Korut Uji Bom Hidrogen, AS: Kesabaran Kami Ada Batasnya
A
A
A
NEW YORK - Dubes Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan Pyongyang "mengemis untuk perang" setelah melakukan uji coba nuklir pada akhir pekan lalu. Ia juga menyebut Korut bakal kembali melakukan peluncuran rudal.
Haley menuduh mitra dagang Korea Utara pada hari Senin membantu ambisi nuklirnya. Ia pun mendesak Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara untuk menjatuhkan sanksi yang paling kuat untuk mencegahnya.
"Perang bukanlah sesuatu yang diinginkan AS. Kami tidak menginginkannya sekarang. Tapi kesabaran negara kita tidak tak terbatas. Kami akan membela sekutu dan wilayah kami," tegas Haley.
"AS akan melihat setiap negara yang melakukan bisnis dengan Korut sebagai negara yang memberi bantuan pada niat nuklir mereka yang sembrono dan berbahaya," katanya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/9/2017).
Haley mengatakan AS akan mengedarkan resolusi Dewan Keamanan baru untuk Korut minggu ini dan menginginkan pemungutan suara untuknya pada hari Senin depan.
China, mitra dagang utama dengan Korut, dan Rusia menyerukan resolusi damai untuk mengatasi krisis tersebut.
"China tidak akan membiarkan kekacauan dan perang di Semenanjung Korea," kata Liu Jieyi, duta besar China untuk PBB. Ia pun mendesak Korut untuk berhenti melakukan tindakan yang "salah" dan bukan demi kepentingannya sendiri.
Sementara Rusia mengatakan perdamaian di wilayah itu dalam bahaya. "Sanksi sendiri tidak akan membantu memecahkan masalah ini," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia.
Korut telah mendapat sanksi PBB sejak tahun 2006 karena program rudal balistik dan nuklirnya. Biasanya, China dan Rusia hanya melihat uji coba rudal jarak jauh atau senjata nuklir sebagai pemicu untuk sanksi PBB lebih lanjut.
Pejabat mengatakan kegiatan di sekitar lokasi peluncuran rudal menunjukkan Korut merencanakan lebih banyak tes rudal.
"Kami terus melihat tanda peluncuran rudal balistik yang lebih mungkin. Kami juga memperkirakan Korut bisa menembakkan rudal balistik antar benua," kata Jang Kyoung-soo, yang bertindak sebagai wakil menteri pertahanan nasional, mengatakan pada sebuah dengar pendapat parlemen pada hari Senin.
Korut menguji dua rudal balistik antar benua (ICBM) pada bulan Juli yang bisa terbang sekitar 10.000 km. Peluncuran ICBM ini menempatkan bagian daratan AS dalam jangkauan tembak dan mendorong babak baru sanksi internasional yang berat.
Haley menuduh mitra dagang Korea Utara pada hari Senin membantu ambisi nuklirnya. Ia pun mendesak Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara untuk menjatuhkan sanksi yang paling kuat untuk mencegahnya.
"Perang bukanlah sesuatu yang diinginkan AS. Kami tidak menginginkannya sekarang. Tapi kesabaran negara kita tidak tak terbatas. Kami akan membela sekutu dan wilayah kami," tegas Haley.
"AS akan melihat setiap negara yang melakukan bisnis dengan Korut sebagai negara yang memberi bantuan pada niat nuklir mereka yang sembrono dan berbahaya," katanya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/9/2017).
Haley mengatakan AS akan mengedarkan resolusi Dewan Keamanan baru untuk Korut minggu ini dan menginginkan pemungutan suara untuknya pada hari Senin depan.
China, mitra dagang utama dengan Korut, dan Rusia menyerukan resolusi damai untuk mengatasi krisis tersebut.
"China tidak akan membiarkan kekacauan dan perang di Semenanjung Korea," kata Liu Jieyi, duta besar China untuk PBB. Ia pun mendesak Korut untuk berhenti melakukan tindakan yang "salah" dan bukan demi kepentingannya sendiri.
Sementara Rusia mengatakan perdamaian di wilayah itu dalam bahaya. "Sanksi sendiri tidak akan membantu memecahkan masalah ini," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia.
Korut telah mendapat sanksi PBB sejak tahun 2006 karena program rudal balistik dan nuklirnya. Biasanya, China dan Rusia hanya melihat uji coba rudal jarak jauh atau senjata nuklir sebagai pemicu untuk sanksi PBB lebih lanjut.
Pejabat mengatakan kegiatan di sekitar lokasi peluncuran rudal menunjukkan Korut merencanakan lebih banyak tes rudal.
"Kami terus melihat tanda peluncuran rudal balistik yang lebih mungkin. Kami juga memperkirakan Korut bisa menembakkan rudal balistik antar benua," kata Jang Kyoung-soo, yang bertindak sebagai wakil menteri pertahanan nasional, mengatakan pada sebuah dengar pendapat parlemen pada hari Senin.
Korut menguji dua rudal balistik antar benua (ICBM) pada bulan Juli yang bisa terbang sekitar 10.000 km. Peluncuran ICBM ini menempatkan bagian daratan AS dalam jangkauan tembak dan mendorong babak baru sanksi internasional yang berat.
(ian)