AS Keluar dari Perjanjian Paris, Dunia Kecam Keputusan Trump
A
A
A
WASHINGTON - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik negaranya dari Perjanjian Perancis berbuntut panjang. Dunia internasional mengecam keputusan Trump yang merupakan perwujudan dari janji kampanyenya saat pemilu presiden lalu.
Seperti dinukil dari BBC, Jumat (2/6/2017), kecaman datang dari sejumlah lembaga internasional seperti PBB dan Uni Eropa. Sejumlah tokoh internasional pun angkat bicara, termasuk dari dalam AS sendiri.
Juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, menyebut keputusan Trump sebuah kekecewaan besar. Dujarric mengatakan bahwa ini adalah kekecewaan besar bagi upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan keamanan global.
Mantan Presiden AS Barack Obama, yang menyetujui kesepakatan Paris, segera mengkritik langkah tersebut dan menuduh pemerintahan Trump "menolak masa depan".
Sedangkan Kepala eksekutif Disney Robert Iger dan pengusaha Elon Musk keduanya mengundurkan diri dari dewan penasihat Gedung Putih. "Perubahan iklim itu nyata. Meninggalkan Perjanjian Paris tidak baik untuk AS atau dunia," kata Musk, kepala raksasa teknologi Tesla.
Sementara Uni Eropa mengatakan bahwa ini adalah hari yang menyedihkan bagi dunia. Sedangkan para pemimpin Prancis, Jerman dan Italia juga mengeluarkan sebuah pernyataan bersama yang menolak sebuah renegosiasi kesepakatan.
"Kami menganggap momentum yang dihasilkan di Paris pada bulan Desember 2015 tidak dapat diubah dan kami sangat yakin bahwa kesepakatan Paris tidak dapat dinegosiasi ulang, karena ini adalah instrumen vital bagi planet, masyarakat dan ekonomi kita," bunyi pernyataan bersama itu.
Sedangan Kanada, melalui Perdana Menteri Justin Trudeau, "sangat kecewa" dengan keputusan Presiden Trump.
Kekecewaan juga diungkapkan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Melalui sambungan telepon May mengatakan kepada Trump bahwa perjanjian tersebut untuk melindungi kemakmuran dan kesejahteraan generasi masa depan.
Pemimpin negara-negara Nordik seperti Swedia, Finlandia, Denmark, Norwegia, dan Islandia juga mengutuk langkah tersebut.
Negara pulau kecil yang keberadaannya terancam oleh kenaikan permukaan air laut sangat kritis atas keputusan tersebut. "Perjanjian Paris sangat penting bagi kita yang hidup di garis depan perubahan iklim," kata Presiden Kepulauan Marshall, Hilda Heine.
Seperti dinukil dari BBC, Jumat (2/6/2017), kecaman datang dari sejumlah lembaga internasional seperti PBB dan Uni Eropa. Sejumlah tokoh internasional pun angkat bicara, termasuk dari dalam AS sendiri.
Juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, menyebut keputusan Trump sebuah kekecewaan besar. Dujarric mengatakan bahwa ini adalah kekecewaan besar bagi upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan keamanan global.
Mantan Presiden AS Barack Obama, yang menyetujui kesepakatan Paris, segera mengkritik langkah tersebut dan menuduh pemerintahan Trump "menolak masa depan".
Sedangkan Kepala eksekutif Disney Robert Iger dan pengusaha Elon Musk keduanya mengundurkan diri dari dewan penasihat Gedung Putih. "Perubahan iklim itu nyata. Meninggalkan Perjanjian Paris tidak baik untuk AS atau dunia," kata Musk, kepala raksasa teknologi Tesla.
Sementara Uni Eropa mengatakan bahwa ini adalah hari yang menyedihkan bagi dunia. Sedangkan para pemimpin Prancis, Jerman dan Italia juga mengeluarkan sebuah pernyataan bersama yang menolak sebuah renegosiasi kesepakatan.
"Kami menganggap momentum yang dihasilkan di Paris pada bulan Desember 2015 tidak dapat diubah dan kami sangat yakin bahwa kesepakatan Paris tidak dapat dinegosiasi ulang, karena ini adalah instrumen vital bagi planet, masyarakat dan ekonomi kita," bunyi pernyataan bersama itu.
Sedangan Kanada, melalui Perdana Menteri Justin Trudeau, "sangat kecewa" dengan keputusan Presiden Trump.
Kekecewaan juga diungkapkan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Melalui sambungan telepon May mengatakan kepada Trump bahwa perjanjian tersebut untuk melindungi kemakmuran dan kesejahteraan generasi masa depan.
Pemimpin negara-negara Nordik seperti Swedia, Finlandia, Denmark, Norwegia, dan Islandia juga mengutuk langkah tersebut.
Negara pulau kecil yang keberadaannya terancam oleh kenaikan permukaan air laut sangat kritis atas keputusan tersebut. "Perjanjian Paris sangat penting bagi kita yang hidup di garis depan perubahan iklim," kata Presiden Kepulauan Marshall, Hilda Heine.
(ian)