Arab Saudi Tahan Para Pangeran di Hotel Mewah

Kamis, 09 November 2017 - 09:50 WIB
Arab Saudi Tahan Para Pangeran di Hotel Mewah
Arab Saudi Tahan Para Pangeran di Hotel Mewah
A A A
RIYADH - Kendati berstatus tersangka kasus korupsi, 11 orang yang terdiri atas pangeran, menteri, dan pebisnis Arab Saudi tetap mendapat perlakuan istimewa. Mereka dilaporkan ditahan di hotel bintang lima, Ritz Carlton Riyadh.

Ruangan yang dijadikan ruang tahanan pernah dijadikan tempat Konferensi Internasional Investasi Masa Depan pada akhir Oktober lalu. Konferensi Investasi Masa Depan merupakan acara perkumpulan para pemimpin bisnis dunia.

Hotel Ritz Carlton juga pernah menjadi tempat penginapan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Seperti dilansir Dailymail, yang menerima foto terbaru di Ritz Carlton, 11 tahanan itu tidur di atas matras tipis di ruangan yang sama. Wajah mereka tidak terlihat karena tertutup selimut.

Sumber dari Pemerintah Arab Saudi mengatakan di dalam foto itu terdapat investor dan pebisnis kaya Pangeran Alwaleed bin Talal. Sejauh ini, foto tersebut tidak dapat diverifikasi, termasuk nama hotelnya. Namun, Alwaleed memang menjadi satu dari puluhan pangeran dan pejabat yang ditahan dalam operasi anti korupsi terbesar di Saudi tersebut.

Anggota kerajaan lain yang di tahan ialah Pangeran Miteb bin Abdullah (Menteri Pertahanan Nasional), Turki bin Abdullah (mantan Gubernur Provinsi Riyadh, dan Adel Fakeih (Menteri Ekonomi dan Perencanaan). Apa saja fasilitas yang diterima 11 tahanan istimewa itu di Hotel Ritz Carlton masih belum diketahui.

Sampai tadi malam, Pemerintah Saudi tidak memberikan komentar mengenai hal ini.Mereka masih menunggu hasil penyelidikan.Seperti diketahui, pada Sabtu (4/11/2017) puluhan anggota keluarga kerajaan, pejabat, dan pengusaha ternama ditahan terkait kasus korupsi.

Salah satunya miliarder ternama Pangeran Alwaleed Talal. Mereka menghadapi tuduhan pencucian uang, penyuapan, pemerasan, dan pemanfaatan jabatan umum untuk keuntungan pribadi. Penangkapan itu dilakukan oleh Komite Antikorupsi yang dipimpin oleh putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman, 32.

Penangkapan itu dinilai banyak pihak tak hanya sekadar perkara korupsi, namun lebih sebagai upaya untuk mengonsolidasikan kekuasaan putra mahkota Pangeran Mohammed.

Penangkapan Meluas
Otoritas Arab Saudi terus memperluas penyelidikan kasus korupsi yang melibatkan keluarga kerajaan, pejabat, dan pengusaha terkemuka. Mereka dilaporkan melakukan penangkapan lagi dan pembekuan lebih banyak rekening bank yang disinyalir terkait kejahatan tersebut. Sebuah sumber terpercaya kemarin mengungkapkan bahwa otoritas Saudi menahan lagi sejumlah orang yang dicurigai melakukan pelanggaran.

Mereka yang ditahan termasuk yang memiliki hubungan dengan keluarga dekat keluarga kerajaandan Menteri Pertahanan Pangeran Sultan bin Abdulaziz yang meninggal pada 2011. “Pihak lain, yang di bawah peng awasan,ditelepon penyidik tentang keuangan mereka, namun tampak nya masih bebas," kata sumber tersebut seperti dikutip Reuters.

Mereka menambahkan bahwa jumlah sasaran tindakan tersebut diperkirakan meningkat menjadi ratusan orang. Sementara itu, jumlah rekening bank domestis yang dibekukan sebagai hasil akhir ber sih bersih korupsi sudah lebih dari 1.700 dan diperkirakan akan terus meningkat.

Angka tersebut naik dari 1.200 yang dilaporkan pada Selasa, demikian sumber perbankan. Kemarin, Pemerintah Arab Saudi menyatakan akan menyita aset para tersangka dari kalangan elite kerajaan senilai USD800 miliar setelah rekening dan rumah mereka disita habis.

Lebih jauh, Pemerintah Saudi menegaskan, operasi pembersihan korupsi tidak akan mengganggu roda bisnis, termasuk bagi mereka yang me miliki relasi dengan tersangka. Sebelumnya, aksi ini telah menimbulkan ketidak pastian di kalangan investor. Mereka kian cemas karena nilai bursa saham Pangeran Alwaleed terus menurun setiap hari.

“Perlu diperhatikan bahwa akun rekening tersangka atau bisnis perusahaan tersangka hanya akan dibekukan sampai si dangakhir di pengadilan,” ujar Kepala Bank Sentral Arab Saudi, Ahmed Abdulkarim Al Kholifey. “Dengan kata lain, bisnis per usa haan tidak akan terpengaruh.

Bisnis akan berjalan seperti biasa.”Yang menarik, tersangka korupsi yang belum tertangkap mendapat tawaran suaka dari kelompok pemberontak Houthi yang menguasai sebagian kawasan Yaman. “Kami siap memberikan tempat perlindungan di Yaman bagi anggota keluarga Al-Saud atau warga Arab Saudi yang ingin melari kan diri dari penindasan,” ungkap Houthi.

Mantan staf CIA Bruce Riedel menilai Arab Saudi kini berada di persimpangan. Perekonomian Arab Saudi cenderung datar karena harga minyak masih rendah; terlibat perang di Yaman; kegagalan pemblokadean Qatar; pengaruh Iran yang terus merajalela di Lebanon, Suriah, dan Irak; serta suksesi Raja Salman yang masih jadi tanda tanya besar.

“Ini merupakan masa yang paling tidak stabil sepanjang sejarah Arab Saudi sejak setengah abad lalu,” katanya, dikutip Reuters. Kemarin harga minyak didunia tetap rendah. Hal ini tidak hanya diakibatkan kegentingan politik dalam negeri Saudi, tapi juga akibat ketegangan diplomatik antara Saudi dan Iran.(Muh shamil/Ant)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3095 seconds (0.1#10.140)