Duterte Tolak Tawaran Militan Pro ISIS
A
A
A
MANILA - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengesampingkan kemungkinan mengizinkan militan terkait ISIS untuk meninggalkan kota selatan dengan imbalan pembebasan puluhan sandera. Kelompok tersebut telah merebut sebagian kota Marawi pada bulan Mei lalu dan tetap bertahan lebih dari 100 hari dari gempuran serangan udara dan serangan darat militer Filipina.
"Tidak mungkin," kata Duterte kepada wartawan saat ditanya tentang desas-desus bahwa pemimpin pemberontak, Omarkhayam Maute, telah mengusulkan untuk membebaskan sandera dengan imbalan jalan keluar yang aman bagi militan tersebut.
"Jika saya bisa menyelamatkan satu kehidupan di sana, saya bersedia menunggu satu tahun (untuk merebut kembali kota)," kata Duterte tentang para sandera, setelah mengunjungi tentara yang terluka di Cagayan de Oro, beberapa jam dari Marawi seperti disitat dari Reuters, Minggu (10/9/2017).
Sementara itu, juru bicara Angkatan Darat Colonal Edgard Arevalo mengatakan bahwa keselamatan sandera merupakan prioritas misi militer.
Militer memperkirakan sekitar 20 sampai 30 sandera ditahan, beberapa di antaranya dikatakan terpaksa mengangkat senjata untuk melawan pasukan pemerintah.
"Kami masih sangat memperhatikan kehadiran warga sipil - senapan d kepala mereka - yang dijadikan perisai manusia atau diperintahkan untuk menggunakan senjata api dan amunisi, kemudian dikonversi menjadi pejuang dan menembak pasukan kami," katanya dalam sebuah pernyataan.
Darurat militer telah diberlakukan di Mindanao, sebuah pulau berpenduduk 22 juta orang, sampai akhir tahun. Hal ini dilakukan agar memungkinkan militer untuk membubarkan aliansi kelompok militan Islam yang pro-Islam.
Menurut militer sekitar 655 militan, 45 warga sipil dan 145 tentara dan polisi telah tewas di Marawi. Pihak militer juga berhasil menyelamatkan 1.728 warga sipil. Sedikitnya 400.000 orang telah mengungsi.
"Tidak mungkin," kata Duterte kepada wartawan saat ditanya tentang desas-desus bahwa pemimpin pemberontak, Omarkhayam Maute, telah mengusulkan untuk membebaskan sandera dengan imbalan jalan keluar yang aman bagi militan tersebut.
"Jika saya bisa menyelamatkan satu kehidupan di sana, saya bersedia menunggu satu tahun (untuk merebut kembali kota)," kata Duterte tentang para sandera, setelah mengunjungi tentara yang terluka di Cagayan de Oro, beberapa jam dari Marawi seperti disitat dari Reuters, Minggu (10/9/2017).
Sementara itu, juru bicara Angkatan Darat Colonal Edgard Arevalo mengatakan bahwa keselamatan sandera merupakan prioritas misi militer.
Militer memperkirakan sekitar 20 sampai 30 sandera ditahan, beberapa di antaranya dikatakan terpaksa mengangkat senjata untuk melawan pasukan pemerintah.
"Kami masih sangat memperhatikan kehadiran warga sipil - senapan d kepala mereka - yang dijadikan perisai manusia atau diperintahkan untuk menggunakan senjata api dan amunisi, kemudian dikonversi menjadi pejuang dan menembak pasukan kami," katanya dalam sebuah pernyataan.
Darurat militer telah diberlakukan di Mindanao, sebuah pulau berpenduduk 22 juta orang, sampai akhir tahun. Hal ini dilakukan agar memungkinkan militer untuk membubarkan aliansi kelompok militan Islam yang pro-Islam.
Menurut militer sekitar 655 militan, 45 warga sipil dan 145 tentara dan polisi telah tewas di Marawi. Pihak militer juga berhasil menyelamatkan 1.728 warga sipil. Sedikitnya 400.000 orang telah mengungsi.
(ian)