Catalonia Merdeka, Ancaman Disintegrasi Membayangi Uni Eropa
A
A
A
BRUSSELS - Kemerdekaan Catalonia dari Spanyol diyakini dapat memicu efek domino yang menjatuhkan Uni Eropa (UE) ke dalam krisis disintegrasi. Sebuah peta mengungkapkan sejumlah lain di seluruh benua Biru sangat membutuhkan otonomi.
Deklarasi kemerdekaan Catalonia melemparkan Spanyol ke dalam krisis konstitusional menyusul sebuah referendum yang kontroversial. Namun, wilayah ini tidak sendirian dalam harapan untuk kemerdekaan. Sejumlah daerah yang berharap bisa kembali otonom dan akan berjuang kembali menghadapi pertempuran mereka sendiri untuk mendapatkan kendali penuh atas daerahnya.
Gempa susulan dari krisis Catalonia ini bisa menyempitkan UE. Dan peta ini, yang menunjukkan banyaknya daerah dengan gerakan yang menginginkan otonomi lebih besar atau gerakan separatis, membuat sebuah wacana yang mengkhawatirkan bagi para pemimpin UE.
Seperti dikutip dari Daily Express, Sabtu (28/10/2017), Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, telah mengakui "retakan" muncul di UE setelah Catalonia menyatakan dirinya terlepas dari Spanyol.
Peta tersebut menyoroti Negara Basque di mana kaum nasionalis menginginkan persatuan politik untuk semua orang berbahasa Basque di Spanyol dan Prancis sejak abad ke-19. Keberhasilan di Catalonia bisa memberi alasan pada Basque melanjutkan perjuangannya untuk merdeka dari pemerintah pusat Spanyol.
Generasi muda Basque yang merasa diabaikan oleh Madrid bisa memutuskan untuk meninjau gencatan senjata unilateral Eta pada 2010. Kelompok tersebut membunuh lebih dari 800 orang dalam sebuah kampanye selama 50 tahun untuk sebuah negara merdeka.
Peta tersebut juga menunjukkan Kepulauan Orkney, yang sedang menjajaki kemerdekaan dari Skotlandia dan Inggris menyusul Brexit.
Lebih dari setengah politisi lokal telah menuntut penyelidikan mengenai "otonomi atau penentuan nasib sendiri yang lebih besar" setelah pemungutan suara untuk meninggalkan Uni Eropa.
Orkney secara tradisional menentang kemerdekaan Skotlandia dan memilih pemerintahan Westminster untuk Holyrood.
Selain itu ada gerakan kemerdekaan Galicia yang merupakan gerakan politik, yang mendukung kemerdekaan daerah. Beberapa kelompok juga mengusulkan penyatuan diri dengan Portugal, organisasi militernya disebut 'Restistencia Galega'.
Isle of Man, Cornwall dan Sisilia juga ada di peta tersebut.
Pada tahun 2014, 89 persen orang di Venesia Italia memilih untuk merdeka dalam sebuah petisi online, yang menyebabkan terbentuknya sebuah partai yang disebut 'Veneto Si'.
Sebelum Perang Dunia I, South Tyrol di Italia masuk ke dalam wilayah Austria, namun menjadi bagian dari Italia saat konflik tersebut berakhir. Banyak orang merasa lebih dekat dengan orang-orang Austria dan ada suara-suara kuat yang menyerukan kemerdekaan.
Peta tersebut juga menunjukkan Skotlandia dimana Partai Nasional Skotlandia (SNP) telah berkampanye untuk kemerdekaan penuh sejak didirikan pada tahun 1934. Pemimpin SNP, Nicola Sturgeon, mengatakan referendum lain kemungkinan terjadi sejak voting Brexit.
Partai Nasionalis Wales telah berkampanye untuk kemerdekaan sejak didirikan pada tahun 1925.
Menurut sebuah jajak pendapat baru-baru ini, 40 persen pemilih Wales mendukung lebih banyak kekuatan untuk majelis dan sekitar 25 persen mendukung kemerdekaan penuh.
Deklarasi kemerdekaan Catalonia melemparkan Spanyol ke dalam krisis konstitusional menyusul sebuah referendum yang kontroversial. Namun, wilayah ini tidak sendirian dalam harapan untuk kemerdekaan. Sejumlah daerah yang berharap bisa kembali otonom dan akan berjuang kembali menghadapi pertempuran mereka sendiri untuk mendapatkan kendali penuh atas daerahnya.
Gempa susulan dari krisis Catalonia ini bisa menyempitkan UE. Dan peta ini, yang menunjukkan banyaknya daerah dengan gerakan yang menginginkan otonomi lebih besar atau gerakan separatis, membuat sebuah wacana yang mengkhawatirkan bagi para pemimpin UE.
Seperti dikutip dari Daily Express, Sabtu (28/10/2017), Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, telah mengakui "retakan" muncul di UE setelah Catalonia menyatakan dirinya terlepas dari Spanyol.
Peta tersebut menyoroti Negara Basque di mana kaum nasionalis menginginkan persatuan politik untuk semua orang berbahasa Basque di Spanyol dan Prancis sejak abad ke-19. Keberhasilan di Catalonia bisa memberi alasan pada Basque melanjutkan perjuangannya untuk merdeka dari pemerintah pusat Spanyol.
Generasi muda Basque yang merasa diabaikan oleh Madrid bisa memutuskan untuk meninjau gencatan senjata unilateral Eta pada 2010. Kelompok tersebut membunuh lebih dari 800 orang dalam sebuah kampanye selama 50 tahun untuk sebuah negara merdeka.
Peta tersebut juga menunjukkan Kepulauan Orkney, yang sedang menjajaki kemerdekaan dari Skotlandia dan Inggris menyusul Brexit.
Lebih dari setengah politisi lokal telah menuntut penyelidikan mengenai "otonomi atau penentuan nasib sendiri yang lebih besar" setelah pemungutan suara untuk meninggalkan Uni Eropa.
Orkney secara tradisional menentang kemerdekaan Skotlandia dan memilih pemerintahan Westminster untuk Holyrood.
Selain itu ada gerakan kemerdekaan Galicia yang merupakan gerakan politik, yang mendukung kemerdekaan daerah. Beberapa kelompok juga mengusulkan penyatuan diri dengan Portugal, organisasi militernya disebut 'Restistencia Galega'.
Isle of Man, Cornwall dan Sisilia juga ada di peta tersebut.
Pada tahun 2014, 89 persen orang di Venesia Italia memilih untuk merdeka dalam sebuah petisi online, yang menyebabkan terbentuknya sebuah partai yang disebut 'Veneto Si'.
Sebelum Perang Dunia I, South Tyrol di Italia masuk ke dalam wilayah Austria, namun menjadi bagian dari Italia saat konflik tersebut berakhir. Banyak orang merasa lebih dekat dengan orang-orang Austria dan ada suara-suara kuat yang menyerukan kemerdekaan.
Peta tersebut juga menunjukkan Skotlandia dimana Partai Nasional Skotlandia (SNP) telah berkampanye untuk kemerdekaan penuh sejak didirikan pada tahun 1934. Pemimpin SNP, Nicola Sturgeon, mengatakan referendum lain kemungkinan terjadi sejak voting Brexit.
Partai Nasionalis Wales telah berkampanye untuk kemerdekaan sejak didirikan pada tahun 1925.
Menurut sebuah jajak pendapat baru-baru ini, 40 persen pemilih Wales mendukung lebih banyak kekuatan untuk majelis dan sekitar 25 persen mendukung kemerdekaan penuh.
(ian)