Putin: Semenanjung Korea di Ambang Konflik Militer Skala Besar

MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, situasi di Semananjung Korea kini sudah di ambang konflik militer berskala besar. Dia menegaskan bahwa krisis nuklir Korea Utara (Korut) harus dipecahkan melalui dialog, bukan tekanan militer.

“Saya harus mengatakan beberapa kata tentang situasi di Semenanjung Korea, di mana ketegangan telah berkembang baru-baru ini dan situasinya menyeimbangkan konflik yang berskala besar,” kata Putin dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan media-media dari negara anggota BRICS menjelang pucak KTT BRICS di Xiamen, China, 3-5 September.

“Rusia percaya bahwa kebijakan untuk menekan Pyongyang guna menghentikan program rudal nuklirnya sesat dan sia-sia,” lanjut Putin.

”Masalah di wilayah itu seharusnya diselesaikan melalui dialog langsung semua pihak terkait tanpa prasyarat apapun. Provokasi, tekanan dan retorika militeris dan penghinaan adalah jalan buntu,” kata Putin, yang dilansir Sputnik, Jumat (1/9/2017).

Dia menambahkan bahwa Rusia dan China telah menciptakan sebuah peta jalan (road map) untuk penyelesaian krisis di Semenanjung Korea. “Yang dirancang untuk mempromosikan pelonggaran ketegangan secara bertahap dan penciptaan mekanisme untuk perdamaian dan keamanan abadi,” papar Putin.

Ketegangan di kawasan Korea telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Ketegangan terbaru dipicu uji tembak rudal balistik jarak menengah Korut yang melewati wilayah udara Hokkaido, sebelum jatuh ke perairan Jepang di Laut Pasifik, pada Selasa lalu.

Pada bulan Juni, Rusia dan China sudah mengajukan sebuah peta jalan untuk penyelesaian krisis Korut. Rancangan solusi itu berisi penghentian secara bersamaan antara aktivitas nuklir Pyongyang dan latihan militer gabungan Amerika Serikat-Korea Selatan.

Inisiatif itu didukung oleh Jerman, namun ditolak oleh AS. Sedangkan Korut belum menanggapi usulan tersebut.