Dianggap Anti Israel, AS Menarik Diri dari UNESCO

Kamis, 12 Oktober 2017 - 23:29 WIB
Dianggap Anti Israel, AS Menarik Diri dari UNESCO
Dianggap Anti Israel, AS Menarik Diri dari UNESCO
A A A
PARIS - Amerika Serikat (AS) mengumumkan menarik diri dari badan budaya dan pendidikan PBB, UNESCO. AS mengeluhkan bagaimana badan tersebut dijalankan dan tentang apa yang digambarkan Washington sebagai sesuatu yang bias terhadap Israel.

"Keputusan ini tidak dianggap enteng, dan mencerminkan keprihatinan AS dengan meningkatnya tunggakan di UNESCO, kebutuhan akan reformasi mendasar dalam organisasi tersebut, dan melanjutkan bias anti-Israel," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert dalam sebuah pernyataan seperti disitat dari Reuters, Kamis (12/10/2017).

Penarikan diri AS, yang menyediakan seperlima dari dana UNESCO, merupakan pukulan berat bagi organisasi yang berbasis di Paris yang mulai bekerja pada tahun 1946. UNESCO dikenal karena menunjuk situs Warisan Dunia seperti kota kuno Palmyra di Suriah dan Taman Nasional Grand Canyon.

Di bawah peraturan UNESCO, penarikan tersebut akan berlaku efektif pada akhir Desember 2018. Sampai saat itu, AS, yang menyediakan sekitar USD80 juta untuk UNESCO setiap tahunnya, akan tetap menjadi anggota penuh.

Organisasi yang mempekerjakan sekitar 2.000 orang di seluruh dunia, yang sebagian besar berbasis di Paris, telah lama menjadi objek kritik atas penggunaan sumber daya dan resolusi yang telah dirasakan oleh Israel dan negara-negara lain sebagai bias.

Direktur Jenderal Irina Bokova mengungkapkan kekecewaannya atas keputusan AS.

"Pada saat konflik terus merobek masyarakat di seluruh dunia, sangat disesalkan Amerika Serikat menarik diri dari badan PBB yang mempromosikan pendidikan untuk perdamaian dan melindungi budaya yang diserang," katanya.

"Ini adalah kerugian bagi keluarga Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini adalah kerugian multilateralisme," imbuhnya.

UNESCO sendiri saat ini sedang dalam proses memilih pemimpin baru, yang prioritasnya adalah untuk menghidupkan kembali nasibnya.

Pergerakan AS menggarisbawahi skeptisisme yang diungkapkan oleh Presiden Donald Trump tentang perlunya negara itu untuk tetap terlibat dalam badan multilateral. Presiden AS itu telah menggemabar gemborkan kebijakan "America first", yang menempatkan kepentingan ekonomi dan nasional AS di atas komitmen internasional.

Sejak Trump menjabat, AS telah meninggalkan pembicaraan perdagangan Trans-Pacific Partnership, menarik diri dari kesepakatan iklim Paris dan membuka negosiasi ulang perjanjian perdagangan lama dengan Kanada dan Meksiko, NAFTA. Trump juga menyebut NATO sudah ketinggalan zaman, meski kemudian ia menarik kembali kata-kata itu.

Sejumlah diplomat mengungkapkan keprihatinannya tentang hilangnya keterlibatan AS.

"Tidak adanya Amerika Serikat atau negara besar dengan banyak kekuasaan adalah kerugian. Ini bukan hanya tentang uang, tapi juga mempromosikan cita-cita yang sangat penting bagi negara-negara seperti Amerika Serikat, seperti pendidikan dan kebudayaan," kata seorang diplomat yang berbasis di UNESCO.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4317 seconds (0.1#10.140)