Bocorkan Rahasia ke Agen China, Eks Diplomat AS Ditangkap
A
A
A
WASHINGTON - Seorang mantan pejabat diplomatik Amerika Serikat (AS) ditangkap atas tuduhan menyerahkan dokumen rahasia kepada agen rahasia China. Mantan diplomat ini kemudian didakwa di pengadilan pada hari Kamis atas tuduhan melakukan kejahatan spionase terhadap negaranya sendiri.
Eks diplomat bernama Kevin Mallory, 60, asal Virginia, diyakini telah melakukan perjalanan ke Shanghai, China, dua kali pada tahun ini. Tepatnya, pada bulan Maret dan April 2017.
Menurut dokumen pengadilan, Mallory mengelebui FBI dengan membuat pernyataan palsu dalam sesi wawancara. ”Mengumpulkan atau memberikan informasi pertahanan untuk membantu pemerintah asing,” bunyi dokumen pengadilan.
Eks diplomat dengan tiga anak ini dikenal fasih berbahasa Mandarin. Dia kembali dihadirkan di pengadilan pada hari Jumat (23/6/2017).
Dalam surat penangkapan untuk Mallory, terungkap bahwa eks diplomat itu gagal menjelaskan uang tunai sebesar USD16.500 yang ditemukan di dua tas jinjing saat bepergian melalui bandara Chicago.
Mallory yang kini bekerja sebagai konsultan untuk militer selama lima tahun ini terancam hukuman penjara seumur hidup, sesuai dengan Undang-Undang Spionase Federal AS.
Menurut FBI yang dilansir BBC, Mallory mendapat “izin tingkat tinggi” saat bekerja untuk pemerintah AS.
Mallory sempat menjalani sesi wawancara sukarela dengan agen FBI pada bulan Mei. Dia mengatakan kepada agen FBI bahwa dia bertemu dengan seseorang di Shanghai yang mengatakan kepadanya bahwa dia bekerja untuk Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Shanghai (SASS), sebuah lembaga pemikir China.
FBI percaya bahwa SASS digunakan oleh tentara China untuk menutupi identitas mereka saat mencoba mendapatkan informasi mengenai kebijakan AS yang dapat mempengaruhi Beijing.
”Kevin Mallory sebelumnya dipercayakan dengan izin rahasia dan oleh karena itu memiliki akses ke informasi rahasia, yang menurutnya telah dia bagikan dan merencanakan untuk terus berbagi dengan perwakilan pemerintah asing,” kata Asisten Direktur Bidang Lapangan FBI di Washington, Andrew Vale, dalam sebuah pernyataan.
”Selanjutnya, dia diduga menyesatkan para penyelidik dalam sebuah wawancara sukarela mengenai pembagian informasi rahasia ini,” lanjut Vale.
”FBI akan terus menyelidiki orang-orang yang membahayakan keamanan nasional kita melalui pengungkapan informasi yang tidak sah.”
Eks diplomat bernama Kevin Mallory, 60, asal Virginia, diyakini telah melakukan perjalanan ke Shanghai, China, dua kali pada tahun ini. Tepatnya, pada bulan Maret dan April 2017.
Menurut dokumen pengadilan, Mallory mengelebui FBI dengan membuat pernyataan palsu dalam sesi wawancara. ”Mengumpulkan atau memberikan informasi pertahanan untuk membantu pemerintah asing,” bunyi dokumen pengadilan.
Eks diplomat dengan tiga anak ini dikenal fasih berbahasa Mandarin. Dia kembali dihadirkan di pengadilan pada hari Jumat (23/6/2017).
Dalam surat penangkapan untuk Mallory, terungkap bahwa eks diplomat itu gagal menjelaskan uang tunai sebesar USD16.500 yang ditemukan di dua tas jinjing saat bepergian melalui bandara Chicago.
Mallory yang kini bekerja sebagai konsultan untuk militer selama lima tahun ini terancam hukuman penjara seumur hidup, sesuai dengan Undang-Undang Spionase Federal AS.
Menurut FBI yang dilansir BBC, Mallory mendapat “izin tingkat tinggi” saat bekerja untuk pemerintah AS.
Mallory sempat menjalani sesi wawancara sukarela dengan agen FBI pada bulan Mei. Dia mengatakan kepada agen FBI bahwa dia bertemu dengan seseorang di Shanghai yang mengatakan kepadanya bahwa dia bekerja untuk Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Shanghai (SASS), sebuah lembaga pemikir China.
FBI percaya bahwa SASS digunakan oleh tentara China untuk menutupi identitas mereka saat mencoba mendapatkan informasi mengenai kebijakan AS yang dapat mempengaruhi Beijing.
”Kevin Mallory sebelumnya dipercayakan dengan izin rahasia dan oleh karena itu memiliki akses ke informasi rahasia, yang menurutnya telah dia bagikan dan merencanakan untuk terus berbagi dengan perwakilan pemerintah asing,” kata Asisten Direktur Bidang Lapangan FBI di Washington, Andrew Vale, dalam sebuah pernyataan.
”Selanjutnya, dia diduga menyesatkan para penyelidik dalam sebuah wawancara sukarela mengenai pembagian informasi rahasia ini,” lanjut Vale.
”FBI akan terus menyelidiki orang-orang yang membahayakan keamanan nasional kita melalui pengungkapan informasi yang tidak sah.”
(mas)