Serangan Udara Filipina Tewaskan 10 Tentara Pemerintah

Kamis, 01 Juni 2017 - 12:56 WIB
Serangan Udara Filipina Tewaskan 10 Tentara Pemerintah
Serangan Udara Filipina Tewaskan 10 Tentara Pemerintah
A A A
MANILA - Menteri Pertahanan Filipina mengatakan serangan udara selama operasi militer untuk mengusir pemberontak Islam keluar dari kota Marawi menewaskan 10 tentara pemerintah. Insiden ini adalah pukulan besar terhadap upaya untuk mengalahkan pemberontak Maute yang terkait dengan kelompok ISIS.

"Tujuh tentara lainnya terluka pada hari Rabu ketika dua pesawat tempur gabungan SF-260 menjatuhkan bom pada sasaran di jantung Kota Marawi," kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dalam sebuah konferensi pers. Pesawat pertama berhasil mengenai sasaran tapi yang kedua meleset.

"Sangat menyedihkan bisa menghantam pasukan kita sendiri. Pasti ada kesalahan di suatu tempat, entah seseorang yang mengarahkan dari darat, atau pilotnya," imbuh Lorenzana seperti dikutip dari Reuters, Kamis (1/6/2017).

Angkatan bersenjata telah menggunakan kombinasi pasukan darat dan serangan roket dari helikopter sejak akhir pekan untuk mencoba memukul kelompok pemberontak Maute dari bangunan. Rabu adalah hari pertama pesawat SF-260 dikerahkan.

Tewasnya tentara tersebut menyebabkan jumlah pasukan keamanan terbunuh menjadi 38, dengan 19 warga sipil dan 120 pejuang pemberontak tewas dalam pertempuran di Marawi selama sembilan hari terakhir.

Lorenzana mengatakan bahwa militan merupakan warga Arab Saudi, Malaysia, Indonesia, Yaman dan Chechnya termasuk di antara delapan orang asing yang tewas dalam pertempuran dengan pemberontak Maute.

Dalam pesan teks sebelumnya kepada wartawan, dia mengatakan tentang insiden "tembakan teman sendiri": "Terkadang hal itu terjadi, kadang-kadang kabut perang. Koordinasi tidak dilakukan dengan benar sehingga kita memukul orang-orang kita sendiri."

Lorenzana mengatakan bahwa militer mungkin akan menangguhkan serangan udara, menggambarkan pemberontak sebagai kekuatan kecil yang "tidak dapat bertahan lama".

Militer melakukan serangan udara di lokasi di mana diyakini Isnilon Hapilon bersembunyi. Isnilon adalah sosok yang disebut sebagai "emir" ISIS dan menunjuk orang untuk operasinya di Filipina.

Konflik pecah di Marawi mulai pada tanggal 23 Mei ketika pemberontak Maute mengamuk, membakar dan merebut bangunan, mencuri senjata dan kendaraan polisi. Mereka juga menyandera dan membebaskan tahanan untuk bergabung dalam peperangan mereka.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte khawatir ideologi radikal menyebar di Filipina selatan dan bisa menjadi tempat berlindung bagi militan dari Asia Tenggara dan sekitarnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5742 seconds (0.1#10.140)