Kata Duterte, Perang dengan Korut Berarti Akhir Umat Manusia
A
A
A
MANILA - Sebuah perang dengan Korea Utara (Korut) akan menghasilkan “holocaust nuklir” yang berarti akhir dari umat manusia. Peringatan ini disampaikan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam penutupan KTT ASEAN di Manila.
Dia mengatakan pemimpin Korut Kim Jong-un sedang bermain dengan bom nuklir yang 200-300 kali lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di Jepang selama Perang Dunia II.
“Kita tidak bisa memulai perang dengan krisis Korea Utara yang menjulang di depan. Ada awan gelap di sana. Kami lebih baik berdoa,” kata Duterte di hadapan para pemimpin ASEAN, hari Selasa.
”Jika semua rudal dan rudal balistik antarbenua (ICBM) tersebut meledak, itu berarti akhir umat manusia. Penghancuran, itu akan menjadi akhir dari segalanya,” lanjut peringatan Duterte, yang dilansir Al Jazeera, Rabu (15/11/2017).
Komentar pemimpin Filipina itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump membahas cara menetralisir program senjata nuklir Korut selama lawatan 12 hari di Asia.
Peringatan dari Duterte juga bertepatan dengan rampungnya latihan perang langka tiga kapal induk AS di dekat Semananjung Korea. Beberapa kapal perang dari Jepang dan Korea Selatan juga ikut bergabung dalam latihan itu.
Media pemerintah Korea Utara menggambarkan penumpukan militer AS dan sekutunya di dekat Semenanjung Korea merupakan ancaman terhadap negara komunis yang dipimpin Kim Jong-un tersebut.
“AS sekarang mengemudikan situasi semenanjung ke fase terburuk perang nuklir karena menemukan kesalahan dengan tindakan penanggulangan diri DPRK untuk meningkatkan kemampuan nuklirnya,” tulis surat Pyongyang Times dalam sebuah editorial berjudul “Awan Nuklir Berkumpul di Asia Pasifik”.
”Saat ini, AS mengambil tindakan militer yang sangat berisiko. Tujuh dari 11 kapal induknya diarak secara bersamaan ke teater operasional yang dekat dengan semenanjung dan pesawat tempur siluman F-35C terbaru telah dikirim ke wilayah tersebut untuk pertama kalinya,” lanjut editorial media pemerintah Kim Jong-un itu.
Dia mengatakan pemimpin Korut Kim Jong-un sedang bermain dengan bom nuklir yang 200-300 kali lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di Jepang selama Perang Dunia II.
“Kita tidak bisa memulai perang dengan krisis Korea Utara yang menjulang di depan. Ada awan gelap di sana. Kami lebih baik berdoa,” kata Duterte di hadapan para pemimpin ASEAN, hari Selasa.
”Jika semua rudal dan rudal balistik antarbenua (ICBM) tersebut meledak, itu berarti akhir umat manusia. Penghancuran, itu akan menjadi akhir dari segalanya,” lanjut peringatan Duterte, yang dilansir Al Jazeera, Rabu (15/11/2017).
Komentar pemimpin Filipina itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump membahas cara menetralisir program senjata nuklir Korut selama lawatan 12 hari di Asia.
Peringatan dari Duterte juga bertepatan dengan rampungnya latihan perang langka tiga kapal induk AS di dekat Semananjung Korea. Beberapa kapal perang dari Jepang dan Korea Selatan juga ikut bergabung dalam latihan itu.
Media pemerintah Korea Utara menggambarkan penumpukan militer AS dan sekutunya di dekat Semenanjung Korea merupakan ancaman terhadap negara komunis yang dipimpin Kim Jong-un tersebut.
“AS sekarang mengemudikan situasi semenanjung ke fase terburuk perang nuklir karena menemukan kesalahan dengan tindakan penanggulangan diri DPRK untuk meningkatkan kemampuan nuklirnya,” tulis surat Pyongyang Times dalam sebuah editorial berjudul “Awan Nuklir Berkumpul di Asia Pasifik”.
”Saat ini, AS mengambil tindakan militer yang sangat berisiko. Tujuh dari 11 kapal induknya diarak secara bersamaan ke teater operasional yang dekat dengan semenanjung dan pesawat tempur siluman F-35C terbaru telah dikirim ke wilayah tersebut untuk pertama kalinya,” lanjut editorial media pemerintah Kim Jong-un itu.
(mas)