Serangan EMP Korut Bisa Bunuh 90% Warga AS
A
A
A
WASHINGTON - Para ahli telah memperingatkan Kongres Amerika Serikat (AS) bahwa mereka telah mengabaikan senjata yang baru dikembangkan oleh Korea Utara (Korut). Senjata ini dapat mematikan jaringan listrik dan membunuh sebagian besar warga AS dalam waktu satu tahun.
Dua anggota komisi elektromagnetik Pulse (EMP) atau bom elektromagnetik yang dibubarkan Kongres AS baru-baru ini mendengar bahwa sebuah serangan nuklir EMP dari Kim Jong-un adalah ancaman terbesar bagi AS namun tetap tidak diakui oleh pemerintah.
Perhatian lebih banyak difokuskan pada uji coba rudal balistik antar benua yang terus berlanjut tahun ini, namun kediktatoran tersebut juga baru-baru ini mengklaim telah menguji bom hidrogen di bawah tanah pada bulan September.
Rezim tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan publik bahwa bom semacam itu dapat diledakkan di tempat yang tinggi untuk serangan EMP yang sangat hebat sesuai dengan tujuan strategis.
"Serangan semacam itu dapat menutup jaringan listrik AS untuk waktu yang tidak terbatas, yang menyebabkan kematian dalam waktu satu tahun sampai 90 persen dari semua orang Amerika," mantan Ketua Komisi EMP William Graham, dan mantan kepala stafnya Peter Vincent Pry memperingatkan seperti dikutip dari Independent, Selasa (17/10/2017).
Mereka mendesak DPR untuk melindungi energi. Mereka juga memperingatkan bahwa sistem pertahanan rudal balistik AS saat ini dirancang untuk mencegat rudal dari Korut yang mendekati AS di wilayah Kutub Utara, namun tidak berada di wilayah Kutub Selatan.
Kedua mantan anggota komisi tersebut menambahkan bahwa Korut diperkirakan memiliki 60 senjata nuklir. Negera komunis itu juga mempunyai rudal balistik antarbenua yang bisa mencapai Denver dan Chicago, dan mungkin seluruh AS.
"Rezim tersebut sedang mengembangkan bom H yang sebanding dengan senjata termonuklir canggih tahap dua di AS," kata mereka.
Graham dan Pry juga mengutuk perang kata-kata antara Donald Trump dan Kim Jong-un, yang telah saling memanggil "pria roket" dan "gila mental", yang telah memperburuk ketegangan antara kedua negara.
Washington dan Pyongyang telah berselisih selama berbulan-bulan karena Korut telah berulang kali menembakkan rudal balistik ke Jepang dalam upayanya untuk mengembangkan senjata rudal nuklir.
Dua anggota komisi elektromagnetik Pulse (EMP) atau bom elektromagnetik yang dibubarkan Kongres AS baru-baru ini mendengar bahwa sebuah serangan nuklir EMP dari Kim Jong-un adalah ancaman terbesar bagi AS namun tetap tidak diakui oleh pemerintah.
Perhatian lebih banyak difokuskan pada uji coba rudal balistik antar benua yang terus berlanjut tahun ini, namun kediktatoran tersebut juga baru-baru ini mengklaim telah menguji bom hidrogen di bawah tanah pada bulan September.
Rezim tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan publik bahwa bom semacam itu dapat diledakkan di tempat yang tinggi untuk serangan EMP yang sangat hebat sesuai dengan tujuan strategis.
"Serangan semacam itu dapat menutup jaringan listrik AS untuk waktu yang tidak terbatas, yang menyebabkan kematian dalam waktu satu tahun sampai 90 persen dari semua orang Amerika," mantan Ketua Komisi EMP William Graham, dan mantan kepala stafnya Peter Vincent Pry memperingatkan seperti dikutip dari Independent, Selasa (17/10/2017).
Mereka mendesak DPR untuk melindungi energi. Mereka juga memperingatkan bahwa sistem pertahanan rudal balistik AS saat ini dirancang untuk mencegat rudal dari Korut yang mendekati AS di wilayah Kutub Utara, namun tidak berada di wilayah Kutub Selatan.
Kedua mantan anggota komisi tersebut menambahkan bahwa Korut diperkirakan memiliki 60 senjata nuklir. Negera komunis itu juga mempunyai rudal balistik antarbenua yang bisa mencapai Denver dan Chicago, dan mungkin seluruh AS.
"Rezim tersebut sedang mengembangkan bom H yang sebanding dengan senjata termonuklir canggih tahap dua di AS," kata mereka.
Graham dan Pry juga mengutuk perang kata-kata antara Donald Trump dan Kim Jong-un, yang telah saling memanggil "pria roket" dan "gila mental", yang telah memperburuk ketegangan antara kedua negara.
Washington dan Pyongyang telah berselisih selama berbulan-bulan karena Korut telah berulang kali menembakkan rudal balistik ke Jepang dalam upayanya untuk mengembangkan senjata rudal nuklir.
(ian)