Pria Taiwan Penggal Adik Perempuannya, Tetangga Menjerit
A
A
A
TAIPEI - Seorang pria Taiwan ditangkap pada hari Kamis setelah memenggal adik perempuannya di luar rumah mereka. Aksi pria itu membuat tetangganya menjerit ketakutan.
Insiden itu terjadi seminggu setelah seorang pembunuh dipenjara karena memenggal seorang gadis berusia tiga tahun di jalan.
Kejahatan brutal telah mengejutkan di Taiwan yang selama ini dikenal damai.
Pria berusia 54 tahun yang diidentifikasi bermarga Lin memenggal adik perempuannya yang berusia 52 tahun dengan pisau dapur di luar rumah mereka di Kota Kaohsiung selatan.
Menurut polisi, eksekusi itu dipicu sebuah pertengkaran di antara mereka. Lin dan adik perempuannya tinggal bersama. Dua bersaudara ini sama-sama tidak menikah.
Polisi menyatakan, Lin sudah bertahun-tahun merawat adiknya yang menderita sakit mental. ”Dia seharusnya pergi ke rumah sakit pagi ini dan mereka bertengkar saat (korban) menolaknya. Lin kemudian menyerangnya dengan pisau dapur dan memotong lehernya,” kata seorang perwira polisi Taiwan yang berbicara dalam kondisi anonim, seperti dikutip AFP, Jumat (19/5/2017).
Stasiun televisi lokal mengutip seorang saksi mata melaporkan bahwa korban sempat berlutut dan memohon untuk dibiarkan hidup saat akan dieksekusi kakaknya. Tetangga yang menyaksikan adegan kekerasan itu menjerit ketika melihat kepala korban yang dipenggal jatuh di dekat trotoar.
Pada tahun lalu, pria Taiwan penderita schizophrenic bernama Wang Ching-yu juga memenggal gadis cilik berusia tiga tahun di depan umum di stasiun metro Taipei. Pelaku melawan ibu korban dan orang-orang yang mencoba menghentikan pembunuhan itu.
Wang lolos dari hukuman mati di pengadilan pada pekan lalu. Kasus Wang memicu perdebatan baru mengenai hukuman mati bagi pembunuh anak-anak. Publik berdemo menyerukan hukuman mati untuk Wang.
Wang sendiri mengklaim bahwa dia telah berhalusinasi menjadi seorang kaisar China dari provinsi Sichuan. Pelaku percaya bahwa membunuh gadis cilik itu akan membuatnya mendapatkan selir untuk meneruskan garis keturunan keluarganya.
Jaksa menyebut tindakan Wang sebagai kejahatan berdarah dingin. Jaksa menuntut hukuman mati terhadap Wang. Tapi, pengadilan distrik setempat memvonis Wang untuk tinggal di penjara karena terdakwa menderita sakit mental.
Insiden itu terjadi seminggu setelah seorang pembunuh dipenjara karena memenggal seorang gadis berusia tiga tahun di jalan.
Kejahatan brutal telah mengejutkan di Taiwan yang selama ini dikenal damai.
Pria berusia 54 tahun yang diidentifikasi bermarga Lin memenggal adik perempuannya yang berusia 52 tahun dengan pisau dapur di luar rumah mereka di Kota Kaohsiung selatan.
Menurut polisi, eksekusi itu dipicu sebuah pertengkaran di antara mereka. Lin dan adik perempuannya tinggal bersama. Dua bersaudara ini sama-sama tidak menikah.
Polisi menyatakan, Lin sudah bertahun-tahun merawat adiknya yang menderita sakit mental. ”Dia seharusnya pergi ke rumah sakit pagi ini dan mereka bertengkar saat (korban) menolaknya. Lin kemudian menyerangnya dengan pisau dapur dan memotong lehernya,” kata seorang perwira polisi Taiwan yang berbicara dalam kondisi anonim, seperti dikutip AFP, Jumat (19/5/2017).
Stasiun televisi lokal mengutip seorang saksi mata melaporkan bahwa korban sempat berlutut dan memohon untuk dibiarkan hidup saat akan dieksekusi kakaknya. Tetangga yang menyaksikan adegan kekerasan itu menjerit ketika melihat kepala korban yang dipenggal jatuh di dekat trotoar.
Pada tahun lalu, pria Taiwan penderita schizophrenic bernama Wang Ching-yu juga memenggal gadis cilik berusia tiga tahun di depan umum di stasiun metro Taipei. Pelaku melawan ibu korban dan orang-orang yang mencoba menghentikan pembunuhan itu.
Wang lolos dari hukuman mati di pengadilan pada pekan lalu. Kasus Wang memicu perdebatan baru mengenai hukuman mati bagi pembunuh anak-anak. Publik berdemo menyerukan hukuman mati untuk Wang.
Wang sendiri mengklaim bahwa dia telah berhalusinasi menjadi seorang kaisar China dari provinsi Sichuan. Pelaku percaya bahwa membunuh gadis cilik itu akan membuatnya mendapatkan selir untuk meneruskan garis keturunan keluarganya.
Jaksa menyebut tindakan Wang sebagai kejahatan berdarah dingin. Jaksa menuntut hukuman mati terhadap Wang. Tapi, pengadilan distrik setempat memvonis Wang untuk tinggal di penjara karena terdakwa menderita sakit mental.
(mas)