Setelah Korut, Giliran China Lakukan Uji Coba Rudal
A
A
A
WASHINGTON - Sejumlah pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan China telah melakukan serangkaian tes rudal pada akhir pekan lalu. Beijing menjadikan tiruan misil dan jet AS menjadi targetnya.
Badan mata-mata AS mendeteksi militer China meluncurkan serangkaian 20 rudal dengan sasaran tiruan yang dirancang agar terlihat seperti peluncur rudal THAAD AS dan jet tempur siluman Angkatan Udara AS, F-22, yang canggih seperti dikutip dari Fox News, Kamis (3/8/2017).
Para pejabat meyakini militer China menguji rudal intermediate, menengah dan jelajah. Para pejabat itu juga mengatakan tes tersebut dimaksudkan untuk bertepatan dengan perayaan Hari Angkatan Darat China pada 1 Agustus lalu.
China saat ini memiliki banyak kapal perusak, kapal penjelajah dan kapal selam seperti Angkatan Laut AS. Beijing baru-baru ini meluncurkan kapal tipe perusak baru yang menurut para pengamat mengalahkan saingannya kapal perusak kelas Arleigh Burke AS.
Beberapa hari sebelum tes rudal China pada hari Sabtu, satelit militer AS juga mendeteksi usaha peluncuran rudal anti balistik China yang gagal. Rudal tersebut adalah sistem anti rudal balistik THAAD versi Beijing.
Sebelumnya, Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengatakan bahwa AS dan China berada pada "titik pivot" dalam sejarah.
Tillerson mengakui perbedaan antara dua kekuatan super itu atas masalah Korea Utara (Korut) dan pembangunan pangkalan militer Beijing yang terus berlanjut di pulau buatan manusia di Laut Cina Selatan.
"Kami akan menghadapi perbedaan-perbedaan itu dengan cara yang tidak menimbulkan konflik terbuka," kata Tillerson bersumpah.
Tillerson mengatakan pada beberapa titik dia akan terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Korut.
Satu hari setelah peluncuran rudal balistik antar benua Korut, Presiden Trump mengaku sangat kecewa dengan China karena tidak melakukan apa untuk menghentikan program rudal dan nuklir Korut.
Pernyataan Trump ini dibalas oleh utusan PBB dari China dengan mengatakan AS dan Korut, bukan Beijing, harus mengurangi ketegangan dan bekerja untuk melanjutkan perundingan guna mengakhiri program rudal balistik nuklir dan antar benua Pyongyang.
Badan mata-mata AS mendeteksi militer China meluncurkan serangkaian 20 rudal dengan sasaran tiruan yang dirancang agar terlihat seperti peluncur rudal THAAD AS dan jet tempur siluman Angkatan Udara AS, F-22, yang canggih seperti dikutip dari Fox News, Kamis (3/8/2017).
Para pejabat meyakini militer China menguji rudal intermediate, menengah dan jelajah. Para pejabat itu juga mengatakan tes tersebut dimaksudkan untuk bertepatan dengan perayaan Hari Angkatan Darat China pada 1 Agustus lalu.
China saat ini memiliki banyak kapal perusak, kapal penjelajah dan kapal selam seperti Angkatan Laut AS. Beijing baru-baru ini meluncurkan kapal tipe perusak baru yang menurut para pengamat mengalahkan saingannya kapal perusak kelas Arleigh Burke AS.
Beberapa hari sebelum tes rudal China pada hari Sabtu, satelit militer AS juga mendeteksi usaha peluncuran rudal anti balistik China yang gagal. Rudal tersebut adalah sistem anti rudal balistik THAAD versi Beijing.
Sebelumnya, Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengatakan bahwa AS dan China berada pada "titik pivot" dalam sejarah.
Tillerson mengakui perbedaan antara dua kekuatan super itu atas masalah Korea Utara (Korut) dan pembangunan pangkalan militer Beijing yang terus berlanjut di pulau buatan manusia di Laut Cina Selatan.
"Kami akan menghadapi perbedaan-perbedaan itu dengan cara yang tidak menimbulkan konflik terbuka," kata Tillerson bersumpah.
Tillerson mengatakan pada beberapa titik dia akan terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Korut.
Satu hari setelah peluncuran rudal balistik antar benua Korut, Presiden Trump mengaku sangat kecewa dengan China karena tidak melakukan apa untuk menghentikan program rudal dan nuklir Korut.
Pernyataan Trump ini dibalas oleh utusan PBB dari China dengan mengatakan AS dan Korut, bukan Beijing, harus mengurangi ketegangan dan bekerja untuk melanjutkan perundingan guna mengakhiri program rudal balistik nuklir dan antar benua Pyongyang.
(ian)