Takut Dicela, Trump Batalkan Pidato di Parlemen Israel

Sabtu, 27 Mei 2017 - 00:15 WIB
Takut Dicela, Trump...
Takut Dicela, Trump Batalkan Pidato di Parlemen Israel
A A A
JERUSALEM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kala berkunjung ke Israel rencananya akan melakukan pidato di Parlemen Israel. Namun ia membatalkan rencana tersebut karena takut dicela oleh anggota parlemen Israel.

Trump dijadwalkan untuk berbicara di depan Knesset, sebutan bagi parlemen Israel, dalam dua hari kunjungannya ke Israel pada awal minggu ini. Namun Ketua Parlemen Israel, Yuli Edelstein mengatakan bahwa Gedung Putih memutuskan untuk melewatkan kesempatan itu.

Mereka prihatin mengingat sejarah semangat perdebatan di Knesset yang penuh ejekan dan interupsi. "Kemungkinan pidato itu dieksplorasi sebagai opsi pertama, dan itu dikeluarkan dari agenda karena jelas bahwa presiden tidak akan dapat berbicara," kata Edelstein seperti dikutip dari Independent, Sabtu (27/5/2017).

Sebaliknya, Trump malah berpidato di Museum Israel di Jerusalem.

Presiden sebelumnya yang telah berpidato di Knesset termasuk Jimmy Carter, Bill Clinton, dan George W. Bush.

Sementara Barack Obama berpidato di sebuah universitas, bukan di parlemen. Namun keputusan tersebut kemungkinan terkait dengan hubungan dinginnya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Sebaliknya, Trump dan Netanyahu tampaknya memiliki hubungan yang lebih kolegial meskipun Trump mengungkapkan informasi rahasia dari Israel kepada pejabat Rusia selama pertemuan Oval Office mereka.

Perdana menteri menggelar karpet merah, secara harfiah, untuk Trump dan First Lady Melania. Bahkan Netanyahu pergi ke bandara Tel Aviv bersama istrinya, Sara, untuk menyambut mereka dalam sebuah upacara penyambutan besar.

Meski begitu, keramahan Netanyahu tidak menular ke anggota Knesset, yang kabarnya harus diperintahkan untuk menghadiri upacara tersebut.

Banyak anggota enggan melakukan perjalanan ke Tel Aviv untuk upacara tersebut, yang diminta Gedung Putih untuk lebih singkat dari apa yang direncanakan Netanyahu karena "cuaca hangat".

Kunjungan Trump juga termasuk kunjungan ke Tembok Barat Jerusalem, pertama kalinya dilakukan oleh seorang presiden AS yang sedang menjabat, juga sebuah pertemuan dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas di Betlehem.

Sepanjang kampanye pemilu presiden pada 2016 lalu, Trump benar-benar mendukung Israel, namun sikapnya tetap dingin setelah menjabat. Ia menyarankan agar Israel "menahan diri" terkait pembangunan permukiman selama kunjungan Netanyahu ke Gedung Putih pada Februari lalu.

Trump juga mengatakan bahwa dia akan mempertimbangkan untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Jerusalem, jantung wilayah yang disengketakan antara Israel dan Palestina.

Ini menarik kemarahan banyak pakar kebijakan dan keamanan luar negeri di Washington dan pemerintah tetap diam, setidaknya secara terbuka, mengenai masalah ini selama kunjungannya.

Presiden berulang kali mengatakan bahwa dia merasa sebuah kesepakatan dapat dibuat mengenai perdamaian antara Israel dan Palestina. Tapi, komitmennya untuk itu termasuk menugaskan tugas itu kepada menantunya Jared Kushner, yang tidak memiliki pengalaman kebijakan luar negeri yang jelas.

Trump sendiri saat ini berada di Italia untuk pertemuan kelompok tujuh (G7) dan dijadwalkan untuk kembali ke Washington pada akhir pertemuan itu.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8408 seconds (0.1#10.140)