Teheran Bantah Kuwait Usir Duta Besar Iran
A
A
A
TEHERAN - Teheran menolak laporan yang menyebut Kuwait telah mengusir Duta Besar Iran dari Kuwait City. Teheran lalu mengatakan akan mengadakan dialog dengan negara Teluk Arab tersebut, setelah sebuah perselisihan diplomatik mengenai dugaan hubungan Teheran dengan sel "mata-mata dan teror".
"Duta Besar Iran akan terus hadir di Kuwait dan kedutaan akan aktif di tingkat Duta Besar. Tidak ada masalah dalam hal ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi.
"Tindakan Kuwait memang tidak bisa dibenarkan, tapi kita bisa melanjutkan pembicaraan dan kontak kita," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (24/7).
Sebelumnya diwartakan, Kantor berita Iran, ISNA melaporkan, Kuwait telah memerintahkan Duta Besar Iran untuk meninggalkan negara tersebut dalam waktu 45 hari. Hal itu terjadi di tengah ketegangan diplomatik antara kedua negara.
Selain itu, Kuwait juga dilaporkan telah memutuskan untuk membekukan kegiatan yang melibatkan komite gabungan kedua negara, sebuah sumber Kementerian Luar Negeri yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada KUNA.
Ketegangan antara kedua negara terjadi setelah Kuwait menghukum 23 pria, satu orang Iran dan sisanya Kuwait, yang menjadi memata-mata Iran dan Hizbullah tahun lalu, setelah sejumlah senjata dan bahan peledak ditemukan di sebuah sel 'Abdali' pada tahun 2015.
Mereka yang dihukum terbukti memiliki kontak diam-diam dengan Iran dan Hizbullah, dan dituduh merencanakan tindakan bermusuhan di dalam Kuwait.
"Duta Besar Iran akan terus hadir di Kuwait dan kedutaan akan aktif di tingkat Duta Besar. Tidak ada masalah dalam hal ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi.
"Tindakan Kuwait memang tidak bisa dibenarkan, tapi kita bisa melanjutkan pembicaraan dan kontak kita," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (24/7).
Sebelumnya diwartakan, Kantor berita Iran, ISNA melaporkan, Kuwait telah memerintahkan Duta Besar Iran untuk meninggalkan negara tersebut dalam waktu 45 hari. Hal itu terjadi di tengah ketegangan diplomatik antara kedua negara.
Selain itu, Kuwait juga dilaporkan telah memutuskan untuk membekukan kegiatan yang melibatkan komite gabungan kedua negara, sebuah sumber Kementerian Luar Negeri yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada KUNA.
Ketegangan antara kedua negara terjadi setelah Kuwait menghukum 23 pria, satu orang Iran dan sisanya Kuwait, yang menjadi memata-mata Iran dan Hizbullah tahun lalu, setelah sejumlah senjata dan bahan peledak ditemukan di sebuah sel 'Abdali' pada tahun 2015.
Mereka yang dihukum terbukti memiliki kontak diam-diam dengan Iran dan Hizbullah, dan dituduh merencanakan tindakan bermusuhan di dalam Kuwait.
(esn)