Korut Batal Merudal Guam, Trump Puji Kim Jong-un
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump memuji pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un atas keputusannya untuk tidak menembakkan peluru kendali (rudal) ke Guam, wilayah AS di Pasifik. Trump menyebut Kim Jong-un membuat keputusan yang sangat bijaksana.
Semula, militer Pyongyang mengancam akan menembakkan empat rudal jarak menengah ke Guam pada pertengahan Agustus ini. Ancaman terjadi saat kedua negara terlibat perang kata-kata. Namun, Kim pada Selasa (15/8/2017) lalu memutuskan menunda serangan sambil mengawasi perilaku AS.
”Kim Jong-un dari Korea Utara membuat keputusan yang sangat bijaksana dan beralasan,” tulis Trump di Twitter, pada hari Rabu waktu AS, yang dilansir Reuters, Kamis (17/8/2017).
”Alternatifnya pasti sangat buruk dan tidak bisa diterima!" lanjut Trump mengacu pada rencana serangan rudal Pyongyang jika nekat direalisasikan.
Baca Juga: Nuklir Bukan Satu-satunya Senjata Horor di Gudang Senjata Korut
Ancaman serangan Korut terhadap Guam telah memicu Trump untuk membuat ancaman yang lebih keras, di mana Trump saat itu memastikan bahwa opsi militer AS untuk rezim Kim Jong-un sudah “terkunci dan tersaji”.
Korea Utara telah lama mengabaikan peringatan dari Barat dan dari sekutu utamanya, China, untuk menghentikan uji coba nuklir dan rudalnya yang bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa sudah saatnya untuk membatalkan retorika dan diplomasi ‘dial-up’ di Korea Utara. Guterres mengatakan kepada Rusia, Jepang, AS, China dan Korea Utara dan Korea Selatan bahwa dia bersedia membantu jadi broker perundingan.
”Kantor saya selalu tersedia, dan saya sampaikan pesan ini kemarin kepada perwakilan perundingan enam negara,” kata Guterres kepada wartawan. ”Solusi untuk krisis ini harus bersifat politis. Konsekuensi potensial dari tindakan militer terlalu mengerikan bahkan untuk direnungkan.”
Semula, militer Pyongyang mengancam akan menembakkan empat rudal jarak menengah ke Guam pada pertengahan Agustus ini. Ancaman terjadi saat kedua negara terlibat perang kata-kata. Namun, Kim pada Selasa (15/8/2017) lalu memutuskan menunda serangan sambil mengawasi perilaku AS.
”Kim Jong-un dari Korea Utara membuat keputusan yang sangat bijaksana dan beralasan,” tulis Trump di Twitter, pada hari Rabu waktu AS, yang dilansir Reuters, Kamis (17/8/2017).
”Alternatifnya pasti sangat buruk dan tidak bisa diterima!" lanjut Trump mengacu pada rencana serangan rudal Pyongyang jika nekat direalisasikan.
Baca Juga: Nuklir Bukan Satu-satunya Senjata Horor di Gudang Senjata Korut
Ancaman serangan Korut terhadap Guam telah memicu Trump untuk membuat ancaman yang lebih keras, di mana Trump saat itu memastikan bahwa opsi militer AS untuk rezim Kim Jong-un sudah “terkunci dan tersaji”.
Korea Utara telah lama mengabaikan peringatan dari Barat dan dari sekutu utamanya, China, untuk menghentikan uji coba nuklir dan rudalnya yang bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa sudah saatnya untuk membatalkan retorika dan diplomasi ‘dial-up’ di Korea Utara. Guterres mengatakan kepada Rusia, Jepang, AS, China dan Korea Utara dan Korea Selatan bahwa dia bersedia membantu jadi broker perundingan.
”Kantor saya selalu tersedia, dan saya sampaikan pesan ini kemarin kepada perwakilan perundingan enam negara,” kata Guterres kepada wartawan. ”Solusi untuk krisis ini harus bersifat politis. Konsekuensi potensial dari tindakan militer terlalu mengerikan bahkan untuk direnungkan.”
(mas)