AS Khawatir Libanon Jadi Lokasi Perang Proxy Baru
A
A
A
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson angkat bicara mengenai situasi di Libanon saat ini. Dia menyatakan, pihaknya khawatir Libanon akan menjadi lokasi baru perang proxy di kawasan tersebut.
"AS mendukung stabilitas Libanon dan menentang tindakan yang dapat mengancam stabilitas tersebut. Tidak ada tempat atau peran yang sah di Libanon untuk pasukan asing manapun elemen bersenjata, selain pasukan keamanan yang sah dari negara Libanon," ucap Tillerson.
"AS memperingatkan terhadap pihak mana pun, di dalam atau di luar Libanon, yang berencana menggunakan Libanon sebagai tempat konflik proxy atau dengan cara apapun yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan di negara tersebut," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (12/11).
Menurut Tillerson, AS sangat mendukung kedaulatan dan kemerdekaan Libanon dan mendesak semua pihak di dalam dan di luar negeri untuk menghormati integritas dan independensi lembaga nasional Libanon yang sah.
Pernyataan Tillerson ini sendiri munculnya di tengah meningkatnya ketegangan antara Libanon dan Arab Saudi. Menteri Urusan Teluk Saudi Thamer al-Sbhan menyebutkan, Libanon telah menyatakan perang terhadap Saudi.
Ketegangan ini bermula saat Saad Hariri, Perdana Menteri Libanon dari 2009 hingga 2011 dan kembali menjabat pada November 2016, menyatakan mengundurkan diri saat berada sedang berada di Saudi. Hariri menyatakan kekhawatiran bahwa dia dapat dibunuh seperti ayahnya, dan mengkritik Hizbulah. Ia juga menuduh Iran memiliki upaya untuk membawa kerusakan ke wilayah tersebut.
Pernyataan Hariri ini mendapat respon keras dari Iran, dan Hizbullah, di mana Hizbullah menyatakan Saudi telah turut campur dalam urusan dalam negeri Libanon.
Presiden Lebanon Michel Aoun sendiri dilaporkan telah mengatakan kepada utusan Arab Saudi ke Libanon, bahwa Hariri harus kembali ke Beirut, dengan menyebut keadaan pengunduran dirinya tidak dapat diterima.
"AS mendukung stabilitas Libanon dan menentang tindakan yang dapat mengancam stabilitas tersebut. Tidak ada tempat atau peran yang sah di Libanon untuk pasukan asing manapun elemen bersenjata, selain pasukan keamanan yang sah dari negara Libanon," ucap Tillerson.
"AS memperingatkan terhadap pihak mana pun, di dalam atau di luar Libanon, yang berencana menggunakan Libanon sebagai tempat konflik proxy atau dengan cara apapun yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan di negara tersebut," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (12/11).
Menurut Tillerson, AS sangat mendukung kedaulatan dan kemerdekaan Libanon dan mendesak semua pihak di dalam dan di luar negeri untuk menghormati integritas dan independensi lembaga nasional Libanon yang sah.
Pernyataan Tillerson ini sendiri munculnya di tengah meningkatnya ketegangan antara Libanon dan Arab Saudi. Menteri Urusan Teluk Saudi Thamer al-Sbhan menyebutkan, Libanon telah menyatakan perang terhadap Saudi.
Ketegangan ini bermula saat Saad Hariri, Perdana Menteri Libanon dari 2009 hingga 2011 dan kembali menjabat pada November 2016, menyatakan mengundurkan diri saat berada sedang berada di Saudi. Hariri menyatakan kekhawatiran bahwa dia dapat dibunuh seperti ayahnya, dan mengkritik Hizbulah. Ia juga menuduh Iran memiliki upaya untuk membawa kerusakan ke wilayah tersebut.
Pernyataan Hariri ini mendapat respon keras dari Iran, dan Hizbullah, di mana Hizbullah menyatakan Saudi telah turut campur dalam urusan dalam negeri Libanon.
Presiden Lebanon Michel Aoun sendiri dilaporkan telah mengatakan kepada utusan Arab Saudi ke Libanon, bahwa Hariri harus kembali ke Beirut, dengan menyebut keadaan pengunduran dirinya tidak dapat diterima.
(esn)