Pertama Kali, Gereja di Perth Jadi Tempat Salat Jumat Warga Muslim
A
A
A
PERTH - Untuk pertama kalinya, Gereja Anglikan St Paul di Beaconsfield, Perth, Australia, membuka pintu bagi warga Muslim setempat untuk menjalankan salat Jumat. Pihak gereja akan membuka pintu bagi warga Muslim setiap Jumat selama Ramadan.
Kedua pemimpin agama di kota itu mengatakan, meski sejarah sering menulis dua komunitas agama tersebut kerap berseteru, namun mereka menemukan kesamaan. Mereka mengaku belajar untuk memahami perbedaan.
”Saya pikir cara terbaik untuk membuat kemajuan ketika ada banyak kesalahpahaman adalah hanya untuk memecahkan roti, (dan) berbagi makanan,” kata imam Muslim setempat, Faizel Chothia.
”Karena cara termudah untuk (merengkuh) jantung pria—atau hati wanita dalam hal ini—adalah melalui perut mereka,” ujarnya mengacu pada berbagi makanan antar-komunitas agama.
”Di suatu tempat di dalam semua orang ada sesuatu yang kita umumkan, kita semua adalah bagian dari satu cerita,” imbuh Pendeta Petrus Humphries yang melayani umat Kristen di gereja tersebut.
”Semua tulisan kuno—keseluruhan wahyu Kristus—menunjuk ke arah kesatuan manusia,” ujarnya. ”Ini adalah cerita yang sama sekali berbeda dengan kita dan mereka yang telah meresap ke dunia sampai sekarang.”
Menjelang waktu buka puasa Ramadan, komunitas dua agama ini berkumpul di halaman gereja. Mereka bercengkerama dan makan bersama.
Mereka juga saling bersalaman dan berpelukan. ”Saya adalah penggemar berat karya Pendeta Peter dan saya menyukai kenyataan bahwa dia dan (imam) Faizel memiliki persahabatan yang indah,” ujar Aisha Novakovich, seorang pengacara Muslim di Perth.
”Saya pikir mereka menunjukkan kepada kita semua, dan seluruh dunia sebenarnya, apa yang bisa dicapai dua orang ketika mereka memiliki kepemimpinan dan visi,” lanjut Aisha, seperti dikutip ABC.net.au, Sabtu (10/6/2017).
Kedua pemimpin agama di kota itu mengatakan, meski sejarah sering menulis dua komunitas agama tersebut kerap berseteru, namun mereka menemukan kesamaan. Mereka mengaku belajar untuk memahami perbedaan.
”Saya pikir cara terbaik untuk membuat kemajuan ketika ada banyak kesalahpahaman adalah hanya untuk memecahkan roti, (dan) berbagi makanan,” kata imam Muslim setempat, Faizel Chothia.
”Karena cara termudah untuk (merengkuh) jantung pria—atau hati wanita dalam hal ini—adalah melalui perut mereka,” ujarnya mengacu pada berbagi makanan antar-komunitas agama.
”Di suatu tempat di dalam semua orang ada sesuatu yang kita umumkan, kita semua adalah bagian dari satu cerita,” imbuh Pendeta Petrus Humphries yang melayani umat Kristen di gereja tersebut.
”Semua tulisan kuno—keseluruhan wahyu Kristus—menunjuk ke arah kesatuan manusia,” ujarnya. ”Ini adalah cerita yang sama sekali berbeda dengan kita dan mereka yang telah meresap ke dunia sampai sekarang.”
Menjelang waktu buka puasa Ramadan, komunitas dua agama ini berkumpul di halaman gereja. Mereka bercengkerama dan makan bersama.
Mereka juga saling bersalaman dan berpelukan. ”Saya adalah penggemar berat karya Pendeta Peter dan saya menyukai kenyataan bahwa dia dan (imam) Faizel memiliki persahabatan yang indah,” ujar Aisha Novakovich, seorang pengacara Muslim di Perth.
”Saya pikir mereka menunjukkan kepada kita semua, dan seluruh dunia sebenarnya, apa yang bisa dicapai dua orang ketika mereka memiliki kepemimpinan dan visi,” lanjut Aisha, seperti dikutip ABC.net.au, Sabtu (10/6/2017).
(mas)