Tentara Zimbabwe Rebut Lembaga Penyiaran Negara di Tengah Rumor Kudeta
A
A
A
HARARE - Tentara Zimbabwe mengambil alih markas besar lembaga penyiaran negara, ZBC, pada Rabu (15/11/2017) dini hari. Aksi tentara ini terjadi di tengah merebaknya rumor bahwa Presiden Robert Mugabe, 93, akan dikudeta.
Staf ZBC dan seorang pekerja kelompok hak asasi manusia, seperti dikutip Reuters, mengonfirmasi perebutan lembaga penyiaran negara tersebut.
Rumor akan adanya kudeta telah diperkuat dengan pengerahan tank-tank lapis baja dan tentara di jalan-jalan Ibu Kota Zimbabwe, Harare, sejak Selasa kemarin.
Panglima militer negara tersebut, Jenderal Constantino Chiwenga, menentang Presiden Mugabe karena memecat Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa, pekan lalu. Kubu Mugabe juga menyingkirkan banyak politisi dari Partai Zanu PF, partai berkuasa pendukung presiden berusia lanjut tersebut.
Partai Zanu PF menyatakan, komentar dan tindakan Jenderal Chiwenga telah mengganggu perdamaian nasional,”Dan menghasut pemberontakan,” bunyi pernyataan partai tersebut, seperti dikutip BBC.
Partai berkuasa itu bersumpah tidak akan pernah menyerah pada ancaman militer dan menegaskan kembali keunggulan politik atas senjata. Pernyataan itu ditandatangani oleh SK Moyo, Sekretaris Informasi Partai.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mendesak semua pihak di Zimbabwe untuk menyelesaikan perselisihan politik dengan tenang dan damai. Washington mengaku terus memantau situasi di negara Afrika itu dengan ketat.
Staf ZBC dan seorang pekerja kelompok hak asasi manusia, seperti dikutip Reuters, mengonfirmasi perebutan lembaga penyiaran negara tersebut.
Rumor akan adanya kudeta telah diperkuat dengan pengerahan tank-tank lapis baja dan tentara di jalan-jalan Ibu Kota Zimbabwe, Harare, sejak Selasa kemarin.
Panglima militer negara tersebut, Jenderal Constantino Chiwenga, menentang Presiden Mugabe karena memecat Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa, pekan lalu. Kubu Mugabe juga menyingkirkan banyak politisi dari Partai Zanu PF, partai berkuasa pendukung presiden berusia lanjut tersebut.
Partai Zanu PF menyatakan, komentar dan tindakan Jenderal Chiwenga telah mengganggu perdamaian nasional,”Dan menghasut pemberontakan,” bunyi pernyataan partai tersebut, seperti dikutip BBC.
Partai berkuasa itu bersumpah tidak akan pernah menyerah pada ancaman militer dan menegaskan kembali keunggulan politik atas senjata. Pernyataan itu ditandatangani oleh SK Moyo, Sekretaris Informasi Partai.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mendesak semua pihak di Zimbabwe untuk menyelesaikan perselisihan politik dengan tenang dan damai. Washington mengaku terus memantau situasi di negara Afrika itu dengan ketat.
(mas)