Pejabat Saudi Bantah Putra Mahkota 'Terguling' Dikurung di Istananya
A
A
A
DUBAI - Seorang pejabat Arab Saudi pada hari Kamis (29/6/2017), menolak laporan New York Times yang menyebut Pangeran Mohammed bin Nayef dikurung di istananya setelah posisinya sebagai Putra Mahkota digantikan Mohammed bin Salman, putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.
Media Amerika Serikat itu dalam laporannya menyatakan bahwa Mohammed bin Nayef dilarang bepergian ke luar negeri setelah dia “digulingkan” dari posisinya sebagai calon raja Saudi.
Mohammed bin Nayef yang juga dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri ini sejatinya merupakan pangeran Saudi yang dikagumi AS karena perannya dalam perang melawan terorisme.
Bangsawan berjuluk “Pangeran Kontra-Terorisme” yang dididik FBI ini berperan penting dalam memberangus pemberontakan al-Qaeda di Kerajaan Saudi antara tahun 2003 hingga 2006. Dia dibebastugaskan sepekan yang lalu.
Baca Juga: Mohammed bin Nayef, Putra Mahkota 'Terguling' Saudi Didikan AS
Gantinya sebagai Putra Mahkota, Mohammed bin Salman merupakan Menteri Pertahanan dan pangeran yang memimpin sebuah agenda reformasi ambisius Saudi untuk mengakhiri ketergantungan kerajaan terhadap minyak.
The New York Times dalam laporannya mengutip empat pejabat AS, mantan pejabat AS dan orang-orang Saudi yang dekat dengan keluarga kerajaan. “Mohammed bin Nayef telah dilarang meninggalkan kerajaan dan tinggal di istananya di Kota Jeddah, kawasan Laut Merah,” tulis media AS tersebut.
”Itu tidak benar, 100 persen (salah),” bantah pejabat Saudi kepada Reuters dalam kondisi anonim, dalam menanggapi laporan New York Times. Namun, pejabat itu tidak memberikan rincian lebih lanjut, termasuk penyebab posisi Mohammed bin Nayef digantikan putra Raja Salman,
Media pemerintah Saudi, sebelumnya menunjukkan penggantian Putra Mahkota berjalan dengan lancar, di mana rekaman video memperlihatkan Mohammed bin Salman yang lebih muda mencium tangan sepupu yang lebih tua, Mohammed bin Nayef, saat dia mengucapkan selamat.
Media Amerika Serikat itu dalam laporannya menyatakan bahwa Mohammed bin Nayef dilarang bepergian ke luar negeri setelah dia “digulingkan” dari posisinya sebagai calon raja Saudi.
Mohammed bin Nayef yang juga dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri ini sejatinya merupakan pangeran Saudi yang dikagumi AS karena perannya dalam perang melawan terorisme.
Bangsawan berjuluk “Pangeran Kontra-Terorisme” yang dididik FBI ini berperan penting dalam memberangus pemberontakan al-Qaeda di Kerajaan Saudi antara tahun 2003 hingga 2006. Dia dibebastugaskan sepekan yang lalu.
Baca Juga: Mohammed bin Nayef, Putra Mahkota 'Terguling' Saudi Didikan AS
Gantinya sebagai Putra Mahkota, Mohammed bin Salman merupakan Menteri Pertahanan dan pangeran yang memimpin sebuah agenda reformasi ambisius Saudi untuk mengakhiri ketergantungan kerajaan terhadap minyak.
The New York Times dalam laporannya mengutip empat pejabat AS, mantan pejabat AS dan orang-orang Saudi yang dekat dengan keluarga kerajaan. “Mohammed bin Nayef telah dilarang meninggalkan kerajaan dan tinggal di istananya di Kota Jeddah, kawasan Laut Merah,” tulis media AS tersebut.
”Itu tidak benar, 100 persen (salah),” bantah pejabat Saudi kepada Reuters dalam kondisi anonim, dalam menanggapi laporan New York Times. Namun, pejabat itu tidak memberikan rincian lebih lanjut, termasuk penyebab posisi Mohammed bin Nayef digantikan putra Raja Salman,
Media pemerintah Saudi, sebelumnya menunjukkan penggantian Putra Mahkota berjalan dengan lancar, di mana rekaman video memperlihatkan Mohammed bin Salman yang lebih muda mencium tangan sepupu yang lebih tua, Mohammed bin Nayef, saat dia mengucapkan selamat.
(mas)