Jerman Berencana Akui Hari Raya Umat Muslim
A
A
A
BERLIN - MenteriDalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere menyatakan, ia akan memperkenalkan sebuah usulan untuk mengakui hari raya umat Muslim, dengan menjadikan hari raya tersebut sebagai hari libur nasional.
"Saya siap untuk mendiskusikan masalah apakah kita juga harus memperkenalkan sebuah hari libur umum Muslim. Pihak berwenang Jerman mungkin bisa dengan mudah melakukan itu," kata de Maiziere, seperti dilansir Russia Today pada Minggu (15/10).
Dia kemudian menjelaskan, di beberapa negara bagian Jerman tempat banyak umat Katolik tinggal, ada beberapa hari raya Kristen yang didefinisikan secara agama, sementara di bagian lain negara ini, mereka tidak diperkenalkan secara resmi.
"Di tempat-tempat di mana ada banyak Muslim, mengapa tidak ada yang bisa mendiskusikan juga tentang liburan masyarakat Muslim?" Kata menteri tersebut dalam sebuah acara pemilihan yang dipentaskan oleh partainya, Uni Demokratik (CDU), di di Lower Saxony.
Usulannya, bagaimanapun, dengan cepat memicu gelombang kemarahan di dalam jajaran partainya sendiri, dan juga di antara sekutu CDU, Serikat Sosial Kristen konservatif (CSU). "Warisan Kristen kami tidak dapat dinegosiasikan. Pengenalan hari libur umat Islam di Jerman seharusnya tidak menjadi pembahasan," kata Alexander Dobrindt, kepala faksi CSU di parlemen federal Jerman, mengomentari pernyataan de Maiziere.
Kata-katanya digaungkan oleh anggota CSU lainnya, pakar kebijakan interior Stephan Mayer, yang mengatakan bahwa Jerman telah berabad-abad membawa warisan tradisi Kristen, dan didefinisikan oleh tradisi tersebut.
Beda dengan SCU, Partai Sosial Demokrat Jerman justru mendukung usulan tersebut. Pemimpin Partai Sosial Demokrat Jerman, Martin Schulz menyatakan setiap orang harus menghormati usulan tersebut. "Orang harus memikirkan proposal ini. Di Jerman, seseorang harus bisa membuat proposal dan kemudian membahasnya dengan serius, tanpa kecemasan," ucap Schulz.
Sementara itu, kegemparan tersebut mendorong kemndagri Jerman untuk mengklarifikasi pernyataan de Maziere. Kementerian itu menyatakan de Maziere telah memperjelas bahwa hari libur di Jerman berasal dari tradisi Kristen, dan akan tetap seperti itu.
"Namun, dia siap untuk mendiskusikan liburan Muslim tertentu di beberapa wilayah tertentu. Pada dasarnya menteri masih berpegang pada pendapat bahwa budaya liburan kita memiliki akar Kristen dan tidak lain," kata kementerian itu.
"Saya siap untuk mendiskusikan masalah apakah kita juga harus memperkenalkan sebuah hari libur umum Muslim. Pihak berwenang Jerman mungkin bisa dengan mudah melakukan itu," kata de Maiziere, seperti dilansir Russia Today pada Minggu (15/10).
Dia kemudian menjelaskan, di beberapa negara bagian Jerman tempat banyak umat Katolik tinggal, ada beberapa hari raya Kristen yang didefinisikan secara agama, sementara di bagian lain negara ini, mereka tidak diperkenalkan secara resmi.
"Di tempat-tempat di mana ada banyak Muslim, mengapa tidak ada yang bisa mendiskusikan juga tentang liburan masyarakat Muslim?" Kata menteri tersebut dalam sebuah acara pemilihan yang dipentaskan oleh partainya, Uni Demokratik (CDU), di di Lower Saxony.
Usulannya, bagaimanapun, dengan cepat memicu gelombang kemarahan di dalam jajaran partainya sendiri, dan juga di antara sekutu CDU, Serikat Sosial Kristen konservatif (CSU). "Warisan Kristen kami tidak dapat dinegosiasikan. Pengenalan hari libur umat Islam di Jerman seharusnya tidak menjadi pembahasan," kata Alexander Dobrindt, kepala faksi CSU di parlemen federal Jerman, mengomentari pernyataan de Maiziere.
Kata-katanya digaungkan oleh anggota CSU lainnya, pakar kebijakan interior Stephan Mayer, yang mengatakan bahwa Jerman telah berabad-abad membawa warisan tradisi Kristen, dan didefinisikan oleh tradisi tersebut.
Beda dengan SCU, Partai Sosial Demokrat Jerman justru mendukung usulan tersebut. Pemimpin Partai Sosial Demokrat Jerman, Martin Schulz menyatakan setiap orang harus menghormati usulan tersebut. "Orang harus memikirkan proposal ini. Di Jerman, seseorang harus bisa membuat proposal dan kemudian membahasnya dengan serius, tanpa kecemasan," ucap Schulz.
Sementara itu, kegemparan tersebut mendorong kemndagri Jerman untuk mengklarifikasi pernyataan de Maziere. Kementerian itu menyatakan de Maziere telah memperjelas bahwa hari libur di Jerman berasal dari tradisi Kristen, dan akan tetap seperti itu.
"Namun, dia siap untuk mendiskusikan liburan Muslim tertentu di beberapa wilayah tertentu. Pada dasarnya menteri masih berpegang pada pendapat bahwa budaya liburan kita memiliki akar Kristen dan tidak lain," kata kementerian itu.
(esn)