S-400 Rusia Buat Operasi AS-Israel di Suriah Batal
A
A
A
DAMASKUS - Penasihat politik pemerintah Suriah, Suleiman al-Suleiman menuturkan, Amerika Serikat (AS) dan Israel sempat memiliki rencana untuk melakukan operasi bersama di Suriah. Namun, hal itu dibatalkan setelah Rusia menempatkan sistem pertahanan udara S-400 di Suriah.
"Operasi tersebut dibatalkan, setelah ada laporan bahwa sistem pertahanan rudal S-400 Rusia dan sistem peringatan serangan rudal telah diaktifkan di Suriah," kata Suleinan, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (13/7).
Moskow mulai mengerahkan sistem S-400 ke Suriah setelah pada bulan November 2015, atau tidak lama setelah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia yang beroperasi di Suriah.
Di kesempatan yang sama, Suliman juga menceritakan pemikirannya tentang bagaimana situasi di Suriah telah berubah setelah pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT G20 di Hamburg.
"Sebelum KTT, masyarakat internasional melawan Damaskus dan Tentara Suriah, semua orang berbicara tentang 'garis merah' yang tidak boleh diseberangi," ungkapnya.
"Pada saat yang sama, para teroris terus menerima dana dari luar negeri. Tetapi setelah zona de-eskalasi disetujui di KTT G-20 rencana Washington untuk Suriah menjadi tidak mungkin," sambungnya.
Dia menambahkan, penasihat dari Rusia dan Amerika saat ini sedang berupaya mempertahankan pelaksanaan rezim gencatan senjata yang dicapai saat Trump bertemu dengan Putin.
"Operasi tersebut dibatalkan, setelah ada laporan bahwa sistem pertahanan rudal S-400 Rusia dan sistem peringatan serangan rudal telah diaktifkan di Suriah," kata Suleinan, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (13/7).
Moskow mulai mengerahkan sistem S-400 ke Suriah setelah pada bulan November 2015, atau tidak lama setelah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia yang beroperasi di Suriah.
Di kesempatan yang sama, Suliman juga menceritakan pemikirannya tentang bagaimana situasi di Suriah telah berubah setelah pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT G20 di Hamburg.
"Sebelum KTT, masyarakat internasional melawan Damaskus dan Tentara Suriah, semua orang berbicara tentang 'garis merah' yang tidak boleh diseberangi," ungkapnya.
"Pada saat yang sama, para teroris terus menerima dana dari luar negeri. Tetapi setelah zona de-eskalasi disetujui di KTT G-20 rencana Washington untuk Suriah menjadi tidak mungkin," sambungnya.
Dia menambahkan, penasihat dari Rusia dan Amerika saat ini sedang berupaya mempertahankan pelaksanaan rezim gencatan senjata yang dicapai saat Trump bertemu dengan Putin.
(esn)