Pembelot 'Tujuh Nama' Puji Trump Musuhi Rezim Korea Utara
A
A
A
LONDON - Hyeonseo Lee, 37, adalah salah satu pembelot yang paling terkenal dari Korea Utara (Korut). Pembelot yang memiliki tujuh nama selama melarikan diri ini mendukung sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memusuhi rezim Pyongyang pimpinan Kim Jong-un.
Dia punya alasan khusus mengapa pemerintah Kim Jong-un layak dimusuhi. ”Rezim Korea Utara benar-benar dapat mengendalikan orang,” katanya kepada Fox News. ”Saya pikir mereka adalah diktator terbaik di seluruh planet ini,” katanya lagi.
Ketika melarikan diri dari negaranya pada tahun 1997, Hyeonseo masih remaja. Dia sempat menjalani kehidupan yang sulit selama bertahun-tahun di China sebelum akhirnya berhasil masuk ke Korea Selatan dan kini tinggal di Inggris.
Pembelot ini pernah menuliskan kisah pelariannya dalam bukunya yang berjudul; "The Girl with 7 Names". Judul buku ini mengacu pada triknya yang menggunakan tujuh nama secara berganti-ganti untuk menghidari penangkapan mata-mata Pyongyang di luar negeri.
Buku Hyeonseo Lee tercatat sebagai salah satu buku terlaris di dunia. Dia juga mahir pidato, di mana pidatonya “Ted Talk” telah dilihat secara online hingga sekitar 13 juta kali.
Menurutnya, perbudakan di Korea Utara sudah terjadi sejak kakek Kim Jong-un berkuasa. Dia menyaksikan eksekusi, indoktrinasi dan kelaparan pada tahun 1990-an, yang membuat sekitar satu juta orang tewas.
”Karena begitu banyak mayat, pekerjaan sebagian orang adalah menyingkirkan mayat dengan gerobak,” kenang dia.
Dia juga diajari tentang musuh nomor satu di dunia, yakni Amerika Serikat. ”Kami tidak memiliki kata lain selain 'Amerika',” katanya. ”Hanya ada satu kata: 'American-Bastard’.”
Ketika pertama kali mendengar pidato Presiden Donald Trump yang begitu keras memusuhi Korea Utara, Hyeonseo menangis.
”Tidak ada presiden yang mengucapkan kata-kata itu sampai hari ini,” ujarnya. ”Meski kami sudah menderita selama tujuh dekade,” imbuh dia.
Dia mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un adalah musuh yang berbahaya, karena memiliki nuklir dan rudal.
Menurutnya, kasus pembunuhan Kim Jong-nam—kakak tiri Kim Jong-un—di Malaysia, adalah peringatan bahwa rezim Pyongyang tak segan-segan bertindak pada setiap orang yang melawannya.
Meski begitu, dia berpegang pada mimpi bahwa suatu hari rezim Korea Utara akan runtuh dan dia bisa kembali ke negaranya. ”Saya sangat percaya," katanya sambil tersenyum, yang dilansir Kamis (4/5/2017).
Dia punya alasan khusus mengapa pemerintah Kim Jong-un layak dimusuhi. ”Rezim Korea Utara benar-benar dapat mengendalikan orang,” katanya kepada Fox News. ”Saya pikir mereka adalah diktator terbaik di seluruh planet ini,” katanya lagi.
Ketika melarikan diri dari negaranya pada tahun 1997, Hyeonseo masih remaja. Dia sempat menjalani kehidupan yang sulit selama bertahun-tahun di China sebelum akhirnya berhasil masuk ke Korea Selatan dan kini tinggal di Inggris.
Pembelot ini pernah menuliskan kisah pelariannya dalam bukunya yang berjudul; "The Girl with 7 Names". Judul buku ini mengacu pada triknya yang menggunakan tujuh nama secara berganti-ganti untuk menghidari penangkapan mata-mata Pyongyang di luar negeri.
Buku Hyeonseo Lee tercatat sebagai salah satu buku terlaris di dunia. Dia juga mahir pidato, di mana pidatonya “Ted Talk” telah dilihat secara online hingga sekitar 13 juta kali.
Menurutnya, perbudakan di Korea Utara sudah terjadi sejak kakek Kim Jong-un berkuasa. Dia menyaksikan eksekusi, indoktrinasi dan kelaparan pada tahun 1990-an, yang membuat sekitar satu juta orang tewas.
”Karena begitu banyak mayat, pekerjaan sebagian orang adalah menyingkirkan mayat dengan gerobak,” kenang dia.
Dia juga diajari tentang musuh nomor satu di dunia, yakni Amerika Serikat. ”Kami tidak memiliki kata lain selain 'Amerika',” katanya. ”Hanya ada satu kata: 'American-Bastard’.”
Ketika pertama kali mendengar pidato Presiden Donald Trump yang begitu keras memusuhi Korea Utara, Hyeonseo menangis.
”Tidak ada presiden yang mengucapkan kata-kata itu sampai hari ini,” ujarnya. ”Meski kami sudah menderita selama tujuh dekade,” imbuh dia.
Dia mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un adalah musuh yang berbahaya, karena memiliki nuklir dan rudal.
Menurutnya, kasus pembunuhan Kim Jong-nam—kakak tiri Kim Jong-un—di Malaysia, adalah peringatan bahwa rezim Pyongyang tak segan-segan bertindak pada setiap orang yang melawannya.
Meski begitu, dia berpegang pada mimpi bahwa suatu hari rezim Korea Utara akan runtuh dan dia bisa kembali ke negaranya. ”Saya sangat percaya," katanya sambil tersenyum, yang dilansir Kamis (4/5/2017).
(mas)