Saksi Perang Mosul: Jalan Setapak Dipenuhi dengan Mayat
A
A
A
BAGHDAD - Pasukan Irak berhasil merebut kembali Mosul dari tangan kelompok ekstrimis ISIS. Sejumlah keluarga pun menjadi saksi pertempuran berdarah terakhir di Mosul yang terjadi di sebuah jalan setapak sepanjang 137 meter.
Para saksi mata itu bercerita bagaimana mereka ditahan di jalan tersebut bersama pembom bunuh diri dan anggota ISIS. Jalan sepanjang 137 meter yang berada di distrik Dajat al-Barga adalah satu-satunya bagian tersisa dari Mosul yang dikuasai ISIS.
Para keluarga itu, beberapa diantaranya adalah keluarga anggota ISIS, menggambarkan bahwa mereka tidak dapat berjalan tanpa menginjak mayat atau bagian tubuh. Mereka juga bersembunyi bersama pelaku bom bunuh diri di jalan mungil tersebut.
"Ada begitu banyak mayat sehingga Anda tidak dapat berjalan di bawah sinar matahari tanpa menginjak orang mati atau orang mati," kata Shafika Saeed, istri seorang pejuang Negara Islam, seperti dikutip dari Mirror, Minggu (16/7/2017).
"Jadi setiap kali seorang anak meninggal karena haus atau lapar, kami menyimpan mayat mereka di bangkai mobil. Saya membantu membawa lima anak yang meninggal menaiki tangga dan memasukkannya ke dalam sepatu bot dalam dua hari terakhir pertempuran," imbuhnya.
Ibu tersebut menjelaskan bagaimana 50 wanita duduk di antara 100 warga sipil di sebuah ruang bawah tanah yang ramai dengan mengenakan rompi bunuh diri.
"Mereka duduk di sana bersama kami, tapi mereka juga memakai rompi bunuh diri. Mereka membawa senjata dan amunisi, dan bahkan ketika kelompok terakhir orang Irak melarikan diri, istri-istri tawanan para komandan tersebut tetap tinggal," ungkapnya.
Pada hari Rabu, ketika keluarga ISIS dan pembom bunuh diri masih bersembunyi di ruang bawah tanah tanpa makanan dan air, sebuah serangan udara menghantam jalan. Pintu ruang bawah tanah diblokir oleh reruntuhan dan orang-orang yang selamat terjebak di dalamnya.
Perlahan, mereka mencoba menggali jalan keluar dari ruang bawah tanah dan muncul tertutup debu. Setelah mereka melarikan diri, mereka melambaikan bendera putih kepada tentara Irak yang menunggu mereka di sisi lain dan dibawa ke sebuah pusat penahanan untuk keluarga ISIS.
Kekalahan ISIS di Mosul setelah tiga tahun merebut kota itu merupakan pukulan besar bagi kelompok tersebut, yang juga kehilangan tempat dalam basis operasionalnya di kota Raqqa di Suriah tempat dimana mereka merencanakan serangan global.
Namun kelompok tersebut masih menguasai wilayah di Irak dan diperkirakan akan kembali melakukan taktik pemberontakan yang lebih konvensional seperti pemboman karena khilafah yang diproklamirkan sendiri berantakan.
Pertempuran Mosul, yang merupakan kota terbesar yang berada di bawah kendali militan, telah meninggalkan reruntuhan di daerah-daerah. Perang juga menewaskan ribuan warga sipil dan membuat hampir satu juta orang mengungsi.
Para saksi mata itu bercerita bagaimana mereka ditahan di jalan tersebut bersama pembom bunuh diri dan anggota ISIS. Jalan sepanjang 137 meter yang berada di distrik Dajat al-Barga adalah satu-satunya bagian tersisa dari Mosul yang dikuasai ISIS.
Para keluarga itu, beberapa diantaranya adalah keluarga anggota ISIS, menggambarkan bahwa mereka tidak dapat berjalan tanpa menginjak mayat atau bagian tubuh. Mereka juga bersembunyi bersama pelaku bom bunuh diri di jalan mungil tersebut.
"Ada begitu banyak mayat sehingga Anda tidak dapat berjalan di bawah sinar matahari tanpa menginjak orang mati atau orang mati," kata Shafika Saeed, istri seorang pejuang Negara Islam, seperti dikutip dari Mirror, Minggu (16/7/2017).
"Jadi setiap kali seorang anak meninggal karena haus atau lapar, kami menyimpan mayat mereka di bangkai mobil. Saya membantu membawa lima anak yang meninggal menaiki tangga dan memasukkannya ke dalam sepatu bot dalam dua hari terakhir pertempuran," imbuhnya.
Ibu tersebut menjelaskan bagaimana 50 wanita duduk di antara 100 warga sipil di sebuah ruang bawah tanah yang ramai dengan mengenakan rompi bunuh diri.
"Mereka duduk di sana bersama kami, tapi mereka juga memakai rompi bunuh diri. Mereka membawa senjata dan amunisi, dan bahkan ketika kelompok terakhir orang Irak melarikan diri, istri-istri tawanan para komandan tersebut tetap tinggal," ungkapnya.
Pada hari Rabu, ketika keluarga ISIS dan pembom bunuh diri masih bersembunyi di ruang bawah tanah tanpa makanan dan air, sebuah serangan udara menghantam jalan. Pintu ruang bawah tanah diblokir oleh reruntuhan dan orang-orang yang selamat terjebak di dalamnya.
Perlahan, mereka mencoba menggali jalan keluar dari ruang bawah tanah dan muncul tertutup debu. Setelah mereka melarikan diri, mereka melambaikan bendera putih kepada tentara Irak yang menunggu mereka di sisi lain dan dibawa ke sebuah pusat penahanan untuk keluarga ISIS.
Kekalahan ISIS di Mosul setelah tiga tahun merebut kota itu merupakan pukulan besar bagi kelompok tersebut, yang juga kehilangan tempat dalam basis operasionalnya di kota Raqqa di Suriah tempat dimana mereka merencanakan serangan global.
Namun kelompok tersebut masih menguasai wilayah di Irak dan diperkirakan akan kembali melakukan taktik pemberontakan yang lebih konvensional seperti pemboman karena khilafah yang diproklamirkan sendiri berantakan.
Pertempuran Mosul, yang merupakan kota terbesar yang berada di bawah kendali militan, telah meninggalkan reruntuhan di daerah-daerah. Perang juga menewaskan ribuan warga sipil dan membuat hampir satu juta orang mengungsi.
(ian)