Gadis Muslim AS yang Dibunuh saat Ramadan Ternyata Juga Diperkosa
A
A
A
FAIRFAX COUNTY - Kasus kematian gadis Muslim 17 tahun di Virgnia utara, Amerika Serikat (AS) akibat dibunuh ketika berjalan meninggalkan masjid pada Ramadan lalu berubah menjadi kasus besar. Sebab, sebuah surat dakwaan menyatakan bahwa korban juga diperkosa oleh pelaku.
Kematian gadis bernama Nabra Hassanen, asal Reston, telah memicu kemarahan komunitas Muslim Virginia utara pada Juni lalu. Laporan awal menyatakan, korban dibunuh pemuda bernama Darwin Martinez-Torres, 22, asal Sterling, yang diduga karena motif kebencian.
Namun, surat dakwaan pada hari Senin waktu AS, pelaku tak hanya dikenai tuduhan pembunuhan tapi juga pemerkosaan. Sejumlah tuduhan itu akan memungkinkan jaksa untuk menuntut pelaku dengan hukuman mati.
Kepolisian setempat sebelumnya menyatakan bahwa mereka juga melakukan penyelidikan soal dugaan Nabra jadi korban serangan seksual.
Hukum Virginia mengizinkan jaksa penuntut untuk menuntut seorang terdakwa dengan hukuman mati dalam kasus dan kondisi tertentu. Kasus itu termasuk pemerkosaan dan pembunuhan saat pelaku melakukan penculikan dengan niat untuk melakukan penghinaan.
Kematian Nabra terus bergema di Virginia utara. Lebih dari 200 pendukung gadis itu mengenakan kaus bertuliskan “Justice for Nabra” atau “Keadilan untuk Nabra” muncul di sebuah sidang pendahuluan pada hari Jumat dengan terdakwa Martinez-Torres.
Persidangan ditunda ketika orang tua Nabra harus dicegah untuk menyerang Martinez-Torres. Ibu Nabra bahkan sempat melempar sepatunya ke arah terdakwa.
Menurut keterangan polisi, korban bersama sekelompok temannya pada 18 Juni sekitar pukul 03.40 berjalan pulang usai beribadah di masjid mereka, All Dulles Area Muslim Society.
Martinez-Torres, lanjut polisi, bertemu dengan kelompok Nabra tersebut terlibat konfrontasi di jalan raya. Martinez-Torres mengejar kelompok tersebut dan menangkap Nabra. Dalam keterangan kepada polisi, pelaku mengaku membunuh dan membuang jasad Nabra di sebuah kolam terdekat.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebuah kelompok advokasi hak-hak sipil Muslim, membantu mewakili keluarga Nabra dalam menuntut keadilan. Pengacara CAIR, Gadeir Abbas, mengatakan bahwa keluarga korban fokus untuk memastikan bahwa ada keadilan bagi Nabra.
”Dan bahwa pembunuhnya bertanggung jawab atas kejahatannya. Tragedi ini tak hanya mempengaruhi keluarga, tapi juga komunitas Muslim di seluruh negeri, terjadi pada bulan Ramadan saat anak-anak berkumpul di masjid untuk bersosialisasi dan berdoa,” katanya, seperti dikutip dari AP, Rabu (18/10/2017).
Dawan Butorac, kuasa hukum yang ditunjuk untuk mewakili Martinez-Torres, tidak merespons panggilan untuk dimintai komentar terkait kasus ini.
Kematian gadis bernama Nabra Hassanen, asal Reston, telah memicu kemarahan komunitas Muslim Virginia utara pada Juni lalu. Laporan awal menyatakan, korban dibunuh pemuda bernama Darwin Martinez-Torres, 22, asal Sterling, yang diduga karena motif kebencian.
Namun, surat dakwaan pada hari Senin waktu AS, pelaku tak hanya dikenai tuduhan pembunuhan tapi juga pemerkosaan. Sejumlah tuduhan itu akan memungkinkan jaksa untuk menuntut pelaku dengan hukuman mati.
Kepolisian setempat sebelumnya menyatakan bahwa mereka juga melakukan penyelidikan soal dugaan Nabra jadi korban serangan seksual.
Hukum Virginia mengizinkan jaksa penuntut untuk menuntut seorang terdakwa dengan hukuman mati dalam kasus dan kondisi tertentu. Kasus itu termasuk pemerkosaan dan pembunuhan saat pelaku melakukan penculikan dengan niat untuk melakukan penghinaan.
Kematian Nabra terus bergema di Virginia utara. Lebih dari 200 pendukung gadis itu mengenakan kaus bertuliskan “Justice for Nabra” atau “Keadilan untuk Nabra” muncul di sebuah sidang pendahuluan pada hari Jumat dengan terdakwa Martinez-Torres.
Persidangan ditunda ketika orang tua Nabra harus dicegah untuk menyerang Martinez-Torres. Ibu Nabra bahkan sempat melempar sepatunya ke arah terdakwa.
Menurut keterangan polisi, korban bersama sekelompok temannya pada 18 Juni sekitar pukul 03.40 berjalan pulang usai beribadah di masjid mereka, All Dulles Area Muslim Society.
Martinez-Torres, lanjut polisi, bertemu dengan kelompok Nabra tersebut terlibat konfrontasi di jalan raya. Martinez-Torres mengejar kelompok tersebut dan menangkap Nabra. Dalam keterangan kepada polisi, pelaku mengaku membunuh dan membuang jasad Nabra di sebuah kolam terdekat.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebuah kelompok advokasi hak-hak sipil Muslim, membantu mewakili keluarga Nabra dalam menuntut keadilan. Pengacara CAIR, Gadeir Abbas, mengatakan bahwa keluarga korban fokus untuk memastikan bahwa ada keadilan bagi Nabra.
”Dan bahwa pembunuhnya bertanggung jawab atas kejahatannya. Tragedi ini tak hanya mempengaruhi keluarga, tapi juga komunitas Muslim di seluruh negeri, terjadi pada bulan Ramadan saat anak-anak berkumpul di masjid untuk bersosialisasi dan berdoa,” katanya, seperti dikutip dari AP, Rabu (18/10/2017).
Dawan Butorac, kuasa hukum yang ditunjuk untuk mewakili Martinez-Torres, tidak merespons panggilan untuk dimintai komentar terkait kasus ini.
(mas)