bagi stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di Eropa,” kata DSCA dalam pengumumannya.
Rusia telah berulang kali mengkritik penumpukan militer NATO di sepanjang perbatasannya sebagai ancaman terhadap keamanan nasionalnya. Moskow juga telah mengecam sistem pertahanan rudal berbasis darat AS yang baru ditempatkan di Eropa Timur dan pengerahan kapal NATO di Laut Hitam.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Kolonel Aleksandr Emelyanov mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal buatan AS untuk seluruh dunia telah memprovokasi perlombaan senjata baru, yang merupakan ancaman bagi kemanusiaan.
Emelyanov mengklaim bahwa sistem pertahanan rudal tersebut bagian dari rencana “prompt global strike” Washington untuk meluncurkan serangan yang melelahkan terhadap pasukan strategis Rusia atau pun China. ”Washington-lah yang akan memutuskan, sistem siapa yang akan melindungi,” kata Emelyanov.
Namun, Menteri Pertahanan Polandia Antoni Macierewicz mengatakan bahwa Rusia siap berperang dan NATO harus siap juga.
”Sekarang Polandia akan memiliki militer yang benar-benar dapat membela negara kita dari serangan apapun,” kata Macierewicz dalam sebuah wawancara dengan New York Observer, yang dilansir Russia Today, Minggu (19/11/2017).
“Kami berkomitmen untuk menghabiskan 2,5 persen dari PDB kami dan melipatgandakan ukuran militer kami hingga 200.000 tentara. Baru setelah itu kita akan bisa membela diri dan membantu sekutu kita secara efektif,” ujarnya.
(mas)